"Gara-gara gue?"
"Apa?"
"Panic attack lo tadi, apa gara-gara gue?" Goo Junhoe menatap jalanan walau pertanyaan yang dilemparnya tertuju pada Roséanne. Keduanya tengah berada dalam HRV milik Jisoo yang dibawa Rosé menuju pertemuan mereka hari ini. Kendaraan Junhoe, entah apapun yang dipakainya tadi, untuk sementara ditinggalkan di tempat parkir restoran.
"Nggak. Bukan gara-gara lo. Cuma apa yang lo bilang tadi cukup … bikin gue keinget?" Lelaki itu menawarkan diri mengantarkan Rosé pulang ke apartemennya, menyudahi pertemuan dadakan tersebut walau pembicaraan mereka belum sempat mencapai kesimpulan. Junhoe bisa saja meminta Roséanne tinggal untuk beberapa saat. Tetapi karena ia merasa bertanggung jawab telah membuat sang gadis seperti itu, jadilah ia menyuarakan inisiatif untuk mengantarkan pulang sebagai gantinya.
"Ya, gimana pun juga, lo kayak gitu karena ucapan gue. Jadi gue minta maaf." Ini yang kedua kali Junhoe menjadi penyebabnya. Disangkanya Rosé akan terpicu karena tindakan gilanya, yang dengan impulsif mencium sang gadis dengan liar. Kalau diingat, Junhoe merasa otaknya tidak berfungsi dan logikanya entah ke mana. Rasional memang bukan merupakan salah satu karakter yang dibanggakan oleh seorang Goo Junhoe, tapi setidaknya rasionalitas bawaan sebagai manusia harusnya cukup untuk membuatnya berpikir sebentar saja sebelum bertindak. Namun siapa sangka justru perkataannya yang ia rasa tidak ada sangkut pautnya lah yang menjadi penyebab.
Penyesalan memang selalu datang di akhir. Walau Rosé mengatakan sendiri kalau semua ini bukan karenanya, tapi siapa yang tahu kalau gadis itu berbohong dan menutupi kebenaran?
Permintaan maaf Junhoe terdengar begitu berbeda dengan nada yang dipakai lelaki itu saat menuntut permintaan maaf dari Rosé. Rasanya Junhoe yang main-main dengan sang dara dan Junhoe yang sekarang adalah sosok yang berbeda. Gadis itu tidak mengerti bagaimana seseorang bisa menjadi seberbeda itu. Entah yang mana Goo Junhoe yang sesungguhnya.
"Gue bener-bener salah, Roséanne. Gue sadar itu." Tidak mendengar apapun dari bibir sang nona Park, Junhoe kembali membuka mulut. "Kasih tahu gue, apa yang harus gue lakuin buat nunjukin permintaan maaf gue?"
Dua kali tarikan napasnya dan Rosé akhirnya setuju untuk menyuarakan keingintahuan di dalam benaknya.
"Kalau lo semudah ini minta maaf ke gue, kenapa lo ngelakuin hal-hal itu in the first place?" Gadis itu sudah lama sekali ingin menanyakan hal ini, bahwa persona Junhoe yang mulai dikenalinya dalam periode pasca insiden lemonade justru tidak sinkron dengan apa yang ditunjukkan lelaki itu di awal pertemuannya.
Lampu lalu lintas berubah merah dan Junhoe memanfaatkan waktu yang singkat itu untuk menatap lekat gadis di sampingnya.
Memang benar kata Roséanne. Ia melupakan kesalahan yang dilakukannya sebelum ini. Junhoe menggenggam kemudi dengan erat, lalu mengendurkannya setelah beberapa sekon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dopamine | Junhoe x Rosé
FanfictionRoséanne Park, mantan model papan atas yang kini menjabat sebagai CEO sebuah butik, mengalami trauma yang selalu menghantuinya dari masa lalu. Pertemuannya dengan Goo Junhoe tidak dapat dibilang bagus, pun memantik traumanya, namun diam-diam lelaki...