26

191K 12.5K 969
                                    

"Nih Dek!" Azram melempar tas Riva tepat di wajah.

"Bgst!" kesal Riva, sedangkan Azram hanya cengengesan.

"Baju lo kenapa basah coba? Udah mandi lo?" Azram memberikan jaket kepada Riva yang langsung memakainya.

"Biasalah sama nenek lampir."

"Lo dibully lagi?" Riva menganggukan kepala sebagai jawaban.

"Sama Rachel?" Lagi-lagi Riva mengangguk.

"Wah bener-bener harus dikasih pelajaran tuh cewek!!"

"Mau Paman panggil mereka?" saran Satya.

"Gak usah, udah mampus sama Riva," ucap Riva tenang.

"Hah?" bingung Azram.

"Salahnya dia bully Riva, lah Riva mampusin mereka sekalian sama dayangnya." Azram menepuk rambut Riva menatapnya bangga.

"Nah itu baru adek gue!"

"Lo mau balik Riv?" tanya Azram duduk di ssmping Riva.

"Heem."

"Yaudah gue juga mau balik."

"Yaudah ayo." Seenaknya saja mereka mengatakan seperti itu di hadapan kepala sekolah.

"Azram kamu belajar saja." ujar Satya. Azram tersenyum lebar ke arah pamannya lalu menarik tangan Riva keluar dari ruangan.

"Candra, kedua anakmu terlalu ajaib," gumam Satya yang sudah tidak tau harus bagaimana lagi.

"YUHUU MOMMY, I'M BACK!" teriak Riva memasuki rumah.

"KALIAN KENAPA UDAH PULANG HAH? BOLOS LAGI?" tanya Zahra mendatangi Azram dan Riva.

"Iya," ucap mereka bersamaan.

"Kenapa bolos?" tanya Zahra tajam.

"Mau aja," kali ini Azram yang berucap.

"Yaudah biarin, sekolah tuh jangan terlalu rajin. Nanti setress yang ada. Gak papa cuman sehari, Mamah 1 bulan gak masuk sekolah tapi tetep dilulusin ko. Karena emang mereka udah pusing sama Mamah, jadi tenang aja. Sehari bukan apa-apa," ucap Zahra santai, lalu kembali menuju dapur. Sedangkan Riva dan Azram hanya melongo mendengar perkataan mamahnya tadi. Mereka kira akan di ceramahi besar-besaran, namun salah.

Zahra terlalu limited edition.

***

"DE! BANGUN TUH ADA SI DAMAR DI BAWAH!" teriak Azram membangunkan Riva yang masih setia meringkuk di kasur.

"RIVA ADA SI DAMAR DIBAWAH!"

"Berisik." Riva melempar guling tepat di wajah Azram

"Anjir lo Dek!"

"Cepet ada Damar dibawah!!"

"Ohh Damar."

"APA? DAMAR? JAM BERAPA SEKARANG BANG?" kaget Riva menatap Azram.

"Jam tujuh malem." Ucapan Azram membuat kedua mata Riva membulat.

"Lo ko kagak bangunin gue sih?" gerutu Riva berjalan ke arah kamar mandi.

"WOI OGEB! GUE DARI TADI BANGUNIN LO. LONYA AJA YANG KEBO!" Riva membanting pintu dengan keras sehingga Azram terlonjak kaget.

"GUE BELUM MAU MATI WOYY!" kesal Azram, jantungnya berdegup dua kali lebih kencang karena kelakuan Riva.

"AZRAM! JANGAN TERIAK-TERIAK!" sahut Zahra luar kamar. Ia berlalu keluar kamar menemui Damar.

"Riva nya mana Bang?" tanya Damar.

"Tuh lagi mandi, baru bangun dia. Dari tadi tidur terus udah dibangunin beberapa kali gak bangun-bangun soalnya," jelas Azram, duduk di sofa dan menyalakan TV.

Selang beberapa menit Riva keluar dengan tampilan sederhananya. Namun di mata Damar, Riva terlihat sangat cantik.

"Ayo Damar."

"MAH! RIVA PERGI DULU!" pamit Riva, kepada mamahnya yabg berada di kamar.

"PULANGNYA JANGAN MALEM-MALEM!" balas Zahra.

"WOI JANGAN TERIAK-TERIAK! GUE JADI NGGAK TAU SI KAK ROS NGOMONG APAAN!!" sahut Azram ikut berteriak.

"Maaf ya, keluarga gue emang bising."

"Justru rame kayak gitu Riv." Keduanya melangkah keluar rumah.

"Gue bawa motor Riv, gak papa?" tanya Damar tidak enak.

"Gak papa kali, buruan." Riva memakai helm yang sempat diberikan padanya dan menaiki motor Damar. Danar melajukan motornya ke suatu tempat.

Selang beberapa menit, motor Damar berhenti di depan tempat penuh dengan lampu.

"Pasar malam?" tanya Riva yang dibalas anggukan oleh Aamar.

"Nggak papakan? Takut lo mau ke mall, yaudah kita pergi," seru Damar.

"Damar thank you, gue udah lama banget nggak ke pasar malam. Mall? Bosen! Lagian gue bukan cewek matre ko tenang aja, cuman suka ditraktir orang lain aja hehe." Riva menuruni motor dan berlari memasuki pasar malam, Damar yang melihat itu hanya terkekeh. Benar dugaannya jika Riva itu berbeda. Damar segera mengikuti Riva.

"Damar pengen itu," tunjuk Riva kearah pedagang gulali. Damar segera pergi untuk membeli gulali yang diinginkan Riva. Kedua sudut bibir Riva tertarik saat melihat makanan manis itu kini sudhs berada digenggamannya.

"Thanks," ucap Riva bersemangat.

"Mau?" tawar Riva menyodorkan gulali. Damar membuka mulutnya menerika suapan Riva. Tetapi Riva memukul bahu Damar ketika lelaki itu malah menginggit tangannya.

"Apaansih lo?!"

"Maaf, canda doang." Damar terkekeh kecil.

"Mau main wahana apa?" Riva nampak berpikir.

"Semua yang ada disini."

"Lo yakin?" Riva menganggukan kepalanya sebagai balasan. Akhirnya mereka memainkan semua wahana yang ada disana. Rasanya sangat menyenangkan.

"Mar pulang yuk?" ajak Riva saat mereka sudah selesai bermain. Damar mengangguk dan bergegas pulang.

"Dah sampe tuan putri," sahut Damar. Riva menuruni motor dan menatap Damar dengan tatapan geli.

"Terimakasih pangeran kodok."

"Ko kodok?"

"Itu pantes buat lo, hati-hati naik motornya. Bye!" Riva memasuki rumahnya.


Mereka tidak menyadari bahwa dari arah balkon ada yang memerhatikan mereka berdua dengan tatapan sulit diartikan.

Ternyata lo bahagia.

AribellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang