Finished edit:
Thu, Dec 21st 2018Enjoy!
•
•
•"Pulang sekarang, Ci?!" Seorang gadis berteriak di antara ingar bingar musik kelab malam. Suaranya memang tidak bisa mengalahkan dentum-dentum yang dimainkan disc jockey, namun objek yang diajak bicara menyahut.
"Ntar aja sih, masih sore ini!" Rosé balas berteriak. Ia masih saja betah berdiam diri di atas stool tinggi, sebelah lengan bertumpu pada meja konter. Tangan satunya memegang gelas tinggi berisikan cairan hijau keemasan. Jennie melihat arloji yang melingkari pergelangan tangannya. Pukul sepuluh lebih lima belas. Ia ada jam malam di rumah, tidak seperti Rosé yang tinggal sendiri di apartemen.
"Terus nanti lo pulangnya gimana Ci?!" Jennie kembali bertanya, setengah merajuk. Ia juga yang tadi memberi tumpangan Rosé menuju 78º.
"Gampang itu mah. Udah sana lo kalo mau pulang sih pulang aja," Rosé menggerak-gerakkan tangannya, mengusir Jennie. Namun sahabatnya itu masih bersikukuh. "Bener ya gue balik duluan. Awas lo kalo kobam. Jangan ngerepotin Jicu mulu." Jennie memperingatkan. Gadis bernama lengkap Roséanne Park tadi hanya mengangguk-angguk.
"Toleransi alkohol gue tinggi, sans," kemudian setelah mengirim kode untuk mengawasi Rosé pada Jisoo, Jennie berderap meninggalkan kelab.
"Lo udah minum empat gelas Ci..." tegur Jisoo ketika Rosé menyodorkan gelas kosong ke arahnya. Gadis berpenampilan polos itu tengah bekerja di 78º sekarang.
"Elah Cu, gue gak bakal pass out cuma minum lima gelas ini," paksa Rosé. Jisoo hanya menuruti ucapan sahabatnya, sembari tetap mengawasi sang gadis. Jisoo khawatir jika kesadarannya hilang, Rosé akan melakukan hal-hal berbahaya. Ia dan Jennie pernah berkelahi dengan geng preman dua bulan yang lalu, hanya karena beberapa di antaranya bersiul pada mereka.
"Verdant lady with more chartreuse. Gelas terakhir, oke?" Jisoo meletakkan gelas yang berisi likuid hijau kekuningan di hadapan Rosé. Namun sebelum sang gadis sempat meraih gelasnya, seseorang merebut liquor-nya dan menenggaknya habis. Baik Rosé dan Jisoo terkejut melihatnya.
"A lady shouldn't drink much liquor," sebuah suara husky menjamah indera pendengar Rosé. Ia mendongak, mendapati sesosok pria berseragam mirip Jisoo berdiri di sebelahnya. Rosé memutar mata kesal.
"You better drink this, Milady." Lelaki itu memindahkan gelas dari nampan yang dibawanya ke meja konter. Rosé mendecak kesal, berasa dipermainkan.
"Apaan sih lo?!" Tanpa pikir panjang si gadis Park mengambil gelas tadi dan menumpahkannya di atas kepala sang lelaki. Aroma sitrus pun langsung tercium dari sana. Jisoo terkejut, padahal Rosé sama sekali tidak mabuk. Bahaya. Rosé yang emosi jauh lebih menyeramkan dibanding Rosé yang mabuk. Apalagi mengingat dengan siapa si gadis berhadapan sekarang.
"Ci, cepetan minta maaf lo," desak Jisoo setelah ia menarik Rosé ke toilet sekaligus mengungsi dari tatapan semua orang di bar. Ya siapa pula yang tidak memusatkan perhatian pada seseorang yang berani bermain api dengan Goo Junhoe. Sebagai informasi saja, Goo Junhoe adalah bartender tadi, yang disiram lemonade oleh Rosé. Yang mana pewaris tunggal HG Group dan pemilik 78º. Bisik-bisik di segala penjuru kelab pun tak terhindarkan.
"Kenapa sih?! Lagian salah dia ngerebut minuman gue! Gue gak akan nyiram dia kalo gak ngajak rusuh duluan lah!" Rosé membela diri, menolak meminta maaf atas kesalahan yang tidak dilakukannya. Jisoo mengusap wajahnya frustasi.
"Lo gak tau siapa yang lo siram? Dia itu pemilik club ini! Pewaris tunggal HG Group!"
"Terus? Mau presiden sekalipun kalo dia ganggu gue, gue gabakal mau minta maaf ke dia lah. Enak aja!" Rosé kemudian menghentakkan kaki keluar toilet. Jisoo hanya menggeleng-geleng kepala melihat kelakuan sahabatnya. Rosé memang keras kepala, bahkan semua sahabatnya keras kepala. Hanya Jisoo yang lebih lunak dibanding mereka.
Tidak mengejar Rosé, Jisoo kembali ke belakang konter bar, melayani pelanggan dan berusaha tidak mengacuhkan Rosé. "Sudah besar," pikirnya, "dia pasti tahu apa yang dilakukannya dan konsekuensinya."
Sesampainya di luar kelab, hawa dingin menyambut. Rosé baru teringat, ia tadi ke sini bersama Jennie dan gadis itu sudah pulang sedari tadi. Ia menggerutu. Mau tak mau harus naik taksi ke apartemen.
Rosé mengeluarkan ponselnya, hendak mencoba menelepon taksi ketika tiba-tiba pegangannya terlepas dan benda pipih itu berpindah tangan. Rosé yang sudah bad mood, makin sebal saja. Didongakkan kepalanya dan tidak heran ketika menemukan lelaki yang disiram lemonade olehnya tadi berdiri di sana. Memegang ponsel di tangan kanan dan tangan satunya dimasukkan ke saku celana. Rosé heran kenapa kedatangan lelaki ini tidak terdeteksi oleh inderanya.
"Mau ke mana? Urusan lo sama gue belom selesai." Rosé memutar mata dan tersenyum sinis.
"That's my line," si gadis bersidekap. "Lucky you I didn't break your body into pieces."
"Oh? Padahal lo yang nyiram gue loh,"
"Lo duluan yang main rebut minuman gue. Lo pikir gue senganggur itu sampai nyiram orang gak dikenal tanpa alasan?" Rosé bergeming, tidak beralih posisi. Sepertinya ia akan melayani Goo Junhoe sampai lelaki itu meminta maaf padanya atau sekadar mengembalikan ponselnya. Ia bukan tipe pendendam, dan siraman lemonade di depan para pengunjung kelab sudah cukup impas menurutnya. Jadi Rosé tidak akan memperpanjang masalah lagi.
"Ck. Keras kepala," Junhoe hanya menyahut singkat. "Ponsel lo biar gue sita. Gue bakal balikin kalo lo minta maaf ke gue." Junhoe mengeluarkan sesuatu dari sakunya. Sebuah kartu nama. Rosé mendecih ketika Junhoe menyodorkan kartu namanya, tidak ada niatan untuk menerima kertas itu.
"Ambil. Atau minta maaf sekarang. Baru gue balikin ponsel lo."
"Ogah." Kemudian tanpa ragu Rosé melangkahkan kaki menjauh, meninggalkan Junhoe dan ponsel miliknya. Junhoe tercengang, menatap kepergian Rose. Ia tidak menyangka akan mendapat respon seperti itu. Gadis itu menghentikan taksi yang lewat, lalu tanpa menoleh lagi ia masuk dan menutup pintu mobil. Meninggalkan Junhoe sendirian.
"Sialan!"
-o0o-
Notes:
LOL GUE BARU SADAR SELAMA INI TULISAN TO BE CONTINUENYA KURANG 'D' gdjsjhdkdklkl pardon my grammar gengs dan tanpa banyak bacot lagi: HAPPY READING!!😘😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Dopamine | Junhoe x Rosé
FanfictionRoséanne Park, mantan model papan atas yang kini menjabat sebagai CEO sebuah butik, mengalami trauma yang selalu menghantuinya dari masa lalu. Pertemuannya dengan Goo Junhoe tidak dapat dibilang bagus, pun memantik traumanya, namun diam-diam lelaki...