19. The Brewing Storm

1K 139 18
                                    

Jisoo telah meninggalkan pesta tepat sebelum pengumuman Presdir Goo mengenai transfer saham grup HG pada Junhoe. Ia baru mengetahui berita mengejutkan tersebut di tengah perjalanan pulang menuju rumah keluarganya. Meski tidak sempat menyelamati bosnya tersebut secara langsung, Jisoo merasa ia bisa melakukan hal itu kapan saja, karena toh Junhoe ada di 78° hampir setiap hari.

Akan tetapi ketika ponselnya berdering dan Jisoo melihat nama Junhoe dengan ukuran huruf besar tertera di layar, gadis itu secara tidak sadar mulai merangkai kalimat selamat penuh puja puji untuk diucapkan dengan fasih kepada sang atasan.

"Halo, bos Goo. Selamat atas—"

"Kim Jisoo, lo di mana? Bisa balik lagi ke hotel nggak? Roséanne … pokoknya lo ke sini dulu, biar tahu kondisi Rosé secara langsung.” Jisoo merasa jantungnya berdetak terlalu cepat, begitu keras hingga dia dapat mendengarnya seolah telinganya menempel di rongga dada dan bukan di sisi kepala. Ia segera meminta paman pengemudi taksi untuk memutar balik dan kembali ke tempat di mana Jisoo dijemput.

"Goo Junhoe!" Jisoo tidak sempat memedulikan relasi bos-karyawan dan melesat ke arah Junhoe berdiri. Gadis itu mencengkeram lengan Junhoe, wajah pucatnya sungguh menggambarkan bagaimana ia mengkhawatirkan seorang Roséanne Park.

"Rosé udah nggak apa-apa. Kak Hani baru aja kasih dia obat tidur. Tapi curiganya, minuman yang diminum Rosé ada obatnya. Drugs." Jisoo menganga tidak percaya, namun semua bentuk pertanyaan di kepalanya tidak diungkapkan melalui lisan. Gadis itu diam mengikuti langkah Junhoe, memasuki elevator yang membawa mereka ke lantai atas di mana kamar suite Junhoe berada. Lelaki itu mengeluarkan kartu kunci kamar sebelum membuka pintu, memperlihatkan ruangan seluas 200 meter persegi berisi furnitur mewah dengan interior bernuansa Scandinavian.

Jisoo tidak memerhatikan apakah lukisan yang tergantung di dinding asli atau tidak maupun berapa dana yang dikeluarkan oleh keluarga konglomerat Goo untuk menebus lukisan tersebut di lelang; fokusnya jatuh pada sosok yang terbaring di tempat tidur.

"Gue sama Junhoe curiga kalau minuman Rosé dikasih obat—dan bukan keracunan makanan, meski untuk hasil akuratnya harus tes urin." Goo Hani membuka suara. Jisoo tidak menanggapi apapun, hanya menatap wajah pias Roséanne di samping kasur. Kakak perempuan Junhoe itu menyilakannya duduk, namun Jisoo bergeming dan tetap berdiri kaku.

Jisoo tidak bisa menghentikan pikirannya yang berpendapat bahwa semenjak kejadian di 78° ketika Rosé menumpahkan lemonade di kepala Junhoe, kehidupan sahabatnya itu berubah. Sulit untuk mengatakan kalau pertemuan dengan Junhoe adalah awal dari semua ini, tapi lebih sulit lagi untuk berpikir sebaliknya.

Roséanne terbangun pada dini hari, dan mendapati Junhoe tertidur di sofa. Ia menatap lelaki itu mengembuskan napas tenang dengan dada naik turun, dan entah mengapa Roséanne tidak mampu memandang lebih lama. Gadis itu menggerakkan kepalanya ke arah berlawanan dan Goo Hani terbaring di sofa ruang tamu. Rasa nyeri di kepala membuatnya ingin tetap dalam posisi tidur, namun tenggorokannya terasa amat kering. Rosé memutuskan untuk duduk, menopang tubuh bagian atasnya dengan kedua tangan.

"Udah bangun?" Suara serak Junhoe membangunkan bulu kuduk. Roséanne meyakinkan diri kalau hal itu dikarenakan keterkejutannya atas perkataan lelaki itu yang tiba-tiba—sama sekali bukan disebabkan oleh betapa seksinya dua kata itu di telinga Rosé. 

"Lo tahu apa yang lo makan yang bikin lo begini?" Junhoe mengamati kondisi Rosé setelah memberinya segelas air. Kalimat tersebut membuat sang gadis menahan gerakannya. Wajah ayu itu memucat, sebelum memberikan gelengan sebagai jawaban. Apa yang ia konsumsi selama pesta hanyalah makanan dan minuman yang disajikan oleh tuan rumah, yang diambilnya sendiri atau oleh teman-temannya.

"Kak Hani bilang minuman lo …"

-o0o-

Apartemen di lantai tertinggi salah satu gedung termahal di Korea Selatan tampak gelap. Tirai sewarna malam tergantung berat menutupi seluruh jendela floor-to-ceiling, mencegah cahaya dari luar dapat menerobos masuk. Satu sosok berdiri membelakangi jendela, jubah mandi yang dipakainya tampak berkibar sesekali tertiup angin malam, menyelusup dari celah jendela yang dibiarkan terbuka.

Dopamine | Junhoe x RoséTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang