"The way you feel when you kiss him for the first time: like fire within your bones; like your soul has returned to the water; like every part of you that came from a dead star, is alive again." -anonymous
•
•
•HAPPY READING!
Jantung Rosé sesungguhnya tidak baik-baik saja ketika ia dan Lily mencapai meja yang telah direservasi Presdir Goo. Doa yang ia panjatkan sedari tadi tidak terkabul. Sosok lelaki yang pagi tadi mengacau di kafe tengah berada di sana. Duduk dengan elegan nan angkuh, mengenakan setelan formal. Rosé sebenarnya sedikit banyak mengantisipasi kemunculan lelaki itu malam ini, dan responnya mengenai entah rencana apa yang ada di balik wajah tampan tapi sombong itu hanya berupa detak jantungnya yang berdegup kelewat cepat. Ia sengaja tidak menatap ke arah Junhoe, namun entah bagaimana ia bisa merasakan netra sang lelaki yang tidak terlepas darinya.
"Ci, lo gak papa kan?" Bisik Lily yang menyadari perubahan rona wajah Rosé. Ia sama sekali tidak memiliki petunjuk apapun bahwa kehadiran sang putra tunggal HG Group lah yang seolah menyedot seluruh darah dari wajah atasannya itu.
"Nona Park, Anda baik-baik saja?" Bahkan Presdir Goo menanyainya seperti itu. Apakah kentara sekali wajah piasnya ini? Rosé membatin. Walau telah mengenakan senyum palsunya sebaik mungkin, tetap saja ada hal-hal seperti ini yang membuat Rosé merasa bahwa dirinya tidak seprofesional biasanya. Harusnya perkara lemonade bisa disimpan dulu untuk lain waktu.
"Tidak apa-apa Presdir Goo. Saya baik-baik saja." Rosé mengambil tempat duduk di depan klien pentingnya, dan Lily berada di sampingnya, berhadapan dengan Junhoe.
"Jika sedang tidak enak badan kita bisa atur ulang pertemuannya." Presdir Goo masih bersikukuh, pria itu tampaknya lebih ramah dan manusiawi saat ini. Namun Rosé menggeleng kuat-kuat. Semoga lelaki itu tidak menggila di situasi seperti ini, di depan mata ayahnya sendiri.
"Maafkan saya, sepertinya wajah lelah saya tidak bisa tertutupi. Namun tidak apa-apa." Rosé menempati kursi di seberang pemilik Grup HG tersebut, sebisa mungkin mengindahkan keberadaan Junhoe. Rosé berhasil memasang kembali poker face-nya. Bersikap profesional-lah selama pertemuan berlangsung. Mantra itu diucapkannya berkali-kali dalam hati.
"Oh iya, hampir lupa. Biar kuperkenalkan dulu kalian. June, ini Nona Park, CEO L'épine. Nona Park, ini putra saya, Junhoe." Padahal Rosé sudah cukup lega ia tidak bersinggungan dengan lelaki itu, tapi demi menghormati sang presdir, dijabatnya juga tangan Junhoe. Lelaki itu memperlihatkan seulas senyum, dan Rosé tentu saja menerjemahkan lengkung bibir itu bukan sebagai simbol keramahan atau sekadar basa-basi semata.
"Goo Junhoe, mohon bantuannya," ucap Junhoe, menggenggam tangan Roséanne sedikit terlalu lama, membuat ayahnya berdeham dan Rosé menarik lengannya tidak nyaman. Junhoe mengeluarkan kartu namanya, masih menyunggingkan senyum yang membuat Rosé diam-diam bergidik jijik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dopamine | Junhoe x Rosé
FanfictionRoséanne Park, mantan model papan atas yang kini menjabat sebagai CEO sebuah butik, mengalami trauma yang selalu menghantuinya dari masa lalu. Pertemuannya dengan Goo Junhoe tidak dapat dibilang bagus, pun memantik traumanya, namun diam-diam lelaki...