(25) Bunga Yang Gugur

574 30 0
                                    





Lily terbangun keesokan paginya dengan seberkas senyum di wajahnya. Dia bangkit duduk dengan cepat dan menggelengkan kepala, berusaha menyerap dalam pikirannya apa yang membuatnya sangat bahagia. Kejadian semalam membanjiri ingatannya, dan dia mengubur wajah dalam bantalnya lalu berteriak.

Terdengar suara bising dari pintu yang membuat Lily terlonjak dan bangkit dari tempat tidurnya. Dia menghampiri pintu, masih berpakaian kaos James. Ditariknya pintu kamar hingga terbuka dan turun sambil mengikat rambutnya. Di kaki tangga, dia bisa mendengar air mengalir dari pancuran di kamar mandi, dan wajahnya merona. James ada di sana.

Suara berciut itu datang dari dekat. Jackie bertengger di salah satu punggung sofa, menatap rambut Lily. Dua pucuk surat terikat di kakinya. Mendesah, Lily menarik tongkatnya dan menyihir dari udara kosong sebuah helm Muggle biasa, lalu memakainya untuk melindungi rambut di bawahnya. Dengan hati-hati dia mendekati Jackie, yang tampaknya kehilangan ketertarikan pada rambutnya, lalu melepas surat dari kaki Jackie. Jackie mengerling kepala Lily lagi, sebelum terbang keluar jendela. Lily nyengir dan meninju udara penuh kemenangan.

"Kau sedang apa?" tanya James geli.

Lily berbalik cepat dan mendapati James sedang bersandar pada pintu kamar mandi mengenakan jins Muggle dan jumper abu-abu. Lily merona ketika menatapnya, lalu tersenyum dan membalas sapaannya, "Pagi."

James terbahak.

"Ceria sekali pagi ini. Kenapa?" tanyanya, mengedip, membuat rona di wajah Lily semakin merah, membuat James tertawa.

"Aku tidak ceria," gumam Lily.

James tergelak dan mendekatinya.

"Lalu ini untuk apa?" tanyanya, mengetuk bagian atas helmnya. Lily melompat mundur.

"Jangan begitu, dong!"

"Kenapa kau memakai... apalah namanya ini?"

"Ini namanya helm," Lily menjelaskan. "Dan aku memakainya untuk melindungi rambutku."

"Oh, benar, tentu saja, bodohnya aku," tukas James sarkastis.

Lily tertawa.

"Burung hantu tololmu di sini, aku tidak ingin dia menyerang rambutku lagi," ujarnya. James nyengir. "Tidak lucu!" protes Lily. "Sakit, tahu!"

James meringis dan menarik helm itu dari kepala Lily.

"Maaf," bisiknya.

"Tidak kumaafkan," kata Lily, hatinya berdesir.

"Yah, kalau begitu ini jadi masalah, kan?" kata James.

Lily mengangguk.

James memasang ekspresi berpikir keras. "Kurasa aku tahu bagaimana memperbaikinya," bisiknya, membungkuk mendekat.

Mendadak terdengar suara duar! keras.

"PAGI, SEMUA!" teriak Sirius, berjingkat masuk. "Selamat pagi, Bunga-Lily!" tambahnya, mengayunkannya menjauh dari James dan mencium pipinya. "PRONGSIE!"

James memutar mata.

"Bagaimana kabar kalian, pasangan sejoli?" tanya Sirius, mengguncang bahu Lily lembut.

"Kenapa kau ceria sekali?" tanya Lily penasaran.

"Aku tak tahu, tadinya aku berharap kau yang ceria," jawab Remus seraya melangkah masuk, diikuti Peter, Hestia, Alice, dan Frank. Kedatangan mereka tidak disadari Lily dan James gara-gara sapaan heboh Sirius yang lantang tadi.

"Aneh," komentar Lily.

"Jadi, apa kau masih Bunga-Lily?" tanya Sirius jail, menjawilnya.

Lily merasakan wajahnya amat panas. James membersihkan kerongkongannya dengan suara yang membuat alis Remus sampai menghilang ke balik rambutnya. Kendati demikian, Peter, Frank, dan Alice tampaknya tidak mengerti.

Flower & Prongs ✔️ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang