Seumul-Set

308 46 0
                                    

Menatap wajahnya yg tertidur dalam damai membuatku semakin takut, selang-selang putih yg menempel di tubuhnya mengingatkanku akan mimpi buruk yg pernah terjadi sekitar 5 tahun yg lalu.

"Tidak. Ini tidak boleh terjadi lagi, jihyo. Kau pasti bisa, oppa berjanji takkan lagi membiarkanmu sendiri" aku tak bisa menahan air mata yg sudah menganak sungai dipipiku.

"Junggie"

"Appa" aku memeluk tubuh appaku, aku tak bisa lagi menahan rasa bersalahku.

Ada penyesalan yg teramat dalam menghantuiku, seharusnya aku tidak meninggalkan jihyo sendiri. Aku tahu ia terlalu sedih, tapi aku tak menyangka ini akan terjadi. saat aku menemukanya tak sadarkan diri tadi sore aku merasa langit runtuh seketika, aku tak mengerti apa yg membuatnya tak sadarkan diri. Aku bertanya-tanya apakah aku melewatkan obatnya lagi? Tapi aku yakin hal itu tidak terjadi, aku bahkan dapat memastikan ia sama sekali tidak pernah kelelahan akhir-akhir ini.

"Junggi, appa ingin bicara" kata appa merangkulku menjauh dari jendela kaca yg membatasiku dan jihyo.

"Ada apa appa?" Tanyaku yg sudah duduk di bangku tunggu depan kamar jihyo.

"Ada hal yg aneh, dokter mengatakan ada bekas cekikan dileher jihyo" kata appa terdengar masih tak percaya.

"Mwo!! Ta...ta..pi, itu tidak mungkin. Siapa yg bisa mencelakainya disaat kita semua ada dirumah" aku menunduk mencoba memikirkan siapa yg memiliki alasan dan bagaimana caranya. Aku meremas kepalaku, kekalutanku saat ini membuatku tak bisa berpikir.

"Drtttttt" getaran telpon mengagetkanku.

"Ha...llo imo" kataku terbata-bata.

"Jung, mana appamu?" Terdengar suara dari sebrang.

"Sebentar imo. Appa, rose imo ingin bicara" aku menyerahkan telpon pada appaku.

Aku tak tahu apa yg dibicarakan appa dan imoku yg kini berada dibenua yg sangat jauh dibelahan bumi yg lain. Yg aku tahu ada sesuatu yg tak beres, wajah appa berubah saat berbicara. Aku lebih memilih melihat adikku yg kini terbaring tak sadarkan diri, jihyo masih berada diambang kematian. Ia masih tak melewati masa kritisnya, aku bisa melihat layar kecil yg menunjukan detak jantungnya yg tak beraturan. Disaat aku melihat itu aku memikirkan seseorang yg mungkin melukai jihyo, seseorang yg tak pernah disukai olehnya.

"Jung, sepertinya appa tahu siapa pelakunya"

"Mina" kataku dan appa bersamaan.

"Ba..gaimana appa tahu?" Tanyaku tak menyangka nama gadis itu yg akan disebut appa.

"Tzuyu yg mengatakan pada ibunya, itu sebabnya rose menelponku. Bahkan mina pernah mengganti obat jihyo, namun tzuyu membuangnya" jelas appa membuat sesuatu didiriku ingin berlari kerumah saat ini juga.

"Tapi mengapa tzuyu tak menceritakanya pada kita appa?" Tanyaku masih tak mengerti.

"Kata imomu mina mengancam ingin menghabisinya jika mengatakanya pada kita, jung apa yg kau harapkan dari tzuyu. Ia masih terlalu kecil untuk melawan mina" aku yg mendengar itu hanya bisa terduduk dan mengepalkan tanganku.

"Appa aku akan pulang sekarang dan bertanya apa alasan gadis itu melukai jihyo" amarahku sudah diubun-ubun. Aku ingin sekali menyeret gadis itu dengan tanganku sendiri.

"Tak perlu. Sepertinya itu sia-sia, pasti gadis itu sudah tak lagi dirumah" kata appa memegang bahuku.

"Bagaimana dengan bibi kang, bukankah mina anaknya appa?" Tanyaku masih berharap.

"Mina hanyalah anak angkatnya. Ia mendatangi bibi kang 3 tahun lalu, dan meminta untuk diangkat menjadi anak oleh bibi kang." Jelas appa yg tentu saja membuatku kaget. Appa sama sekali tak pernah menceritakan hal itu.

"Kenapa appa tak pernah menceritakanya?" Tanyaku lagi.

"Appa pikir itu bukanlah masalah, terlebih gadis itu terlihat sangat baik" kata appa menunduk seakan menyesali kecerobohanya.

"Jadi apa masalah gadis itu sebenarnya" aku masih tak habis pikir, apa motif dari mina sebenarnya. Jihyo memang tak terlalu menyukainya tapi jihyo tak pernah menyakitinya bahkan jihyo selalu berusaha tetap baik didepan mina.

"Appa juga tak tahu jung" ada nada ragu dari kata-kata appa. Sepertinya appa menyembunyikan sesuatu dariku.

♡♡♡

"Chanyeol. beruntung sekali, jihyo bisa melewati masa kritisnya. Kita hanya perlu menunggu ia sadar" kata-kata dokter song mampu meringankan sesak didadaku.

"Gomawo minho-ya" kata appa menjabat tangan dr.song.

"Jangan seperti itu padaku chani, kau dan hani sudah seperti saudaraku. Berarti jihyo juga sudah kuanggap seperti anakku sendiri" dokter song adalah salah satu teman SMA appa dan eomma. Itu sebabnya mereka sangat dekat.

"Samchon, kapan jihyo akan sadar?" Tanyaku kembali.

"Jika mengikuti kasus-kasus sebelumnya, seharusnya ia akan sadar paling lambat 5 jam setelah melewati masa kritisnya. Tenanglah junggie, adikmu baik-baik saja. Ia memiliki orang-orang yg menjadi alasanya untuk sembuh" katanya merangkulku.

"Baiklah samchon. Terimakasih" aku menunduk pada dr.song.

"Baiklah, samchon pergi dulu masih ada pasien lain yg harus samchon tangani" dr.song pun pamit dari hadapan kami.l

"Jung, pulanglah istrahat dan berganti baju terlebih dulu. Biar appa yg menjaga adikmu" kata appa menepuk bahuku.

"Aniyo appa. Aku sudah berjanji tidak akan lagi meninggalkan jihyo, bahkan jika aku harus kelaparan itu bukan masalah. Appa saja yg istrahat" kataku menatap appa.

"Junggie kau sangat keras kepala, jika dalam keadaan seperti ini appa merasa kau mirip ibumu" kata appa tersenyum dan mengacak rambutku.

"Ya sudah appa akan pulang dulu mengambil keperluan adikmu dan juga dirimu, kabari appa jika adikmu sudah sadar" kata appa yg hanya ku jawab dengan anggukan.

Aku melihat kepergian appa, setelah itu aku terus memandangi sosok gadis yg masih terbaring di balik kaca. Aroma obat-obatan yg biasanya mengangguku kali ini tak berarti banyak, aku sama sekali tak merasakan rasa muak lagi berada ditempat ini. Walaupun dulu aku sangat membenci tempat yg selalu menjadi saksi bisu kepergian orang-orang yg aku sayangi, namun demi jihyo aku tak lagi merasakan rasa bemci itu.

"Princess, sadarlah. Oppa mohon, tanpamu oppa tak ingin hidup didunia ini..."




Hula....halo..... seharusnya tyan hiatus selama 2 minggu. tapi karena tyan punya waktu sedikit, akhirnya tyan mutusin buat nulis. Kenapa "Without Word" yg tyan lanjutin? Alasanya karena saat ini tyan lagi di rumah sakit. Sama seperti keadaan jihyo di cerita ini lagi ditempat yg sama dan itu membuat feel buat nulisnya jadi ada...😅😅😅...

apakah tyan bakalan up cerita yg lain?? Entahlah guys. Tyan tergantung mood sajalah. Mungkin dikarenakan sedang dalam kondisi yg tidak nyaman semua ide juga lagi berlarian kelaut. Biasanya tyan bakalan kerepotan menampung isi kepala tyan yg minta ditulis. Tapi saat ini tyan sama sekali gak punya ide buat dituangin dalam cerita, entah harus bersyukur atau sebaliknya 😂😂😂

Gomawo buat kalian yg selalu saja berbaik hati mau vote dan koment.... juga buat kalian yg ngebaca cerita ini walau ngak vote.

💖SARANGHAE💖

Without word (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang