39

191K 12.2K 230
                                    

"Riva?" panggil Ethan. Riva menatap Ethan bertanya-tanya.

"Apa?"

"Lo jadi pacar gue," ucap Ethan dengan nada memerintah. Seketika tawa Riva lepas begitu saja.

"Lo nembak gue Than? Haha." Riva mengusap air matanya karena tertawa.

"Hm."

"Ko nembak nya gitu sih?"

"Gak suka basa-basi. Mulai sekarang lo pacar gue."

"Emang gue udah jawab iya gitu?" tanya Riva.

"Nggak ada penolakan!" Riva hanya tersenyum kecil.

"Romantis dikit mah," ucap Riva pura-pura kesal, tetapi jauh di lubuk hatinya ia merasa senang.

"Gue gak bisa jadi romantis, maaf." Mendengar itu Riva mengacak-acak rambut Ethan gemas.

"Gue nggak butuh cowok romantis, cukup untuk selalu ada di samping gue dan nggak bakal ninggalin gue sampai kapanpun," bisik Riva pelan.

"Gue janji."

"Gue nggak butuh janji Than, tapi gue butuh bukti." Ethan menangkup kedua pipi Riva dengan senyuman kecil.

"Gue akan buktiin itu Iva," ucap Ethan lembut.

"Gue pegang omongan lo Athan."

***

"RIVA PULANG!" Riva memasuki rumah. Senyuman lebar tak pernah luput dari wajahnya. Senyuman Riva luntur ketika papahnya sedang menatap serius.

"Tadi kamu kemana Riva? Kamu bolos! Fan kenapa kamu nggak pernah bilang sama Papah kalau kamu dibully separah itu sama anaknya Pak Ginar!" ucap Candra dingin. Aura seramnya kini keluar membuat Riva bergidik ngeri.

"Eh Papah, Riva tadi bosen. Yaudah Riva bolos ke rumah pohon. Soal bully, Riva nggak papa ko malahan Riva balik bully lagi," ucap Riva hati-hati.

Mendengar itu Candra menghela nafas kasar. "Papah sudah keluarkan Rachel sama temen-temennya. Awas aja kalau kamu gak bilang dibully lagi.  Dan jangan bolos lagi Riva!! Papah dapet laporan dari guru-guru kamu sering bolos!"

"Iya Pah gak akan."

"Satu lagi, kamu kapan buka penyamaran?" tanya Candra.

"Nanti aja Pah. Riva ke kamar dulu ya, mau mandi," Riva berlalu menuju kamarnya namun panggilan Candra menghentikan niatnya sejenak.

"Papah sama Mamah ada urusan bisnis di luar kota selama seminggu. Kamu sama Azram baik-baik di rumah. Hubungi  kita berdua kalau ada apa-apa," ujar Candra sehingga Riva dapat menghela nafas lega. Ia kira uang jajan nya akan dipotong selama sebulan.

"Iya Pah." Riva memasuki kamar terburu-buru.

"GUE SENENG!!" teriak Riva kegirangan, anggap saja dirinya gila sekarang.

"Ethan lo bikin gue gila!!!"

"DEK! JANGAN TERIAK-TERIAK WOI! JADIAN SIH JADIAN, TAPI JANGAN JADI ORANG BEGO!" teriak Azram dari balik pintu.

Riva terkejut saat mendengar ucapan Azram, segera ia keluar dari kamar menemui Azram.

"Bang, kenapa lo tau?" tanya Riva penasaran.

"Tau aja," ucap Azram santai tanpa mengalihkan pandangan.

"Bang ih, lo nguntit gue yak?" Riva menatap Azram curiga.

"Nggak ada kerjaan banget."

"Abang ih."

"Duhh anjirrr si Upin sama si Ipinnya ditabok sama si Ros!" heboh Azram menghiraukan Riva.

Golok mana golok??

Masa bodo dengan abangnya itu, ia hendak kembali memasuki kamar dengan perasaan sangat kesal.

"RIVA!" teriak Azram. Riva menolehkan kepalanya malas.

"Gue laper."

"Ya terus?"

"Masakin," ucap Azram diimut-imutkan yang membuat siapapun mendengarnya akan merasakan sakit di daerah telinga.

"Jijik," ketus Riva.

"Riva, gue laper. Berguna kek jadi Adek." Sudah terlalu lelah beradu mulut dengan Azram, ia melangkah menuju dapur..

"Gue udah berguna jadi Adek! Lo aja yang kagak berguna jadi Abang!" ketus Riva, moodnya kali ini menurun gara-gara Azram.

Riva segera ia mengambil bahan-bahan yang diperlukan dari kulkas dan segera memasak nya. Dirinya memang pintar memasak, ia kadang-kadang memasakkan keluarganya. Riva memilih memasak nasi goreng untuk mereka berdua. Ia memasak dengan lihainya. Setelah makanan siap Riva menaruhnya di meja makan.

"Bang, makanan nya udah mateng nih!"

"Iya." Azram beranjak menuju meja makan.

"Wah mantep nih kayanya," ucap Azrna ketika melihat makanan di hadapannya.

"Iya dong Riva gitu!"  Riva memakan masakannya.

"Geer nya kumat!"

***

Waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam  Ethan memasuki rumahnya. Ia berdiam diri di rumah Daniel bermain bersama. Ethan memang menbenci keadaan rumah tapi bagaimanapun ia tidak akan pernah terjerumus dalam hal yang salah seperti pergaulan bebas. Karena ibu kandungnya selalu mengajarkan bahwa mengikuti itu semua hanya akan menghancurkan diri sendiri. Maka dari itu ia selalu menghindari hal-hal negatif dan lebih memilih berdiam diri di rumah teman sampai larut malam.

"Dari mana kamu Ethan?" tanya Rio tegas. Ethan tidak memperdulikannya langsung saja ia melangkah menuju ke kamarnya.

"ETHAN! KALAU PAPAH NGOMONG ITU JAWAB!" Rio menahan tangan anak lelakinya itu.

"Penting?" ketus Ethan.

"JAWAB PAPAH! KAMU DARI MANA? SELALU PULANG JAM SEGINI!"

"Emngnya anda pernah memikirkan saya?bukannya anda sibuk dengan pekerjaan anda dan istri baru anda tuan Rio yang terhormat?"

"JAGA UCAPAN KAMU ETHAN!"

"Saya lelah!" Ethan menghempaskan tangan Rio secara kemudian memasuki kamar. Ia melangkah menuju balkon. Matanya menatap lampu kamar di depannya meredup bertanda sang pemilik kamar sudah tertidur. Karena perempuan itu tidak menyukai kegelapan, ia tahu benar.

Tatapannya teralihkan ke atas dimana terdapat bintang-bintang indah menghiasi langit.

Mamah tenang disana? Aku selalu merindukan dirimu  di dunia.

AribellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang