Mangkuk, sumpit, sendok dan gelas telah tertata di atas mini bar yang menghadap ke arah dapur. Alat makan keramik dan kayu kualitas premium dengan desain elegan membuat masakan yang terhidang tampak mewah dan berkelas. Uap panas mengepul dari mangkuk besar di depan Rosé, mengantarkan aroma sedap ke indera pembaunya. Jisoo memasakkannya mi dengan dumpling kuah, salah satu menu kesukaan sang gadis. Meski begitu, Roséanne hanya menatap lurus tanpa fokus, pikirannya masih melayang pada memori yang diingatnya saat bangun.
Ada perasaan mengganjal di sudut hatinya, sesuatu asing yang tidak ia paham. Ketika Jisoo mencoba menenangkan dan memberinya semangat dengan pelukan, lalu bayangan Junhoe yang menyudutkan tubuhnya ke tembok...Rosé sadar dia bukan tidak menyukai hal itu. Sesuatu di benaknya menyuarakan sekalimat bisikan lirih, yang membuat Roséanne tersadar dan mulai memerhatikan sekelilingnya. Jisoo sedang mengambil kotak berisi kimchi dan acar di kulkas, membelakangi Rosé yang termenung.
"Malam ini ada jadwal kerja nggak?" Roséanne bertanya, mencari topik bahasan untuk menghilangkan kesunyian. Jisoo menggeleng.
"Gue minta ganti shift," imbuhnya, sembari menggigit ujung sumpit. Rosé mengangguk paham.
"Gue nggak bilang ke si Bos sih," ucapan Jisoo selanjutnya membuat Rosé menahan aksinya untuk mengambil sepotong kimchi kubis. Bos yang dimaksud Jisoo tak lain dan tak bukan adalah Junhoe. Kata itu, meski tidak dengan spesifik menyebut nama Junhoe, tetap membuat Rosé merasa cukup aneh. Ide di kepala yang asalnya dibisikkan oleh sesuatu di otaknya mendadak muncul kembali, dan suara itu terdengar lebih jelas di benak Rosé sekarang.
Sentuhan cowok itu...lo mau ngerasain sentuhannya sekali lagi kan?
Demi Tuhan Rosé dibuat bungkam oleh pemikirannya sendiri. Kalau bukan karena Jisoo yang nampak tidak mengucapkan apapun, Rosé akan percaya bahwa ide itu bukan berasal dari dirinya. Dia tidak tahu sebab apa dan sel otak bagian mana yang memantik pertanyaan semacam itu.
Roséanne mendecakkan lidah tanpa sadar.
"Oci, nih, karena lo suka yang isi seafood," Jisoo mengambil sendok sayur dan memindahkan dua bola dumpling ke mangkuk Rosé. Sejak tadi diperhatikannya gerak-gerik sang sahabat, dan Jisoo sampai pada kesimpulan bahwa Rosé tengah memikirkan sesuatu yang rumit. Ia tidak mau memaksa Rosé untuk berbagi dengannya, tidak jika bukan sang gadislah yang berinisiatif mencurahkan isi hatinya sendiri. Jadi ia lakukan saja apa yang bisa dilakukannya untuk Rosé.
"Makasih..." Pikiran Rosé terdistraksi sejenak. Ia menggigit satu dan merasakan kuah beraroma laut yang khas menyebar di dalam mulut. Gurih dan segar, ditambah rasa asam kimchi kubis yang renyah, siapa pun yang merasakannya akan melupakan apa saja yang sedang dipikirkan sebelumnya. Termasuk Rosé, yang memutuskan untuk meletakkan pertanyaan-pertanyaan mengenai ide gila tadi di dasar pikiran.
–o0o–
Selepas makan siang, Jisoo bersikeras membereskan dan mencuci peralatan makan siang-menjelang-sore mereka barusan. Roséanne dipaksa duduk di depan televisi yang menampakkan laman utama Netflix. Jisoo memberikannya sepiring kudapan manis, kemudian memilihkan satu judul film dokumenter sebelum kembali ke dapur dan mengenakan sarung tangan cuci berwarna merah muda neon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dopamine | Junhoe x Rosé
FanfictionRoséanne Park, mantan model papan atas yang kini menjabat sebagai CEO sebuah butik, mengalami trauma yang selalu menghantuinya dari masa lalu. Pertemuannya dengan Goo Junhoe tidak dapat dibilang bagus, pun memantik traumanya, namun diam-diam lelaki...