17

218K 14.3K 460
                                    

Riva memberikan ponselnya kepada Bu Lina membuat Bu Lina terdiam bingung.


"Ini kata Papah saya," ketus Riva. Bu Lina mengangguk dan mengambil ponsel Riva untuk menerima telepon itu lalu berlalu ke ujung ruangan.

Riva melihat wajah Bu Lina berubah menjadi pucat, entah apa yang dibicarakan oleh papahnya pada Bu Lina. Selesai bertelepon, Bu Lina kembali dan mengembalikan ponsel Riva. "Maaf kan saya Riva, saya nggak tau kalau kamu anaknya Pak Candra."

"Ibu, kalau Riva anaknya Papah pasti Ibu nggak bakal berani marahin saya. Jadi kalau saya kasih tau jati diri saya semuanya pasti pada munafik. Saya tidak bersalah disini, dan Ibu tidak mempercayai saya. Maka dari itu lebih baik Ibu yang berbicara dengan Papah saya, " ucap Riva, kemudian berlalu pergi meninggalkan ruang BK, tapi sebelum itu Riva mengucapkan sesuatu kepada Bu Lina.

"Oh iya Bu, tolong jangan kasih tau jati diri saya yang sebenarnya. Karena Riva ingin hidup tenang. Makasih." Riva lalu melanjutkan langkahnya keluar dari ruang laknat itu.

"Riva tungguin kita ih!" sahut Alexa, keduanya segera mengikuti Riva keluar.

"Kenapa lo udah keluar gitu aja?Lo mau gue laporin ke Papah gue?"sinis Rachel membuat Riva menghentikan langkahnya.

"Nggak perlu," balas Riva balik sinis.

"Kenapa? Lo takut? Kalau takut kagak usah belagu deh! So-soan nampar pipi gue yang mulus ini, iri bilang aja pipi gue mulus kan? Makanya minta maaf ke gue sekarang, kalau nggak mau gue laporin," ucapan Rachel membuat Riva memutar bola matanya kesal.

"Takut sama lo? Panggil aja tuh Kepala sekolah! Donatur-donatur, demi apapun gue kagak peduli! Gue nggak akan takut sama cabek kayak lo, dan satu lagi gue juga nggak akan sudi minta maaf sama lo!" ucap Riva tajam.

"Oh iya, pipi lo mulus? Ko tangan gue rasanya kasar banget udah nampar lo. Makanya, banyakin perawatan ya. Duit tuh dipake perawatan bukan ngecabe di sekolah." Riva berlalu pergi. Dira dan Alexa menatap ketiga orang itu sinis lalu segera beranjak pergi menyusul Riva

Alexa melihat ke sekeliling sekolah mencari keberadaan Riva yang cepat sekali menghilang, mereka sudah berkeliling mencari Riva. Sampai akhirnya, mereka berada di kantin. Dan benar saja sosok itu ternyata sedang makan dengan lahapnya.

Dengan kesal Dira dan Alexa menempeleng kepala Riva, sehingga baso yang sudah berada di mulut Riva jatuh begitu saja.

"Baso gue,"lirih Riva, lalu menatap tajam kedua sahabatnya itu.

"Eh Sarkonah! Kita cape -cape nyari lo, sampe keliling ini sekolah, Tau-taunya lo lagi disini makan!!" kesal Dira, Riva hanya cengengesan memasang wajah tanpa berdosa.

"Nggak mau tau, pokoknya lo traktir kita! Lo yang bikin kita cape kayak gini!" ucap Alexa, Riva menghela nafas kasar, lalu mengangguk mengiyakan.

"Asik, makasih beb!!" girang Alexa lalu menarik tangan Dira untuk memesan makanan.

Setelah beberapa menit Dira dan Alexa membawa makanan yang tidak sedikit, Riva menatap mereka tka percaya.

"Astagfirullah Alexa, Dira. Lo mau bikin gue bangkrut apa?" kesal Riva.

"Yee kali-kali dong Riv,"ucap Dira.

AribellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang