"Kubunuh kau, Hestia Jones," dengking Lily. Dia sudah berpakaian lengkap dan siap berangkat pukul setengah lima pagi gara-gara sahabatnya yang tolol itu ingin menonton latihan Quidditch. "Kenapa kau tidak membangunkan Alice?"
"Sudah. Alice sudah turun bersama Frank," Hestia nyengir, merangkul bahu Lily. "Kau harus belajar bangun pagi. Bagaimana jadinya nanti kalau bayimu terbangun tengah malam?"
"Kenapa aku punya bayi?"
"Argumen macam apa itu."
"Tergantung siapa ayahnya dan jam berapa," kata Lily, menggosok matanya.
"Kapan saja di malam hari. Dan jelas, ayahnya James," kata Hestia, memutar matanya.
Lily merona merah.
"James kan biasa bangun pagi, jadi biar dia yang mengurusnya," katanya pelan.
Hestia tertawa keras.
"Aku suka melihat betapa canggungnya kau gara-gara aku menyebut kemungkinan kau dan James bercinta," kikik Hestia, membuatnya menerima pukulan di tangannya.
"Tutup mulut, Hestia! Bagaimana kalau ada yang dengar?"
"Jadi kenapa kalau ada?" Hestia memutar-mutar tubuhnya ketika mereka memasuki lapangan Quidditch. Cuacanya bagus, mengingat musim dingin sudah berakhir, jadi mereka hanya mengenakan kardigan alih-alih jaket tebal.
"Hanya tak mau mereka berpikir yang tidak-tidak," kata Lily, merona.
"Itu toh akan terjadi, Lily. Kau dan James akan menikah, bercinta, dan punya anak-anak yang lucu. Yah, mungkin tidak dalam urutan begitu," Hestia mengedip.
Lily meninju lengan Hestia.
"OI! Jangan sakiti pacarku," teriak Sirius dari udara.
"Dia pantas mendapatkannya!" Lily balik berteriak. Dilihatnya Sirius memutar matanya.
"Apa yang sudah kau lakukan?" Sirius berteriak pada Hestia.
"Aku tadi menggoda Lily tentang dia dan James bercinta!"
Lily terkesiap dan menampar lengan Hestia sementara Sirius meledak tertawa. James mendengarnya, dan sedikit terpeleset dari sapunya, lalu terbang ke arah mereka, wajahnya hampir semerah seragamnya.
"Itu dia," kata Hestia, memainkan alisnya.
Lily meninju lengan Hestia lagi.
"Bunga-Lily, kalau kau memukul pacarku sekali lagi...!"
Lily menyeringai dan meninju lengan Hestia sekali lagi sebelum bergerak ke bangku penonton. Sirius tertawa, "Bagus sekali, Evans!"
"Pads, kita harus latihan, pertandingannya seminggu lagi!" kata James.
Sirius menghela napas sebelum berbalik dan mengikuti James.
"Poin yang bagus, Sobat," kekeh Sirius, "Seks imajiner. Lanjutkan!"
Sirius menepuk punggung James, yang wajahnya sudah merah padam, sebelum terbang menjauh.
Latihan itu memakan waktu yang lama, menurut Lily, dan baru berakhir ketika James menyadari bahwa pelajaran dimulai setengah jam lagi.
"Bagus sekali, kawan-kawan. Kukira latihan sekali lagi besok pagi, jadi kita siap melawan Hufflepuff," kata James dengan suara berwibawa.
"Astaga, Prongs!" dengking Sirius, tetapi James mengabaikannya. Anggota tim semua mendarat dan menuju kamar ganti.
Keluar dari kamar ganti bersama Sirius, James mendapati bahwa Lily, Hestia, Alice, dan Frank masih duduk di tribun. James melambai dan melihat Lily tersenyum lebar sebelum turun ke sisinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Flower & Prongs ✔️
Hayran KurguSTORY BY: TEENAGE.TRAGEDY Lily Evans menjadi Ketua Murid Perempuan Hogwarts yang baru, namun rekannya, Ketua Murid Laki-laki, adalah musuh lamanya yang dibenci, James Potter.