22. Free-falling

1K 83 25
                                    

Televisi, radio, situs pencarian Maver, hingga portal media daring secara serentak melaporkan berita mengenai mantan model yang diduga terlibat kasus penggunaan obat-obatan terlarang. Para awak media berkompetisi untuk menjadi yang paling awal menemukan perkembangan teranyar dari kasus tersebut. Publik dan netizen yang menggemari berita dan gosip sensasional menyerbu berbagai forum diskusi di internet serentak jadi detektif dadakan dengan menuliskan bermacam teori konspirasi buatan mereka.

Di luar sana begitu ramai, tapi juga begitu sepi. Seperti bangunan yang tampak dingin dan angkuh, tanpa sentuhan kehidupan di lingkungannya yang menjual eksklusivitas. Sesosok laki-laki bersetelan jas dengan atasan yang disampirkan di bahu memasuki elevator dengan tergesa. Seolah tidak ada apapun yang dapat mengambil atensinya selain entah sesuatu apa yang saat ini memenuhi pikirannya. Ia bahkan tidak menyadari tremor pada jari telunjuk yang digunakannya untuk menekan tombol penunjuk lantai apartemen. Lantai enam belas.

Goo Junhoe hampir menyumpahi seseorang yang tengah malam seperti saat ini keluar dari rumah hangat mereka dan menghentikan laju lift yang ditumpanginya selama beberapa sekon. Kotak besi seluas dua kali dua meter tersebut kemudian menutup, dengan diam kembali bergerak menuju ke atas. Satu pengunjung entah penghuni —Junhoe tidak memedulikan yang mana yang benar— yang menumpanag elevator bersamanya turun di lantai yang sama dengan yang ia tuju. Tidak bisa tidak acuh, lelaki itu meneliti gerak-gerik laki-laki asing tersebut.

Dalam tiga hari terakhir, tidak hanya satu dua wartawan dari majalah infotainment hingga kru portal gosip peringkat ecek-ecek yang bertandang ke kediaman Roséanne. Hampir setiap hari mereka membanjiri lingkungan sekitar apartemen Rosé dan gedung di mana L'épine menyewa tempat. Satu orang kru bahkan sampai menyusup masuk ke dalam gedung apartemen sang gadis. Untung saja pihak keamanan di sana tidak dipekerjakan sebagai penjaga keamanan dan ketertiban lingkungan hanya untuk memakan gaji buta saja. Setelah kejadian seperti itu, tingkat keamanan di daerah apartemen Rosé diperketat.

Walau begitu, Junhoe tetap tidak sudi untuk menurunkan kewaspadaannya. Lebih baik ia mencurigai dan menyinggung banyak orang daripada membiarkan kemungkinan Roséanne terluka, sekecil apapun kemungkinan tersebut. Oleh karena itu, Goo Junhoe tidak segera menuju pintu apartemen Rosé, tapi menunggu. Menantikan apakah pria itu akan berjalan lurus hingga ujung koridor di mana pintu apartemen Roséanne terletak, atau menuju salah satu dari lima hunian yang lain.

Junhoe melangkah pelan, seolah macan kumbang yang mengendap di belakang mangsa. Saat laki-laki di depannya berbelok menuju koridor di mana apartemen Rosé berada, kelam di mata Junhoe makin menggelap. Punggung itu menegak bersiap menghadang siapapun yang berani mendatangi tempat tinggal sang gadis.

Meski pada akhirnya urung sebab lelaki itu berhenti dan memasukkan kode kunci di satu apartemen berjarak satu pintu dari apartemen Rosé.

Goo Junhoe lantas bergegas menghampiri apa yang jadi tujuan utamanya datang ke sana. Ragu beberapa sekon sebelum dengan telunjuk yang masih gemetar ia menekan bel.

Satu menit berlalu dan tidak tampak tanda-tanda seseorang di dalam sana untuk membukakan pintu dan menyilakan masuk. Junhoe kembali memencet bel, ini yang kedua kalinya dan dirinya makin tidak yakin kalau sang pemilik rumah mau mempersilakannya masuk.

"Ngapain lo ke sini?" Kalimat tanya yang diucapkan dengan nada tidak ramah itu terdengar menggema di lorong yang sunyi. Junhoe memutar badan dan menemukan sosok Lisa dengan pakaian serba hitam menatapnya curiga.

"Lo sendiri ngapain ke sini?"

"Gue mau ketemu Oci."

"Ya sama. Gue mau ketemu dia." Lisa memicingkan mata mendengar balasan Junhoe. Namun setelahnya, gadis berponi itu membuang gestur curiga dan tidak ramah terhadap laki-laki di hadapannya.

Dopamine | Junhoe x RoséTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang