4. (Season 2) Terseret Luka

713 83 30
                                    


" Kamu tidak sarapan? " Pertanyaan dari Sulli membuat Minho menghentikan langkahnya. Ia berbalik dengan wajah datar.

" Bukan urusanmu "

" Tidak! Itu urusanku, kamu akan menikah denganku " Ucapnya dengan berani. Padahal mati-matian ia menahan gemetar diseluruh tubuhnya.

" Changmin akan datang dan membawa kontrak untuk kita " Sahutnya, Sulli membelalakkan matanya tak percaya. Jadi, pria itu masih saja peduli dengan kontrak. Apakah cinta yang dulu pernah diagung-agungkannya itu hanyalah omong kosong belaka?


" Kenapa kamu begitu peduli dengan kontrak, kamu tidak menerimaku apa adanya Choi Minho? " Tanya Sulli, ucapannya tidak keras tapi mampu membuat pria itu menegang ditempatnya, pandangan terluka itu. Bibir yang bergetar menahan tangis itu, apakah Minho akan sanggup kalau Sulli terus-menerus memberinya tatapan kekecewaan seperti itu.

" Aku tidak memaksamu menikahiku Minho, aku bisa, aku mampu mengurusnya sendiri. Kalau kamu memang merasa direpotkan aku minta maaf, aku akan pergi " Sahutnya lagi. Sulli menelan ludahnya untuk membasahi tenggorokannya. Ia berbalik meninggalkan Minho yang masih membisu. Tentu saja Minho tak akan mengetahui ini anaknya karena ia pernah dibohongi olehnya.

Sulli terduduk diranjang , hatinya merasa teriris dengan ucapan Minho. Apakah pria itu tak mencintainya apa adanya. Ia memang belum bisa mengutarakan perasaannya pada Minho, ia hanya tak ingin menambah beban pria itu terlebih masalahnya dengan Chang Wook belum selesai.

Ia akan memendamnya , menunggu waktu sampai pria itu benar-benar menerima kehadirannya dan juga bayinya lebih dahulu. Ia tak ingin terburu-buru, terlebih Minho sepertinya masih marah sekali padanya, ia tak bisa membayangkan hal apa lagi yang akan terjadi kalau ia mengucapkan cintanya padanya. Pasti Minho akan menganggapnya murahan, dan juga pria itu pasti akan kembali melontarkan makian kasar padanya. Ia akan mengira Sulli memanfaatkan situasi karena kondisinya yang sedang hamil, padahal ia hanya berharap Minho sedikit saja menoleh padanya, apalagi sekarang ada darah dagingnya.


Sulli merasakan perutnya berteriak lapar, ia tak sempat sarapan karena keburu mendebat pria itu. Lalu sesuatu yang mendesak ditenggorokannya membuatnya langsung berlari kekamar mandi sekarang juga. Ia berjongkok didepan toilet dan mengeluarkan isi perutnya. Isi perutnya? Ia bahkan belum makan apapun sepagian ini, ditambah semalam ia menangis hebat memikirkan Minho dengan tiada habisnya.

Sulli menutup toilet , ia membersihkan mulutnya dengan handuk kecil yang tergantung. Keluar dari kamar mandi ia melihat Yoona dan suaminya yang berdiri disana. Tidak, tidak hanya mereka, ada Minho mengekor dibelakangnya tanpa mau menoleh padanya, ini lebih sakit dibandingkan muntahan yang selalu dialaminya beberapa hari ini.

" Kau baik-baik saja? " Tanya Yoona, Sulli mengangguk lalu duduk dipinggir ranjang, rasa lemas itu kembali hadir saat dia usai dengan gejolak yang selalu hadir didalam perutnya dipagi hari.

"Kau pucat, sudah makan? " Kali ini suaminya yang bertanya. Minho mendekati Sulli, ia berdiri disampingnya menghadang kedua suami istri itu untuk tak bertanya lebih. Ia juga memberi Sulli intruksi agar tak berbicara terlalu banyak sebelum ia jadi sasaran kakaknya dan iparnya.

" Sudah " Tanpa disuruh pun Sulli pasti akan melakukannya, Minho tak perlu buang-buang tenaga untuk melotot padanya, ia sendiri pun tak suka dalam kondisi seperti ini. Hatinya menangis melihat Minho sama sekali tak ada perhatian padanya.

" Kamu harus makan walaupun sedikit, Choi Minho, antarlah dia kedokter setiap bulan untuk periksa kandungannya. Kamu sama sekali tidak peka yah? " Sindirnya. Sulli menggeleng tanda tak setuju dengan usul suster cantik itu.

...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang