55.

163K 9.6K 127
                                    

Riva membuka matanya berat, ia merasa tubuhnya tidak bisa digerakkan sama sekali. Ternyata tubuhnya sedang diikat disebuah kursi dengan kaki dan tangan juga terikat terutama mulutnya dudah disumpal oleh sebuah kain. Dan juga ia masih memakai seragam sekolah yang sedikit kotor oleh tanah.

Riva mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan yang sangat kumuh dan kotor. Ia mencium bau amis seperti darah dimana-mana, Riva berusaha mengingat-ingat mengapa ia berada disebuah tempat ini dengan keadaan sudah terikat.

Waktu sudah menunjukkan pulang sekolah. Riva segera membereskan buku-bukunya kedalam tas dan segera keluar kelas diikuti oleh Ethan.

"Makan malem, besok," ucap Ethan.

"Dimana?"

"Rumah."

"Tante Ayu yang ngajak? Mmm oke deh." Keduanya melangkah menuju parkiran.

Terlihat seorang perempuan berkacamata dengan rambut dikepang dua menghampiri mereka berdua.

"Mmm...Ka Ethan??" gugup perempuan itu tidak berani menatap.

"Ada apa Dek??" Bukan Ethan yang berbicara melainkan Riva yang berada di samping Ethan dengan senyuman ramah.

"Itu ka...mm ka Ethan dipa...pa...nggil sama Pak Joko diruang lab." Setelah mengucapkan itu perempuan yang diketahui kelas 10 itu langsung berlari terbirit-birit keluar gerbang.

"Kesana gih." Riva mendorong bahu Ethan pelan.

"Tunggu sini."

"Gue pulang sendiri aja." Riva tersenyum kearah Ethan untuk tidak khawatir.

"Mau telepon Bang Azram?"

"Gak usah deh, yaudah gue tungguin aja." Ethan mengacak-acak rambut Riva setelah itu berlalu pergi kembali memasuki bangunan sekolah meninggalkan perempuan itu seorang diri.

Riva melihat ke sekeliling parkiran yang sudah kosong dan sepi. Ia mengeluarkan ponselnya untuk menghilangkan rasa bosan.

Setelah beberapa lama menunggu Ethan tidak kembali juga, dan Riva mulai bosan menunggu. Ia mengirim pesan kepada Azram untuk menjemputnya pulang.

Dan seketika pandangannya  menghitam dan mulutnya dibekap oleh seseorang. Ia berusaha melepaskan diri, tapi seseorang itu tampak kuat dan saat ini Riva mulai ketakutan. Lama-kelamaan, pandangannya memburam dan kesadarannya menghilang. Setelah itu ia tidak mengingat apapun.

Riva berusaha meronta melepaskan tali di tubuhnya. Air matanya bahkan sudah mengering sedari tadi. Suaranya sudah habis karena lelah berteriak, walaupun suaranya tidak akan terdengar karena disumpal oleh kain.

Siapapun, tolong gue...

***

Ethan mempercepat langkahnya menuju parkiran. Ternyata dirinya ditipu oleh perempuan tadi. Nyatanya, Pak Joko tidak memanggilnya sama sekali dan ruangan lab kosong. Entah kenapa perasaannya sudah tidak enak saat meninggalkan Riva sendirian di parkiran. Sesampainya di parkiran sosok itu tidak terlihat.

Pandangannya terhenti pada sebuah benda yang sangat ia kenali. Itu adalah ponsel milik Riva. Ethan memasukkan benda itu ke sakunya dan segera menaiki motornya dengan kecepatan tinggi menuju rumah Riva.

Ethan mengetuk pintu di hadapannya dengan perasaan gelisah. Seketika seorang wanita paruh baya membukakan pintu.

"Halo Tante, Rivanya udah pulang??"

"Belum, bukannya dia bilang pulang sama kamu kan nak??"

"Oh yaudah mungkin dia ada di temennya kali Tan, saya cari dulu." Ethan menaiki motornya kembali dan beranjak pergi. Ia sudah tidak tahu lagi harus kemana mencari Riva. Ia sudah tanyakan kepada Dira dan Alexa tetapi hasilnya nihil. Teman-teman kini sedang membantu mencari Riva.

Sebuah notif pesan di ponselnya berbunyi, ia melihat nomor yang tidak dikenal. Tubuhnya menegang ketika membaca isi pesan.

+62++++++

Datang ke alamat ini, atau lo bakal ngeliat perempuan kesayangan lo mati.

***

Riva semakin takut karena hari mulai gelap membuat cahaya yang berada di ruangan kumuh ini semakin menipis. Riva melihat kearah pintu terbuka dimana terdapat seseorang yang membuatnya tercengang.

"Apa kabar Ariva Bella Adijaya??"

AribellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang