Jihyo mengerjap membuka matanya, ia menyesuaikan pandanganya dengan cahaya remang ruangan itu yg ia yakini sebuah gudang berlantaikan tanah. Kakinya yg tak beralas bisa merasakan permukaan kasar di bawahnya, ia mengerakan tanganya yg sedikit terasa perih akibat gesekan benda kasar yg mencengkeram kedua tanganya dan juga mengikat kedua kakinya.
"Tolong, siapapun tolonglah aku" teriaknya lirih, ia hanya berharap ada yg mendengarnya.
"Ckckck percuma berteriak, takkan ada yg mendengarmu ditempat ini hahahhahaha" kata sesosok wanita yg muncul dari sudut gelap ruangan itu.
"Siapa kau?" Tanya jihyo masih tak bisa melihat wajah wanita didepanya.
"Aku, haruskah aku memberitahumu siapa diriku gadis manis hahahaha" kata wanita itu kembali tertawa, tawa bengis yg membuat bulu kuduk jihyo meremang.
"Siapapun kau, Lepaskan aku" teriak jihyo, ia memang takut pada wanita itu. Tapi ia juga kesal.
"Ternyata kau memang keturunan tua bangka itu, seenaknya saja memerintah eoh. Apa kau pikir aku suruhanmu hah" wanita itu menarik rambut jihyo.
"Arghhhhh" jihyo berteriak menahan sakit, rambutnya seperti akan terlepas karena ulah wanita itu yg menariknya dengan cukup kuat.
"Jika kau tak ingin aku sakiti, tutup mulutmu dan jangan mencoba memerintahku" kata wanita itu mengcengkeram kedua pipi jihyo.
"Apa salahku padamu ahjumma" kata jihyo lirih, ia menatap wanita didepanya.
"Salahmu terlahir sebagai keturunan park joonheo, dan aku sudah berjanji akan menghabisi semua keturunanya. Termasuk kau" katanya lalu melepas cengkeramanya, jihyo meringis kesakitan. Beruntung penyakitnya tak kambuh, selang oksigen masih melekat di hidungnya.
"Kenapa tak membunuhku saja kalau begitu" tantang jihyo, ia berpikir untuk tak takut pada wanita didepanya.
"Ternyata kau cukup berani meminta kematianmu sendiri, tapi sayangnya aku belum puas bermain dengan ayahmu. Tenang saja akan ada waktunya untuk itu, saat ini aku butuh dirimu untuk menyiksa ayahmu." Kata wanita itu dan berlalu.
Jihyo yg tak mengerti masalah diantara wanita itu dan kakeknya, ia hanya bisa pasrah, ia tak mengenal kakeknya sama sekali. Kakeknya itu sudah meninggal saat ia terlahir, dari cerita eommanya kakeknya itu mati dibunuh oleh mantan sahabat appanya. Ia tak tahu cerita lengkapnya, jihyo tak pernah tertarik denga kisah menyedihkan seperti itu. Tapi hari ini ia merutuki dirinya yg selalu jatuh tertidur disaat eommanya bercerita dulu.
Jihyo hanya bisa menangis dan berdoa appa atau oppanya bisa menemukanya, ia juga mengingat mingyu. Ia berharap mingyu baik-baik saja, ia sebenarnya tak takut mati ditangan wanita itu. Lagipun waktunya tak lama lagi, tapi, ia berharap bisa bertemu orang-orang tersayangnya untuk terakhir kalinya.
Disisi lain, park chanyeol mengikuti petunjuk dari sinyal pelacak yg ada dikalung putrinya jihyo. Ia berdoa didalam hati agar tidak terlambat. Sesekali ia mengumpat saat mobilnya terjebak kemacetan jalan seoul yg cukup rame terlebih saat ini adalah jam sibuk pulang kantor.
Begitupun jungyeon yg saat ini mengikuti mobil appanya, posisinya tak jauh dibelakang hanya beberapa mobil saja yg membatasi mereka. Ia duduk sendiri dibangku depan sedang sungjae duduk dibangku belakang bersama mingyu yg masih saja terus memegang kepalanya yg masih terasa pusing, sesekali jungyeon melirik kekasih adiknya itu memastikan bahwa namja itu baik-baik saja.
Wajah mereka bertiga terlihat tegang, terlebih jika melihat chanyeol menambah laju mobilnya. Terlebih disaat ramai, mereka berharap tidak kehilangan jejak. Tapi juga mereka harus was-was jangan sampai terlihat oleh chanyeol.
Kepala k4 orang itu dipenuhi pikiran mereka masing-masing yg bermuara pada satu orang gadis, yg saat ini tengah berusaha melepaskan diri digudang kecil tengah hutan terpencil. Ia tak perduli pada rasa sakit dipergelangan tanganya yg bergesekan dengan tali yg sesekali membuatnya meringis, ia tak perduli bagaimana caranya nanti bisa bebas sedangkan berjalanpun ia belum mampu, yg terpenting saat ini bagaimana melepaskan diri dari tali yg membelenggu kebebasanya untuk bergerak.
Sedangkan diluar gudang itu kedua pria berbadan kekar sedang tertawa-tawa, nyonya yg memerintahkan mereka menjaga gadis kecil itu sudah pergi beberapa saat yg lalu bersama putrinya. Mereka tak begitu perduli pada tugas mereka saat ini, dipikiran mereka saat ini gadis itu tak mungkin bisa kabur, dan siapa yg akan menemukan mereka dihutan terpencil ini yg sangat jauh dari keramaian kota. Itu sebabnya mereka tak terlalu memperhatikan keberadaan jihyo.
Namun yg tak mereka ketahui bahwa chanyeol sedang menuju ketempat itu saat ini.Hai guys, i'm back 😅😅😅... sorry chapter ini pendek banget... gimana lagi kan ya, tyan keasyikan liburan... wkk
boong itu ma padahal selama tyan liburan sejak datang sakit mulu... baru sembuh 2 hari ini jadinya bisa jalan buat cari jaringan sekalian cuci mata dipinggir pantai #aziekkk... semoga part ini ngak ngecewain ya guys... thanks jg buat kalian yg selalu support ceritanya tyan, entah itu yg hanya baca tanpa vote apalagi koment, maupun yg baca dan vote + koment... #berasa ada yg baca aja.😂😂
Sorry ya guys banyakan curhat, kangen curhat bareng kalian soalnya... tyan pengen curhat tpi ya gitu deh jaringanya buat baca aja susah beut dah harus nunggu tengah malam gitu 😥😥😥... Mian ya guys jadi kebanyakan bacot tyan mah... love you😘😘😘😘
💖SARANGHAE💖
KAMU SEDANG MEMBACA
Without word (Complete)
FanfictionCAST JIHYO TWICE - MINGYU SEVENTEEN Buat kalian yg penasaran langsung aja baca,??? karena tyan bingung buat ngejelasin cerita ini gimana. ada sedihnya, ada tawanya ada juga gak jelasnya.... ??? Ingat ya guys gak ada paksaan buat vote ataupun koment...