9. Sebuah Perjanjian

1.2K 91 14
                                    

Sulli bangun dengan sebuah lengan yang melingkar dipinggangnya, ia tersentak dan hampir saja membangun pria yang ada disebelahnya. Dahinya ditutup dengan sebuah kain yang tak lain adalah untuk mengompres tubuhnya yang demam semalam. Bajunya sudah diganti dengan kemeja kebesaran berwarna putih yang tak lain adalah milik pria yang disebelahnya.

Matanya meneliti ruangan tersebut, ruangan yang didominasi berwarna putih dan abu-abu menambah kesan kelam pemiliknya. Minho tertidur damai sambil memeluknya, ia berbaring miring untuk menatap wajah pria yang tak lain adalah mantan bosnya. 

Jika sedang tidur aura jahat dan kejam miliknya sama sekali tak terlihat, wajah damainya hanya membuat dadanya sesak. Benarkah ia sudah menjual dirinya? Ia masih tak percaya dengan kenyataan yang semakin menohok hatinya. Ia berada dirumah Choi Minho, dengan segala keangkuhan yang dimiliki pria itu. 

Ia terdiam sejenak, saat merasakan pergerakan Minho dengan cepat ia menutup matanya kembali. Nafasnya diubah seteratur mungkin sehingga pria itu tahu kalau dia memang masih tertidur. Minho merenggangkan tangannya tinggi-tinggi, ia menatap wanita disampingnya yang masih tertidur dengan damai. Bibirnya mengulas senyum, ia memajukan wajahnya untuk mengecup wajah wanitanya, mengecupnya dari dahi turun kehidung, ke kedua pipinya dan terakhir kebibirnya yang sangat dirindukannya.

Rindu?

Tentu saja, baru semalam ia mencium wanitanya hingga ia harus memadamkan gairahnya sendiri sekarang ia sudah menginginkannya lagi.

Ia meraih bibir wanitanya, tubuh menegang Sulli membuat Minho yakin kalau wanita itu sudah bangun. Ia sengaja menggodanya dengan membuka mulut wanitanya, tak sampai situ saja ia bahkan menggigit bibir Sulli agar wanita itu tahu kalau ia sangat menginginkannya.

Godaan dari Minho sukses membuatnya bangun, Sulli membuka matanya dan melihat pria itu sudah berada diatas tubuhnya. Minho mengangkay wajahnya dan tersenyum manis pada Sulli nya.

" Morning Kiss "

" Tuan .. "

" Aku bilang panggil Minho, sekarang kau harus terbiasa dengan itu " Katanya. Sulli mengangguk.

" Ya Minho " Ucapan mantapnya membuat Minho tersenyum. Minho mengangkat Sulli dan membuat wanita itu terpekik dengan kencang.

" Turunkan aku "

" Tidak sebelum kita sampai dimeja makan " Katanya , Sulli melotot pada pria itu. Minho terkekeh geli dengan ekspresi lucu milik Sulli. Ia menggendongnya turun melewati tangga, Minho mendudukkannya disalah satu kursi sedangkan dirinya duduk disebelahnya. 

Sarapan memang sudah terhidang sempurna disana. Kakak iparnya memang selalu memasak pagi-pagi untuk mereka semua. Ia beruntung sekali bisa makan makanan yang bergizi setiap paginya. Kedua pasangan suami istri itu Minho yakini sudah pergi , setiap pagi Yoona akan ikut bersama Donghae, kakaknya kekantornya dan ia akan berangkat kerumah sakit siang nanti, seperti itulah rutinitasnya.

Sulli yang melihat hidangan yang pastinya dihargai tak murah itu dengan air liur yang hampir menetes , semalaman ia tak memakan apapun, dan melihat begitu banyak makanan yang tersaji membuat perutnya ikut berbunyi. Minho menatapnya dengan senyum misterius, ia mendekatkan wajahnya untuk mengecup bibirnya yang tengah terbuka itu, Sulli tersentak saat Minho menciumnya, apakah tak ada waktu lain. Ia ingin makan dan kenapa seakan-akan pria itu ingin memakannya. Sial!

" Kau lapar? " Sulli mengangguk, pastinya ia lapar, apalagi harum masakannya sampai keindara penciumannya.

" Kau ingin aku suapi dengan sendok atau langsung dengan mulutku? " Sulli memerah, ia menggeleng dengan cepat dan menatap Minho dengan ekspresi tak terbaca.

Sang Kupu-Kupu Malam✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang