(22) Anna Daniels

543 40 0
                                    






"Lily, ini konyol!"

"Diam!"

"Lily, aku tidak mau memakainya!"

"Sekali lagi, diam!"

"Bukankah kau seharusnya belajar?"

"Ada hal yang lebih penting."

"Tak pernah kukira aku akan menjumpai hari ini," kekeh James dari tempatnya duduk di sudut kamar Lily.

Lily telah menyuruh Remus datang pagi-pagi sekali sebelum sarapan, dan sekarang sedang mendandaninya.

"Tolong!" erang Remus ke balik bahunya pada James, selagi Lily mentransfigurasi pakaiannya sesuka hati. Lily sudah ingin sekali mengubah penampilannya, tetapi Remus sudah menekankan bahwa dia tidak ingin penuh kepalsuan.

"Tak mau ambil risiko," elak James. Remus menyipitkan mata padanya.

"Selesai!" kata Lily senang.

Remus menunduk memeriksa dirinya sendiri yang mengenakan kemeja berkancing hitam yang lengannya digulung sampai siku, dan celana jins, yang sedikit—tapi tidak terlalu—lebih ketat daripada biasanya.

"Lily, itu hebat, tapi kenapa celana ketat?" tanya James, berusaha keras menahan tawa.

Saat itu Hestia memasuki kamar Lily.

"Oh, wow!" jeritnya, menatap Remus sekilas, lalu mengedip pada Lily. "Bagus sekali."

Remus merona, sementara James dan Sirius, yang masuk kamar setelah Hestia, mengerjap bingung.

"Terima kasih," kata Lily, menyipitkan mata pada Remus, yang nyengir padanya.

"Bisakah kau menjelaskan soal celananya?" dengus Sirius, duduk di sebelah James sementara kedua gadis itu melanjutkan mendandani Remus. Hestia dan Sirius sudah mengikuti Remus pagi-pagi sekali dan memahami keseluruhan situasinya.

"Bagian belakang tubuh Remus sangat menarik, dan celana ketat akan menonjolkannya," Hestia menegaskan. Ketiga anak laki-laki itu tersedak. "Apa?" tanyanya, berpaling pada Lily, yang menertawakan ekspresi Remus.

"Hest, kurasa cowok-cowok tidak memahami obsesimu soal bagian belakang itu," Lily terkikik.

Anak-anak laki-laki menatapnya.

"Oh, ini saatnya kalian belajar," Hestia mengangkat bahu, tersenyum pada Remus, yang wajahnya semakin memerah di bawah tatapan kedua anak perempuan itu.

"Kalau punyaku, bagaimana?" tanya Sirius, mengedip pada Hestia.

"Aku selalu berpikir punya Remus yang paling bagus," kilahnya.

Remus nyengir melihat wajah kebingungan sahabatnya. Mereka menatap Lily, yang mengangkat bahu menyetujui.

"Oke, cukup soal bagian belakangku," tukas Remus, malu. "Bagaimana rencananya?"

"Oh, sederhana saja," jawab Lily. "Kau cuma berjalan masuk ke Aula Besar dengan penampilan begitu."

"Itu saja?"

"Yakin deh, cewek-cewek akan bicara denganmu," kata Hestia, membuat para cowok mengangkat alis mereka.

"Bisakah kau merias kami?" kata Sirius, berdiri, menunjuk dirinya dan James.

"Tidak, sori. Kalian berdua sudah laku," kata Lily, memberi kedipan pada James yang nyengir.

"Waktunya sarapan!" Hestia mengumumkan, mendorong Remus dari belakang.

"Tidak, tunggu!" tahan Lily. Tangannya menggapai dan merapikan rambut Remus. "Nah, yuk!"

Lily dan Hestia masing-masing berdiri di kanan-kiri Remus dan memimpinnya keluar, diikuti kekasih mereka.

Flower & Prongs ✔️ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang