"ARIVA BELLA!" teriak seseorang menganggu tidur nyenyaknya.
"Aduh siapasih yang teriak-teriak ganggu orang aja!" kesal Riva.
"ARIVA BELLA! PERGI KELAPANGAN HORMAT BENDERA SEKARANG! SAMPAI ISTIRAHAT!!" perintah Bu Yanti selaku guru matematika yang paling killer di sekolah ini.
"Eh." Riva terkejut saat terbangun. Tatapan semua ornag tertuju padanya.
Riva menatap sahabatnya meminta penjelasan. Kedua sahabatnya hanya menatap dirinya sendu. Seolah-olah berkata 'yang sabar ya'.
"RIVA APAKAH KAMU BELUM MENDENGAR PERINTAH SAYA? HORMAT BENDERA SAMPAI ISTIRAHAT! ATAU KAMU MAU SAYA TAMBAHKAN LAGI HUKUMANNYA?" teriak Bu Yanti dengan penuh tekanan disetiap katanya.
"Eh iya Bu." Riva keluar dari pintu kelas, bukannya menjalani hukuman tetapi dia malah berbelok menuju kantin.
"Bodo amat sama hukuman tuh guru, pokoknya gue laper!" Riva sudah tidak peduli dengan hukumannya, yang ia pedulikan saat ini adalah perutnya.
"Mang, nasi goreng nya satu, es teh nya satu."
"Siapp neng." Setelah beberapa menit menunggu, akhirnya pesanan Riva sudah siap.
"Ini neng."
"Makasih yang Mang." Riva memberikan selembar uang biru kepada penjual.
"Nggak ada kembaliannya."
"Udah ambil aja, gak papa ko Mang."
"Makasih ya neng. "Riva menganggukan kepalnya sebagai balasan, lalu ia berjalan mendekati salah satu meja kantin.
Riva melepaskan kacamata besarnya dan menaruhnya di meja makan, karena merasa terganggu.
"Akhirnya laper banget gue." Saat ingin melahap ada sebuah tangan berada di bahunya membuat dirinya terdiam.
"Hormat bendera," ketus seseorang pemilik tangan itu.
Riva menolehkan kepalanya belakang, dimana sudah terdapat sosok Ethan dengan tatapan datarnya.
"Ehh Ethan." Riva menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Kelapangan!" tegas Ethan. Riva menatap Ethan sendu, berharap sosok itu akan luluh.
"Aduh Ethan, gue tadi nggak sarapan. Jadi gue laper!"
"Cepet." Kekesalan Ethan semakin menjadi, saat melihat perempuan culun ini tidak mau mendengarkannya. Sesaat Riva tersadar bahwa dirinya sedang tidak memakai kacamata.
"Ehh, aduh kacamata gue dimana?" Riva buru-buru mencari kacamatanya yang sudah tidak ada di atas meja."Ini?" tanya Ethan memperlihatkan kacamata miliknya sudah ada di genggamannya.
"Ethan, siniin!" Riva berusaha untuk mengambil kacamatanya yang berada digenggaman Ethan.
"Cupu!" Ethan memberikan kacamatanya kembali kepada Riva.
"Bodo amat!"
"Kelapangan!" titah Ethan tegas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aribell
Teen Fiction"Karena yang pergi akan selalu kembali, terkecuali seseorang yang telah ditelan oleh maut." Ariva Bella Adijaya, menyamar sebagai wanita culun karena kisah kelam di masa lalunya. Riva hanya ingin memulai kehidupan dan kisah yang baru di sekolah bar...