Denting notifikasi pesan masuk menyadarkan Rosé. Ia mengecek ponselnya dan menemukan pesan yang dikirimkan Presdir Goo. Kepala keluarga Goo tersebut mengirimkan pengingat soal undangan pesta untuk merayakan pernikahan mereka secara personal, mengingat hubungan kerja keduanya cukup baik. Desainer yang dilanggan Presdir Goo untuk merancang gaun Nyonya Goo tentu harus hadir di acara tersebut.
“Siapa Ci?” tanya Jennie yang tengah menyeruput kopinya dari botol tumbler besar. Ia menoleh sejenak, karena satu-satunya yang tertinggal di meja kafe dan tidak memesan dessert manis adalah Jennie––selain Rosé tentunya.
“Ah, itu, undangan pesta dari presdir HG Group,” Roséanne menyahut sambil mengetik balasan terima kasih.
“Oh, lo juga dapet undangannya?” Membicarakan undangan membuat Roséanne terbayang akan sosok lelaki yang entah bagaimana kabarnya saat ini.
“Iya, dapet. Lo juga dapet kan Jen? Atau jangan-jangan om sama tante nggak ngajakin lo?”
“Ah, kemarin Papa nyebut-nyebut pesta HG Group tuh pesta ini? Gue disuruh dateng buat ngewakilin ortu tapi gue masih mikir-mikir. Kalo ada lo gue bakal ikut deh Ci.” Ujar Jisoo, tiba-tiba dari arah belakang Rosé. Gadis itu mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi ayahnya segera setelah meletakkan dua piring kecil berisi canelé dan madeleine.
“Gue diajak Jaewon sebenernya, cuman males banget ya nggak ada yang gue kenal. Pasti gue nanti ditinggal sendirian lagi karena dia sibuk nyapa kenalan-kenalannya. Males beramah-tamah sama orang-orang kaya.” Jawab Jennie sembari diam-diam mengambil alih piring berisi madeleine milik Jisoo.
“Lo tuh pebisnis, Kim Jennie, tapi lo males bikin koneksi. Padahal ya, pacar lo social butterfly begitu, manfaatinlah. Kalo gue jadi lo nih, gue bakal ngikut ke semua pesta dan kumpul-kumpulnya Jaewon.” Komentar Jisoo mendengar curhatan Jennie, tangannya sibuk mengusir jari-jari Jennie yang usil. Lisa yang sedari tadi hanya menikmati macaron sambil mendengarkan omongan sahabat-sahabatnya tiba-tiba bertepuk tangan heboh.
“Bentar, bentar. Jadi kalian bakal ke pesta ini?” tiga yang lain kompak mengangguk. “Sedangkan di pesta ini kemungkinan besar ada si Junhoe Junhoe itu, cowok yang nyium Oci?” dibalas anggukan yang sama. “Dan kalian tega pergi tanpa gue??” Lolong Lisa, tidak percaya ketika Rosé, Jennie dan Jisoo mengangguk juga untuk pertanyaan terakhirnya.
“Gue bercanda, Lilis. Gue bisa minta ke Presdir Goo satu undangan lagi. Atau kalo Kak Lily nggak ikut, lo bisa pake undangannya Kak Lily.” Rosé menepuk-nepuk bahu Lisa, setelah menertawakan gadis itu karena merasa ditinggalkan sendiri. Balasan Roséanne justru mendapat tiga pasang tatapan mencurigakan yang direspon dengan dehaman sang gadis.
“Lo yakin Lis, mau ikut ke pesta? Kalian serius mau membuntuti gue di pesta ini?” Tanya Rosé memastikan, sekaligus menggeser topik pembicaraan. Menjalin persahabatan sejak masih belasan tahun, Roséanne tahu arti tatapan ala laser dari teman-temannya itu. Mereka pasti mencium gelagat tidak biasa Rosé yang seakan begitu familiar dengan keluarga Goo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dopamine | Junhoe x Rosé
FanfictionRoséanne Park, mantan model papan atas yang kini menjabat sebagai CEO sebuah butik, mengalami trauma yang selalu menghantuinya dari masa lalu. Pertemuannya dengan Goo Junhoe tidak dapat dibilang bagus, pun memantik traumanya, namun diam-diam lelaki...