Sehari sebelum Natal, Hestia yang sudah berpakaian lengkap berteriak kepada Lily, membuatnya terbangun. Lily mengerang dan melihat jam tangannya. Masih pukul lima pagi.
"Hestia, apa kau gila?" dengkingnya, kembali membenamkan kepalanya ke dalam bantal.
"Hari ini saatnya aku balas dendam pada pacarmu. Tutup mulut dan turun dari tempat tidur," kata Hestia.
Lily tidak bergerak, sehingga Hestia terpaksa menggelitiki sahabatnya sampai dia cukup tidak nyaman sehingga bangkit duduk.
"Aku benci padamu, Hestia," gerutu Lily, turun dari tempat tidur. Dia menggosok gigi dan mengenakan celana pendek serta tanktop, kemudian mengikuti Hestia, yang bersemangat, keluar kamar seraya menguap dan mengikat rambutnya. Seharusnya masih terlalu pagi untuk siapa saja beraktivitas. Kenapa orang-orang bangun pukul lima pagi benar-benar di luar pemikirannya. Bahkan matahari belum terbit! Lily menyelipkan tongkatnya di ikat pinggangnya mengingat pakaiannya tidak memiliki kantong, dan menabrak Hestia, yang sedang berdiri di depan pintu kamar anak laki-laki. Tidak ada Remus di sana, sehingga tidak mungkin James dan Sirius sudah bangun, mengingat kemarin Remus harus membangunkan mereka.
Hestia mendelik pada Lily sekilas sebelum membuka pintu perlahan. Sirius terduduk cepat dengan berisik, meraih tongkatnya. Dilihatnya Hestia dan Lily, lalu mengerang. Lily ikut-ikutan mengerang ketika dia memandang keluar jendela dan melihat di luar masih agak gelap. James masih tidur. Hestia menyeringai jahat padanya.
"Hest, apa yang akan kau lakukan padanya?" tanya Lily khawatir. Sebetulnya dia tidak ingin James menjadi budak Hestia selama seharian; Hestia dikenal bisa melakukan hal-hal yang buruk pada orang-orang.
"Tunda dulu, Hest," kata Sirius, turun dari tempat tidur. Tidak seperti James, dia tidur mengenakan kaos. "Ini masih terlalu pagi." Sirius menguap, seolah menggarisbawahi kata-katanya. Hestia mengeluh dan menyandarkan kepalanya di dada Sirius, yang disambut Sirius dengan melingkarkan tangan ke bahunya. "Bunga-Lily, aku akan membawa Hestia ke kamar kalian." Dengan kelopak mata nyaris terpejam, dia pergi bersama Hestia, meninggalkan Lily sendirian bersama James.
Lily memandang lemari James yang pernah dipakainya bersembunyi, lalu membuka pintunya, menghirup aroma James. Dia melihat seragam Quidditch sejak kelas enam dan menariknya. Setelah memastikan James benar-benar tidur, dia melepas tanktop-nya dan mengenakan bagian atas seragam itu dengan cepat, seraya menghirup aroma favoritnya yang baru. Atasan seragam itu terlalu besar untuknya, lengannya melebihi sikunya dan panjangnya mencapai setengah pahanya, menutupi celananya. Dia tak pernah menyadari betapa James jauh lebih besar daripada dirinya. Dengan seragam itu, Lily merasa seperti seorang gadis mungil. Nyengir, dia memutuskan bahwa James tak akan mendapatkan kembali seragam itu.
Terdengar erangan pelan ketika James berguling dalam tidurnya. Lily mengabaikannya, dan berjalan mengelilingi kamar. Meja belajar James penuh dengan berlembar-lembar kertas kusut, dan dia menggelengkan kepala, tidak berminat memandangnya. Dia membuka laci pertama meja itu, melihatnya penuh dengan pena bulu dan, yang mengejutkannya, pena-pena Muggle. Laci kedua penuh dengan produk lelucon Zonko. Dia terkekeh pelan sebelum menutupnya. Laci ketiga, bisa ditebak, penuh dengan barang-barang yang berhubungan dengan Quidditch: rencana permainan, buku-buku, dan peralatan pembersih sapu. Dia menghela napas, memutuskan untuk membaca buku itu nanti. Dia memperhatikan sebuah laci yang lain di sisi lain meja dan menariknya pelan. Laci itu penuh dengan surat-surat. Diambilnya beberapa dan dia mendapati tulisan tangan yang sangat perempuan yang tidak dikenalinya. Dilihatnya tanda tangan pada surat-surat itu, ternyata semuanya dari Alissa. Rasa penasaran membuatnya mengambil salah satu surat, lalu duduk di kursi belajar itu dan mulai membaca.
Kau butuh terapi, Kakak,
Aku tak mengerti kenapa kau tidak bicara saja dengannya. Aku yang sepuluh tahun ini bahkan tahu kau harus maju terus. Kau sudah jatuh cinta pada gadis ini selama empat tahun, dan kau tak punya keberanian untuk memberitahunya? Menyedihkan. Mempermalukan seluruh anggota Gryffindor di mana pun mereka berada. Sepertinya aku butuh kakak baru… Tentu saja dia tidak mau bicara denganmu! Kau kedengarannya seolah jadi cowok brengsek demi menarik peratiannya. Ya, aku menyebutmu brengsek. Mum dan Dad sedang ada razia atau semacam itu, jadi aku di rumah dengan Anna. Tidak, aku tidak masuk kamarmu, bau sekali. Bagaimanapun juga, cukup tentang dia; kau bisa depresi dan melakukan sesuatu yang bodoh untuk menarik perhatiannya lain kali, dan kau akan menyesal dan menangis padaku lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Flower & Prongs ✔️
FanficSTORY BY: TEENAGE.TRAGEDY Lily Evans menjadi Ketua Murid Perempuan Hogwarts yang baru, namun rekannya, Ketua Murid Laki-laki, adalah musuh lamanya yang dibenci, James Potter.