Finished edit:
Wed, Dec 26th 2018HAPPY READING!!!
•
•
•Jisoo bingung setengah mati ketika bosnya mengacungkan ponsel dengan case geometric print yang serupa dengan punyanya. Plus, Junhoe menanyakan kata sandi ponsel itu padanya.
"Itu..."
"Punya temen lo yang kurang ajar itu." Ya, Jisoo tahu. Masalahnya kenapa ponsel sahabatnya ada pada lelaki itu dan menanyakan kata sandi segala?
"Kok bisa ada di lo?"
"Gue sita tapi dia gak niat ambil lagi. Yaudah gue klaim aja sebagai punya gue." Jisoo menggeleng-gelengkan kepala. Rosé tidak akan pernah mau melakukan sesuatu yang tidak masuk akal, namun kelakuannya saat ini sungguh tidak masuk akal.
"PIN-nya 868686." Jisoo memicing curiga sebelum akhirnya memberi tahu juga. Junhoe segera mengetik enam deret angka tersebut dan segera berlalu dari hadapan Jisoo.
"Thanks! Lo bisa pulang sekarang!" Junhoe berteriak pada Jisoo dari anak tangga, menuju ke ruang kerjanya di lantai dua. Jisoo menghela napas berat. Sudah begini bagaimana cara menghubungi Rosé coba? Ia tidak menyangka peristiwa di tempat kerjanya beberapa saat yang lalu berujung seperti ini. Rosé pasti terlalu marah hingga mengabaikan apapun termasuk jika ponsel miliknya sendiri diambil. Sahabat yang bertahun-tahun dikenalnya selalu bersikap seperti itu.
Di sudut lain Seoul, di dalam taksi yang membelah jalanan, seorang gadis menutup mata lelah. Ia tampak tidur, namun sebenarnya ia sangat terjaga. Kepalanya dipenuhi pikiran yang berkecamuk. Jika saja isi otaknya bisa diproyeksikan keluar, maka akan tampak benang-benang berbagai warna yang kusut masai. Rosé menghela napas kasar, untuk yang ke sekian kalinya.
"Fuck world." Desis Rosé, lebih kepada dirinya sendiri. Beberapa saat kemudian taksi yang ditumpanginya berhenti. Halaman apartemennya sepi, hanya ada satpam dan sebuah mobil sedan hitam. Setelah membayar ongkos taksi, Rosé melangkah menuju kediamannya di lantai 16.
-o0o-
Tidak ada cericip burung dan sinar matahari yang menelusup melalui sela-sela tirai apartemen Rosé. Hari masih pagi, matahari bahkan belum terbit. Namun si gadis Park telah terbangun. Rambutnya kusut, lingkar matanya semakin menggelap. Ia tidak tahu dan tidak peduli berapa jam ia tidur, nyatanya ia tidak mendapat apa yang orang-orang sebut sebagai tidur berkualitas, sebanyak apapun ia menutup kelopak matanya dan hilang kesadaran.
Ia berjalan menuju dapur, mencari sisa-sisa makanan instan yang tersedia. Ada sekotak yogurt dan buah-buahan kaleng. Sisanya lusinan kaleng bir dan soda. Rosé mengambil yogurt dan buah, untuk sarapan. Ia membawa menu yang jauh dari kata nikmat itu ke ruang tamu, mendudukkan diri di depan televisi yang mati. Tangannya setia menyuapkan sendok demi sendok ke mulutnya, mengunyah dan mengecap rasa asam yogurt dan manis buah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dopamine | Junhoe x Rosé
FanfictionRoséanne Park, mantan model papan atas yang kini menjabat sebagai CEO sebuah butik, mengalami trauma yang selalu menghantuinya dari masa lalu. Pertemuannya dengan Goo Junhoe tidak dapat dibilang bagus, pun memantik traumanya, namun diam-diam lelaki...