(9) Keluarga Evans

1K 58 2
                                    






Lily dan James mendarat di sebuah taman kecil berlapis salju, membawa koper mereka. Mereka menjatuhkan botol yang mereka gunakan sebagai Portkey, dan Lily memimpin James menuju rumahnya. Dia membuka pintu geser yang mengarah ke ruang tamu, menyeret kopernya diikuti James. Lily menaiki tangga ke kamarnya dan melempar kopernya ke lantai, lalu menanggalkan jaket dan syalnya. James menirunya, memandang berkeliling kamar Lily; nyaman sekali di sana. Ada rak buku di salah satu sudut yang disesaki buku-buku, dan meja rias di depan dinding di sebelah pintu yang diduga James merupakan kamar mandi. Lemari Lily diletakkan di sebelah pintu kamar. James memperhatikan bahwa tidak ada meja belajar di kamar itu.

"Meja belajar?" tanyanya, memandang berkeliling.

Lily mengangkat bahu. "Kusingkirkan waktu aku sebelas tahun. Aku tidak butuh meja belajar sejak saat itu. Selama liburan, aku mengerjakan PR di tempat tidur."

James mengangguk dan mengamati boneka-boneka binatang di atas tempat tidur.

"Aku mengoleksi," kata Lily.

James tertawa. Lily menarik tangan James dan mengajaknya ke bawah untuk berkeliling rumah. Tur singkat mereka berakhir di dapur, dan perut James berkeriuk.

"Sudah kuduga," gumam Lily selagi James duduk di salah satu kursi. Lily menghampiri sebuah lemari. "Kau mau makan apa?"

James mengangkat bahu. "Roti bakar?"

Lily mengambil beberapa potong roti dan memasukkan dua di antaranya ke dalam pemanggang roti. Dia berbalik dan duduk di kursi di sebelah James, bersandar di bahunya.

"Bagaimana perasaanmu?" tanya James, melingkarkan tangan ke sekeliling Lily.

"Entahlah, sudah lebih baik dengan kembali ke rumah, tapi aku masih sedikit shock," jawab Lily. "Bagaimana denganmu?"

James mendengus. "Tidak ada yang terjadi padaku."

Lily menggelengkan kepala. "Aku tahu kalau aku yang melihatmu disiksa, aku tidak akan baik-baik saja," katanya pelan.

James merasa bahunya anjlok. "Itu mengerikan," ujar James dengan suara tercekik. Lily meremas tangan James. "Tapi sekarang aku tenang karena aku tahu kau baik-baik saja."

Lily mengangguk. Pemanggang roti mengeluarkan suara berisik yang mengumumkan rotinya selesai dipanggang, dan James terlonjak. Tertawa, Lily bangkit dan mengambil roti itu, namun James menghampirinya dengan terpesona, "Apa itu?"

"Ini pemanggang roti," Lily memutar matanya. Kelihatannya memang sederhana, tetapi dia menyadari bahwa orang-orang yang tidak berasal dari keluarga Muggle belum pernah menggunakan pemanggang roti atau alat-alat elektronik lainnya.

"Bagaimana kau menggunakannya?" tanya James, mengangkat pemanggang roti itu dan memeriksanya. Lily menunjukkan cara penggunaannya, dan James mengambil sepotong roti dan memasukkannya ke dalam pemanggang itu.

"Jangan membuang-buang roti!" seru Lily ketika James menambahkan sepotong roti lagi ke dalam pemanggang. Sekarang mereka memiliki empat roti panggang. James mengabaikan Lily dan tertawa selagi roti itu meloncat dari pemanggang roti. Dia menoleh pada Lily.

"Aku tidak membuang-buang roti, akan kuhabiskan semuanya," katanya penuh tekad. Disambarnya keempat roti panggangnya dan duduk, memandang penuh harap ke arah pemanggang roti.

"Akan kubelikan satu kalau kita menikah nanti," kata Lily, tertawa, membuat James membeku. Lily mendadak menyadari kata-katanya, dan terpaku. "A-Aku tidak bermaksud..." Lily tergagap.

James menatapnya dengan senyum merekah.

"Kenapa kau minta maaf?"

Dia menatap Lily dengan sangat intens, membuat Lily merona. Lily menggelengkan kepala dan melihat James menyeringai.

Flower & Prongs ✔️ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang