Scheme

625 77 15
                                    

2012 musim dingin disuatu senja gerimis.

Senja itu seorang wanita dengan payung hitam di tanganya berdiri memandangi sebuah rumah berpagar putih pualam dengan senyum yang tak bisa diartikan sama sekali. Saat gerimis mulai menyapa bumi Ia berbalik dan melangkah menjauh dari rumah itu. Tak ada yang akan pernah menyangka hari itu sebuah rencana terbentuk dan akan menjadi mimpi buruk bagi penghuni rumah berpagar putih pualam itu.

☆☆☆☆

Hari pertama turunya salju dimusim dingin 2012...

Pagi itu seorang wanita sedang menguncir rambut anak perempuanya, sudah menjadi rutinitas biasa dirumah itu setiap pagi.

"Eomma, apa oppa takkan marah kita tidak mengajaknya?" Tanya gadis kecil itu pada ibunya.

"Hmm sepertinya tidak. Lagipun sepulang dari sana kita akan menjemputnya" katanya lalu membalikan tubuh anaknya kearahnya. "Hyo. Ingat ini rahasia kita berdua, hyo harus janji pada eomma untuk tak menceritakanya pada junggie oppa. Arraseo" katanya kembali sambil mencubit pipi putrinya.

"Ne eomma. Arraseo" gadis itu pun tersenyum memikirkan rahasia kecil antara ia dan ibunya.

"Eomma, mana sarapanku" teriakan gadis berambut cepak mengintrupsi kegiatan ibu dan anak itu.

"Junggie sayang, eomma sudah menyiapkanya di meja makan, cepatlah makan nanti kalian terlambat" katanya lalu melirik gadis kecilnya dengan senyum simpul.

"Oppa, kau lambat sekali. Kau selalu saja tidur seperti sapi" kata gadis itu lalu mulai ikut memakan sarapanya.

"Kebo kali hyo, bukan sapi?" Balas kakaknya.

"Sudahlah ayo kalian makan, nanti appa takkan menunggu kalian kalau terus berdebat" tegur seorang pria di balik surat kabarnya.

"Ne" jawab kedua anak itu serempak.

☆☆☆☆

"Hyo. Cepatlah" teriak junggie sigadis berambut cepak.

"Tunggu oppa, aku melupakan mantelku" jihyo si gadis kecil bermata bulat , berlari kekamarnya.

"Sayang. Kau yakin akan menjemput anak-anak siang ini?" Tanya Pria itu pada wanita yang sedang memperbaiki dasinya.

"Ne, oppa. Lagipun nam ahjussi masi tak datang bekerja. Aku tak bisa membiarkan anak-anak menunggu bus dicuaca sedingin ini" gadis itu merapikan helaian rambut suaminya yang mencuat.

"Tapi apa kau yakin. Lagipun sekolah junggie akan berakhir 2 jam lebih lama dari sekolah jihyo" kata pria itu sambil membetulkan letak kacamatanya.

"Tentu saja oppa" kata wanita itu tegas meyakinkan pria didepanya.

"Atau begini saja, kau menjemput jihyo dan biar aku yang menjemput junggie" pria itu mencoba membuat kesepakatan dengan wanita yang kini bergelayut manja dilenganya.

"Aniyo oppa. Percayalah padaku, lagipun aku sudah punya rencana dengan jihyo, takkan masalah buat kami menghabiskan waktu berdua selama 2 jam" wanita itu menatap prianya yakin.

"Baiklah, tapi ingat kau harus hati-hati. Jalanan sangat licin sekarang ini" pria itupun merangkul istrinya.

"Appa. Cepatlah kami akan terlambat nanti" teriak jihyo pada ayahnya.

"Appa. Nanti saja bermesraanya dengan eomma" timpal junggie yang disambut tawa kedua orangtuanya.

"Dasar anak nakal, berhenti mengoda appamu" wanita itu mengacak rambut putri tertuanya.

Without word (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang