Daseot

713 88 3
                                    

Jungyeon Pov

Hanya ada keheningan dimobil sejak kami pulang dari sekolah, jihyo yang biasanya cerewet hanya diam saja. Sedang aku masih sedikit kesal karena tadi ia menahanku untuk memberi pelajaran ke namja itu.

Bagaimana kalau penyakit jihyo kambuh, lagian jatuhnya tadi cukup keras aku panik sendiri memikirkanya. Aku mencoba melirik kearahnya aku bisa melihat ia memegangi dadanya.

"Hyo, are you okay?" Kataku sedikit panik. Aku bisa melihat ia menurunkan tanganya seakan menyembunyikanya.

"I'm okay" katanya singkat, tapi aku bisa menangkap sesuatu yang tak beres. "Oppa kita pulang saja, aku capek" katanya yang membuatku semakin yakin.

Sesampainya dirumah aku bergegas membukakan pintu untuknya, baru beberapa langkah jihyo terjatuh dipelukanku. Firasatku tak pernah salah untung saja aku sempat memeganginya.

"Hyo!!" Teriakku lalu mengangkat tubuhnya buru-buru masuk kerumah. Pembantu rumah yang melihatku cepat-cepat membuka ruangan jihyo.

"Ahjuma tolong ambilkan tas hitam itu" tunjukku kearah tas hitam diatas meja rias jihyo.

Saat tas itu didepanku aku dengan cepat membukanya dan mengeluarkan tabung oksigen kecil dengan masker diujungnya lalu memasangkan kewajah jihyo.

"Ahjumma tolong hubungi dokter song, dan appa sekarang. Palli" kataku lalu duduk disamping jihyo.

"Hyo, wake up. Please" kataku membelai rambutnya. Aku tak bisa menahan cairan bening mengalir dari kedua mataku.

Sekitar 15 menit kemudian appa dan dokter song datang. Appa yang panik langsung bertanya padaku, aku menceritakan semua pada appa apa yang terjadi sedang dokter song sudh memeriksa keadaan jihyo.

"Mianhe appa" aku menunduk lemas dihadapan pria yang selalu kuhormati ini, aku merasa gagal menjaga jihyo hari ini.

"Kwaenchanayo junggie, kau tak bersalah. Hyo pasti baik-baik saja" katanya mengelus punggungku. Aku selalu kagum dengan respon appa sepanik appun dia akan tetap bijak. Tak lama dokter song pun keluar dari kamar jihyo.

"Bagaimana dok" tanya appa sesaat setelah dokter itu dihadapan kami. Aku hanya menunduk disamping appa.

"Dia baik-baik saja, mungkin kejadian tadi membuatnya sedikit shock, jantungnya hanya kaget. Jungyeon sebaiknya kamu awasi adikmu itu, sepertinya dia melewatkan meminum obatnya" jelas dokter song membuatku berpikir.

"Sepertinya semalam ia tak memakan obatnya dok" kataku mengingat semalam ia bahkan tak makan malam, aku merutuki kebodohanku.

"Tak apa-apa kamu hanya perlu rutin memeriksa obatnya, ia tak boleh lupa memakan obat itu. Sebenarnya 6 bulan bukan waktu yang cukup untuknya meninggalkan rumah sakit" kata dokter song kemudian aku dan appa hanya mengangguk. Tak lama dokter song pun pamit.

"Appa, apa kita salah menuruti permintaan jihyo?" Tanyaku sepeninggal dokter song.

" Junggie, kita sudah benar melakukan ini, hanya ini caranya agar jihyo tetap bahagia. Appa tidak bisa melihat wajah murungnya setiap hari saat dilondon" aku membenarkan kata-kata appa bagaimanapun 3 tahun di london aku tak pernah melihat senyum lebar jihyo hanya selalu senyum terpaksa yang ia sunggingkan.

"Baiklah appa, jungie janji akan menjaga jihyo setiap hari" kataku meyakinkan appa. Appa hanya mebgelus kepalaku dan berlalu kekamar jihyo.

"Tuan muda" suara ahjumma pembantu rumah mengagetkanku, sepeninggal appa.

"Ne, ahjumma" kataku sedikit kaget

"Saya dengar nona jihyo sekolah di SHS, saya punya anak yang sekolah disitu juga" aku mengernyitkan dahi tak mengerti arah pembicaraan wanita tua ini.

"Saya bisa memintanya menjaga nona jihyo selama disekolah tuan muda" katanya seakan mengerti kebingunganku.

Aku tersenyum mendengar kata-katanya, ya aku tak mungkin bisa mengawasi jihyo sepenuhnya disekolah aku juga harus kuliah.

"Baiklah ahjumma, bawa anak ahjuma kerumah ini nanti sore" kataku lalu menyusul appa kekamar jihyo.

Sesampainya dikamar aku menceritakan apa saja rencana yang baru kupikirkan, appa tersenyum mendengar rencanaku.
Tak lama jihyopun sadar dari pingsanya, aku bisa melihat wajahnya yang lemas dan penuh tanda tanya. Aku membiarkan appa menenangkanya.

Sore harinya masih hari yang sama ahjumma membawa anaknya kerumah, seorang gadis seumuran jihyo sepertinya. sedang berdiri dihadapanku, rambut hitam sebahu dan manik hitamnya cukup menarik perhatian. Aku melihat kearah ahjumma seakan tak percaya perempuan tua itu memiliki anak yang masih muda dan cukup cantik.

"Siapa namamu?" Tanyaku setelah mempersilahkanya duduk.

"Kang mina, panggil saja saya mina tuan muda" katanya sambil masih menunduk.

"Mina. Baiklah pasti eommamu sudah mengatakan tugasmu bukan" tanyaku lagi padanya.

"Ne" katanya mengangguk.

"Aku akan membayarmu perbulan, anggap saja ucapan terimakasihku" kataku meminta kesepakatanya.

"Ani. Tidak tuan muda. tuan park sudah menyekolahkanya, ini cara kami membalas budi" tutur ahjumma dan dibenarkan anggukan anaknya.

"Tidak bisa begitu, aku tetap akan membayar, anggap saja sebagai ucapan terimakasihku" aku tak mau main- main jika itu soal jihyo.

"Saya mohon tuan, saya tidak bisa menerimanya. Sudah dijinkan menempati rumah kecil dibelakang dengan eomma saja itu sudah cukup buat saya, bahkan saya juga disekolahkan oleh tuan park" wanita itu kini seakan memohon padaku. Sejujurnya aku salut dengan keteguhan hatinya.

"Baiklah, besok sepulang sekolah kamu kesini lagi. Aku akan mengenalkanmu pada jihyo" kataku lalu berlalu kekamar jihyo.

Diruangan itu masih ada appa yang sedang terlelap di sofa tinggi yang sudah dipindahkan disamping kasur jihyo, tangan appa mengenggam tangan jihyo. Aku tak ingin menganggu appa aku hanya membaringkan tubuhku di sofa tak jauh dari tempat appa terlelap.


 Aku tak ingin menganggu appa aku hanya membaringkan tubuhku di sofa tak jauh dari tempat appa terlelap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


💟SARANGHAE💟

Without word (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang