38

190K 11.8K 105
                                    

"Udah urusannya?" sahut seseorang  dari arah belakang Riva.

"Hm." Riva hanya berdehem sebagai balasan. Ethan menduduki kursi kosong di samping Riva dan melanjutkan game yang sempat ia hentikan tadi.

"Anjir lo Than! Maen ninggalin kita terus!" gerutu Daniel menduduki kursi kosong diikuti oleh Damat.

"Ehh ayang," ucap Daniel menatap Alexa genit.

"Udahh berapa kali jangan nyebut gue sebutan yang!" ucap Alexa kesal.

"Cieee yang manggil yang ke gue," goda Daniel. Alex sudah lelah menanggapi pacarnya itu. Entah kerasukan apa ia bisa menerima Daniel yang super bobrok itu.

"Jangan malu-malu gitu yang," goda Daniel lagi sembari menusuk pipi Alexa berulang kali.

"DANIEL!!" teriak Alexa kesal .

"Apa sayang??"

"GUE BENCI LO!"

"I love you to sayang." Daniel mengacak-acak rambut Alexa dan segera berlari menjauhi kejaran perempuan itu.

"Lah Alexa mana?" tanya Dira yang baru datang dengan membawa nampan berisi makanan.

"Lagi indiaan," jawab Damar menimbulkan kebingungan.

"Maksudnya?"

"Mending ikut gue yu." Tanpa persetujuan, Damar menarik tangan Dira meninggalkan kantin.

"Makanan gue Damar!!"

Riva tidak memperdulikan itu semua, ia segera memakan makanannya dan juga memakan makanan milik sahabatnya. Dan itu semua habis tak tersisa.

Tetapi kali ini ia sedang mati karena bosan. Dirinya sedang bersama aseseorang namun merasa seorang diri.

"Terus aja maenin tuh game, sampe mampus!" sindir Riva. Ethan yang mendengar itu mempause gamenya dan melirik ke arah Riva.

"Bosen?" tanya Ethan. Riva semakin dibuat kesal oleh pertanyaan Ethan.

"Nggak!" ketus Riva.

"Ikut gue yuk?" ajak Ethan.

"Ke---" ucapan Riva terpotong saat Ethan menarik tangannya menuju parkiran.

"Ethan! Disini ada Papah gue. Mau ngamuk Bapak Negara? Nanti uang jajan gue dipotong lagi!" gerutu Riva. Namun Ethan sama sekali tidak menanggapi.

Dasar kutub es berjalan!

***

"Turun." Ethan keluar dari mobil meninggalkan Riva sendirian.

"Dasar jadi cowok nggak ada romantis -romantisnya banget!" kesal Riva keluar dari mobil Ethan dengan wajah kusut. Seketika wajah kusutnya terganti dengan wajah bahagia karena melihat tempat yang amat ia rindukan ini.

"Than? Lo masih inget tempat ini?" tanya Riva.

"Inget dan nggak akan gue lupain sama sekali," ucap Ethan masih setia melihat pemandangan Danau didepannya.

"Pantes aja gue pernah ngeliat lo disini. Padahal kan gak banyak yang tahu sama tempat ini, gue bingung dong. Ternyata lo Athan."

"Lo tau nggak Than? Gue kalau lagi banyak masalah atau apapun itu. Gue suka kesini, rasanya tenang banget," seru Riva.

"Gue tau."

"Tau?" Bingung Riva.

"Gue tau lo selalu nangis ditempat ini." Ucapan Ethan membuat Riva membelalakkan matanya kaget.

"Ta---"

"Jangan tanya alesan." Riva mencebik kesal saat Ethan memotog perkataannya.

"Dasar penguntit."

"Gak."

"Kalau bukan penguntit apa dong namanya?"

"Ayo ke atas," ujar Ethan mengalihkan topik pembicaraan dan menaikitangga yang terbuat dari kayu itu, diikuti oleh Riva.

Kedua matanya mengelilingi setiap sudut rumah pohon itu, kecil memang tapi masih cukup untuk mereka berdua. Riva mengambil sebuah bingkai foto yang sedikit berdebu. Disana terdapat dirinya dan Ethan saat berumur 6 tahun.

"Ethan liat deh." Ethan yang mendengar itu segera mendekat ke arah Riva.

"Foto?"

"Iya itu foto kita, ko guenya lucu gini yaampun gue kagak nyangka," lebay Riva. Ethan mencubit pipi Riva gemas.

"Ethan, sakit ih!" ucap Riva kesal sembari mengusap-usap pipinya. Ethan tersenyum kecil dan segera ia menelusuri setiap barang di rumah pohon yang sudah beberapa tahun ini ia jarang kunjungi. Awalnya ia tidak mau mengingat masa lalu itu lagi, tapi kebahagiaan nya datang kembali. Disini di rumah pohon ini mereka berdua di pertemukan kembali. Seakan-akan menjadi saksi bisu kenangan mereka.

Tatpannya terhenti pada sebuah benda yang sangat familiar baginya .

"Gelang?" Riva menengok kearah Ethan..

"Kenapa gelang ini ada disini?" Ethan mengambil gelang bermotif putri itu dan menunjukkan pada Riva.

"Ohh itu, gue sengaja taruh sini."

"Kenapa?"

"Pas lo pergi, gue selalu kesini. Gelang itu sama gue dipake kemana -mana. Karena gue nggak mau kehilangan gelang itu, yaudah gue taro aja disini." Riva mengambil gelang di tangan Ethan dan menggenggamnya erat.

"Sebagai kenangan," lanjut Riva.

"Maafin gue." Riva kebingungan mendengar perminta maaf dari Ethan.

"Untuk?"

"Gue udah ninggalin lo, udah bikin lo terluka,ud---" ucapan Ethan terhenti saat ada sebuah tangan membekap mulutnya.

"Itu semuanya bukan karena lo, itu semua udah takdir Ethan. Bahkan kita dipertemukan  kembali oleh takdir. Jangan ngerasa bersalah gitu deh. Lo gak salah."

"Riva?"

AribellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang