32

193K 13.3K 224
                                    

Ethan terbangun dari mimpi buruknya. Jarum jam sudah menunjukkan pukul 8 malam. Dimimpinya ia melihat Riva menghilang begitu saja di hadapannya. Tetapi memgapa mimpi itu terasa sangat nyata?

Ethan menempelkan tangan Riva di pipinya. Seketika Ethan merasakan sesuatu mengusap kepalanya. Ia mendongakkan kepalanya terkejut dengan apa yang dirinya lihat saat ini.

"Ri...va?" kaget Ethan saat melihat Riva terbangun. Apa itu hanya sebatas halusinasinya saja?

"M...i...n...u...m," sahut Riva sedikit serak. Segera, Ethan mengambil minum dan memberikannya kepada Riva lalu membantu perempuan itu minum.

Ethan menekan tombol untuk memanggil dokter. Seketika dokter datang dan langsung memeriksa Riva. Helaan nafas terdengar ketika dokter itu mengatakan bahwa Riva baik-baik saja.

"Gue berasa tidur lama banget," ujar Riva sangat pelan.

"Iya, 1 bulan," balas Ethan. Ethan segera memberi kabar bahagia kepada keluarga dan sahabatnya bahwa Riva sudah sadar.

"Istirahat." Ethan mengusap-usap rambut Riva pelan,membuat Riva nyaman.sebenarnya ia juga rindu diperlakukan seperti ini oleh Ethan.

"Riva sayang! Gue kangen lo," heboh Alexa langsung berlari memeluk tubuh Riva erat.

"Woy itu Riva kagak bisa nafas!" celetuk Daniel saat melihat Riva yang dipeluk sangat erat oleh Alexa. Alexa segera melepaskan diri dan tersenyum lebar.

Riva menatap semua orang dengan rindu, "Mah, Pah," panggil Riva pelan. Zahra dan Candra segera memeluk anak perempuannya itu.

"Mamah bersyukur kamu bangun sayang," ucap Zahra.

"Papa juga tau kalau kamu anak yang kuat." Riva tersenyum kecil mendengar ucapan orang tuanya. Ia menatap Azram yang sedang menatapnya datar.

Tangan Riva terulur menggenggam tangan Azram erat. "Lo kenapa gak bangun sebulan bocah? Lo tau kan keadaan rumah sepi tanpa lo. Gue selalu berdo'a lo bangun anak nakal. Lagi-lagi gue gagal ngelindungin lo." Azram memeluk erat Riva.

"Jangan ngomong gitu, lo Abang gue bukan penjaga. Tapi soal rumah sepi tanpa seorang Ariva Bella Dwidarma, itu emang bener," ucap Riva disertai gurauan.

"Pedenya kumat," ujar Azram kesal. Sedangkan semua orang terkekeh melihat kelakuan kakak adik yang sedang melepas rindu itu.

"Abang gue juga mau meluk Riva!" sahut Damar.

"Enak aja! Ini adek gue!"

"Yahh Bangg, gue juga kangen sama Riva."

"Sebentar aja jangan lama-lama! Adek gue bukan boneka, dipelukin mul." Damar mencebik kesal.

Damar memeluk tubuh Riva erat." Gue suka sama lo," bisik Damar pelan. Kedua mata Riva membulat tidak percaya.

"Gue tau di hati lo udah ada yang lain dan gue juga tau kalau di hati lo cuman sahabag gue yang dingin itu. Kalau kalau si Ethan nyakitin lo, lapor ke gue ya? Kita kan sahabat." Sebenarnya hati Damar sangat sakit saat mengucapkan kata-kata itu. Tapi? perasaan tidak bisa dipaksakan begitu saja. Ia berharap itu adalah keputusan terbaik.

Sedangkan Riva hanya terdiam. Damar segera melepaskan pelukannya. " Gue duluan ya, ada urusan. Duluan ya, cepet sembuh nanti biar bisa sekolah." Damar beranjak pergi dari ruangan.

Maaf Damar...

AribellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang