Ilgop

539 79 8
                                    

Mingyu Pov

Siang itu sekitar 5 tahun yang lalu, di halaman depan sekolah dasar tempatku belajar. Aku tak sengaja menumpahkan eskrim ditanganku pada seorang gadis bermata bulat.

"Astaga. Ini dingin sekali" teriak gadis itu menepuk-nepuk seragamnya yang sudah kotor karena es krimku.

"Ma..af aku tak sengaja" aku hanya menunduk merasa bersalah, aku merasa bodoh apalagi saat ini musim dingin.

"Tidak papa, maaf aku tak bermaksud berteriak padamu" kata gadis itu, mungkin ia merasa tak enak padaku .

"Tidak. Memang aku yang salah, tunggu sebentar disini. Aku akan kembali..." aku berlari tak memperdulikan pandanganya yang keheranan.

Beberapa detik kemudian, aku kembali dengan sesuatu ditanganku.

"Pakailah ini" kataku masih terengah-engah, aku berlari cukup jauh.

"Apa ini?" gadis itu melihat kearahku dan gaun merah muda yang kini sudah ditanganya bergantian.

"Itu sebuah gaun. Hmm masih baru, pakailah. Aku tak mau kau sakit" kataku masih mencoba memperbaiki kerja jantungku.

"Tapi, kenapa ada padamu" tanya gadis itu mungkin tak mengerti seorang anak laki-laki sepertiku dengan sebuah gaun.

"Sebenarnya aku membeli itu untuk adikku. Untukmu saja" kataku kembali.

"Tidak bisa begitu, inikan untuk adikmu" ia mengulurkan baju itu kembali padaku.

"Tidak papa, lagipun aku tak jadi memberikanya. Baju itu kebesaran untuk adikku" kataku mencoba meyakinkan gadis didepanku, sejujurnya aku berbohong karena aku tau benar adikku itu sebesar gadis didepanku.

"Baiklah" gadis itu setuju dan berlalu kekamar mandi.

"Bagaimana penampilanku?" Tanyanya saat keluar dari kamar mandi.

"Ka..au can...tik" aku merutuki diriku yang tak bisa menyembunyikan kegugupanku.

"Benarkah?. Terimakasih" gadis itu tersipu malu, wajahnya bersemu merah.

"Sama-sama. Siapa namamu?" Tanyaku yang masih mencoba mengatur detak jantungku.

"Aku jihyo" gadis itu mengulurkan tanganya.

"Senang mengenalmu hyo, aku kim..." aku tak pernah menyelesaikan kata-kataku.

"Tringgg" suara klakson mobil mengagetkan kami berdua.

"Eomma. Aku pergi dulu ya. Eommaku sudah menjemputku. Bye" kata gadis itu melambai dan tersenyum. Aku terus memandangi mobil yang sudah tak terlihat. Aku bertekad untuk mencari gadis itu keesokan harinya.

5 tahun berlalu aku tak pernah bisa menemukan gadis bermata bulat itu, walaupun aku telah mencari diseluruh sekolah keesokan harinya. Ada beberapa anak bernama jihyo tapi mereka bukan gadis yang ku cari. Gadis bermata bulat dengan manik hitam keabuan. Wajah imut yang dibingkai Rambut keriting berwarna coklat. Gadis itu jihyo gadis yang telah mengisi hatiku.

Aku mendesah kasar. hari ini aku menemukan mata yang sama yang selalu ku cari 5 tahun belakangan ini, mata itu aku yakin milik gadis yang sama.

Seharusnya aku senang, tapi kenyataanya lagi-lagi aku bertemu gadis itu dengan sebuah kecelakaan kecil.. saat aku menyadari pemilik mata itu, aku ingin sekali menyapa namun baru saja ingin membuka mulut seorang namja menghalangiku. ada rasa kecewa menyusup terlebih melihat namja itu yang sangat perhatian pada gadis bermata bulat itu.

Aku meremas rambutku andai saja aku lebih berani siang tadi... tidak hanya minta maaf, aku hanya berharap bisa bertemunya lagi.

"Tok...tok..." suara ketukan pintu mengagetkanku.

"Ya masuklah" kataku memperbaiki posisi dudukku.

"Cklek" pintu terbuka menampakkan sosok berkulit putih dengan rambut hitam ombre merah muda.

"Oppa" gadis itu sudah duduk disampingku dengan senyum lebarnya.

"Wae" tanyaku malas.

"Eomma bilang untuk memanggilmu makan malam" katanya lagi.

"Kau duluan saja, oppa tidak lapar" kataku lalu membaringkan tubuhku mengabaikannya.

"Oppaaa... ayolah nanti eomma memarahiku" katanya sambil menarik tanganku..

"Dubu hentikan. Aku benar-benar kelelahan. Kalau aku lapar nanti aku pasti makan" kataku memberi tanda untuknya keluar dari kamarku.

"Yasudah, aku akan menghabiskan semua makanan biar kau kelaparan saja nanti" katanya berlalu. Aku hanya diam saja, aku terlalu malas meladeninya. Ia yang melihat responku menghentakkan kakinya kuat-kuat. sebuah bantal melayang kearahku.

"Yakkkk kim dahyun" teriakku yang tertimpa bantal dikepalaku. Aku bisa mendengar tawanya menjauh dari kamarku.

Aku masih bergeming ditempat tidurku, entah mengapa penyesalan masih saja menghantuiku. Mengingat wajah panik namja itu membuat rasa tak enak dihatiku bagaimana jika gadis itu terluka. Atau namja itu saja yang berlebihan, tapi siapa namja itu. Arghhh aku mengacak kesal rambutku.

"Cklek" lagi suara pintu terdengar. Posisiku yang membelakangi pintu tak melihat siapa yang masuk namun aku yakin jika itu adikku.

"Yakkk dubu. Oppa kan sudah bilang oppa tak mau makan, pergilah sebelum aku marah padamu" kataku tetap membelakanginya.

"Eheehem" deheman itu mengagetkanku memaksaku untuk terduduk.

"Appa" kataku melihat sosok pria didepanku.

"Jagoan, ada apa denganmu? Apa kau baik-baik saja?" Ayahku memandangiku dengan tatapan lembut yang sangat tegas.

"Aku baik-baik saja appa" kataku lalu memperbaiki posisiku.

"Ayo ceritakan pada appa, appa inikan juga temanmu" appa sudah duduk di kursi belajarku.

"Aniyo appa. Gwenchana. Aku hanya kelelahan" kataku berbohong.

"Kim mingyu. Apa kau sekarang mencoba untuk berbohong pada appa? Jika iya itu percuma" aku menghela nafas. Percuma berbohong pada appa, ia selalu tahu.

"Maafkan mingyu appa. Tapi saat ini mingyu sedang tak ingin bercerita" kataku jujur aku benar-benar sedang tak ingin membicarakan apapun saat ini.

"Hmm baiklah. Tapi kamu tau kan appa akan selalu ada saat kamu membutuhkan" katanya lalu bangkit berdiri.

"Ne. Appa" aku ikut berdiri mengiringi langkahnya meninggalkan ruang kamarku.

Aku kembali menghempaskan tubuhku dan mencoba memejamkan mataku, aku berharap besok akan ada kabar baik untukku. Kabar baik tentang jihyo sigadis bermata bulat.

💖SARANGHAE💖

Without word (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang