(24) Quidditch

793 42 1
                                    





"HESTIA MARGARET JONES!"

"Lily, aku kepingin bunuh diri," erang Hestia. Dia dan Lily sudah di kamar Lily seharian sementara kedua kekasih mereka latihan Quidditch. Remus dan Peter menonton jalannya latihan. Alice dan Frank lagi-lagi membicarakan pernikahan. Lily dan Hestia sempat menonton selama kurang lebih satu jam, lalu karena bosan, keduanya memutuskan ke kamar Lily dan mengobrol.

"HESTIA MARGARET JONES!"

"Lily!" erang Hestia, merosot—kepala duluan—ke bantalnya. Sejak Sirius mengetahuinya semalam, dia tidak berhenti meneriakkan nama tengah Hestia.

"Dia bakal menerobos masuk?" saran Lily.

Hestia mendelik pada Lily, yang berusaha keras menahan tawanya.

"Kau boleh tertawa," tantang Hestia.

Lily nyengir pada sahabatnya itu.

"Terima kasih atas izinnya."

"Sama-sama."

"HESTIA MARGARET JONES!"

"ASTAGA, APA?" Hestia berteriak balik, membuat Lily terlonjak. "Sori, Lils," tambah Hestia. Lily tertawa.

"HESTIA MARGARET JONES! HESTIA MARGARET JONES! MARGARET! MARGARET!"

"Kau tahu, kalau kau mengulang-ulang kata yang sama, kata itu mulai terdengar aneh," kata Lily, mendengarkan Sirius meneriakkan, "Margaret."

"Margaret."

"Margaret."

"Margaret."

"Margaret."

"Kau benar, kedengarannya aneh," Hestia terkikik. "Aku penasaran, apa Sirius juga berpikir begitu. Ngomong-ngomong, menurutku kau harus melakukannya," katanya, kembali ke topik obrolan mereka.

"Kau yakin?"

"Tentu, memangnya kau tidak mau?"

"Sebenarnya... ya," aku Lily. Hestia mengedip padanya. "Hest!" tegur Lily, mencubit Hestia. Tertawa, keduanya bersama-sama menuruni tangga.

"HESTIA MARGARET JONES! HESTIA MARGAR—oh, ini dia," seru Sirius gembira.

Keempat Marauders sedang duduk di ruang rekreasi, tiga di antaranya menertawai Sirius yang terus-menerus berteriak memanggil Hestia. Peter menyumpalkan jari ke telinganya. James menertawakan Sirius sekaligus Peter. Remus, sementara itu, sambil membaca buku.

"Bagaimana kau melakukan itu?" tuntut Hestia, duduk di sebelah Remus.

"Latihan bertahun-tahun," kekeh Remus.

"Entah apakah aku punya dedikasi semacam itu," komentar Hestia serius, dan mengedipkan mata pada kekasihnya, yang tampak keheranan.

"Hai," sapa Lily, duduk di samping James, yang selama ini terus mengawasinya.

"Hei," balas James pelan, tersenyum.

"Bagaimana latihannya?" tanya Lily, mengedik ke jubah Quidditch yang masih dipakai James.

"Bagus," jawab James dengan berbisik. "Kurasa kami sudah siap untuk besok."

Lily menyunggingkan senyum lebar.

"Bagus sekali, James!"

"Kalian tadi ngapain saja?"

"Yah, kami —"

"Kenapa kalian berbisik-bisik?" seru Sirius, menyeruak di antara Lily dan James.

"Astaga, Sirius," tukas Lily, menggosok telinganya.

Flower & Prongs ✔️ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang