3

364K 24.8K 1.6K
                                    


"Eh maaf..maaf." Riva membenarkan letak kaca matanya.

"Hm." Laki-laki berwajah dingin itu berlalu pergi meninggalkan Riva yang kebingungan dengan tingkahnya.

Itu orang apa patung berjalan?

Riva segera memasuki toilet dengan terburu-buru. Setelah itu ia kembali untuk menemui sahabatnya yang pasti sudah menunggu di ruangan Pamannya.

"Riva! Lama banget coy!" Dira mendekati Riva yang sedang berjalan kearahnya.

"Iya deh maaf, kenapa gak nunggu didalem coba.

"Nungguin lo hehe."

"Yaudah ayo." Riva segera mengetuk pintu dihadapannya.

"Silahkan masuk." Terdengar suara berat lelaki paruh baya dari balik pintu, Riva bersama kedua sahabatnya memasuki ruangan tersebut.

"Assalamualaikum Paman Satya."

"Waalaikum salam, kalian murid baru itu? Ko tau nama saya?  Bukannya Riva keponakan saya sama Alexa dan Adira ya?" Satya kebingungan saat melihat 3 orang perempuan bertampilan culun.

"Paman, ini Riva!"

"Riva?"

"Iya Paman, ini Riva!"Riva melepaskan kacamantanya sembari menatap Satya kesal.

"Princess Riva! Kemana aja kamu? Nggak pernah nengok Paman, jahat ya kamu!" Satya mendekati Riva lalu memeluknya dengan erat.

"Paman, kangan panggil Riva princess malu tau. Riva udah besar!" protes Riva saat Pamannya masih saja memanggilnya dengan panggilan masa kecilnya.

Riva melihat dua sahabatnya seperti menahan tawa sembari melihat raut wajah Riva yang sedikit menyeramkan saat menatap mereka.

Ishh gue punya sahabat kayak gini banget dah!

"Kenapa ketawa? Ada yang lucu gitu?" ucap Riva dengan nada datar membuat keduanya berhenti tertawa.

"Kita cuman bercanda ko." Dira dan Alexa mengangkat tangannya berbentuk peace.

"Bercanda pala lu!" mereka berdua hanya cengengesan melihat sahabatnya kesal.

"Udah, kamu ini nggak papa dong. Itukan panggilan kesayangan dari Paman."

"Iya deh Paman, gimana Paman aja!"

"Jangan marah dong princess, nanti Paman traktir es krim deh?"

"Beneran nih? Gak takut bangkrut traktir Riva?"

"Beneran dong, gak papa ko bangkrut asalkan untuk kamu."

"Asikkk, makasih Paman! Sayang deh!" Riva sangat menyukai makanan manis bernama es krim.

"Haha iya, tapi kenapa kamu sama sahabat kamu penampilannya kaya gitu Riva??"

"Ohh, Riva sama sahabat Riva cuman nggak mau aja ada yang ngedeketin Riva cuman semata-mata Riva anak nya pemilik sekolah, jadi tolong rahasiain ya Paman?" Satya mengangguk mengiyakan permintaan keponakannya itu.

"Iya princess, oh iya Papah kamu udah bilang  ke Paman, katanya kamu disekelasin sama sahabat-sahabat kamu. Kelas kamu di 11 Mipa 3."

"Paman makasih ya, jangan lupa traktir Riva!!" Satya mengacak-acak rambut Riva gemas.

"Iya Princess."

"Kita ke kelas dulu Paman, Assalamualaikum," ujar mereka bertiga berpamitan.

"Wa'alaikum salam."

***

Ketiganya berjalan di koridor menuju kelas yang di maksud Satya tadi. Sebenernya Riva yang merancang sekolah ini walaupun ia hanya iseng menggambarnya dan benar saja tenyata Papahnya langsung membangun sekolah itu. Juga, dia meminta Riva agar meneruskannya.

"Gila gede banget sekolah ini," ucap Alexa histeris Alexa menatap seluruh bangunan sekolah dengan tatapan kagum

"Lebay banget sih lo!" Dira memutar bola matanya malas saat melihat kelakuan Alexa yang sangat alay itu.

"Yee gimana gue dong!" sahut Alexa dengan nada menantang.

"Udah ah! Kayak anak kecil aja lu berdua." Riva sebenarnya kesal jika mereka berdua selalu bertengkar seperti ini. Selalu saja ada masalah-masalah kecil yang mereka ributkan.

Sesampainya di depan kelas yang dimaksudkan oleh kepala sekolah, mereka bukannya segera masuk malah berdebat.

"Lo aja yang ketuk Dir," suruh Alexa.

"Ah ogah lo aja Alexa!" tolak Dira dengan nada malas.

"Ko jadi gue sih? Kan gue yang nyuruh lo ngetuk pintu!"

"Hak mau gue!"

"Heh! Lo berdua tuh kayak anak kecil tau ga!Udah gue aja, lama amat." Saat Riva akan mengetuk, pintu dihadapannya sudah terbuka.

"Ada apa kalian ribut-ribut di luar?" tanya seorang wanita paruh baya yang mereka yakini adalah guru di sekolah ini.

"Kita bertiga murid baru Bu."

"Oh kalian yah murid barunya, ayo masuk dan perkenalkan diri kalian."

"Baik Bu." Ketiganya memasuki ke kelas dan seketika kelas pun menjadi hening.

'Eh..eh? Itu siapa??'

'Ko culun sih?'

'Iuhhh kalian nggak pantes disini!'

'Itu anak beasiswa ya?'

"Udah! Kalian ini jangan begitu, silahkan perkenalkan diri kalian," lerai guru perempuan yang Riva tidak ketahui namanya.

"Perkenalkan nama saya Alexa , salam kenal ya," ucap Alexa dengan senyum termanis nya membuat kedua lesung pipinya muncul.

"Perkenalkan nama saya Adira Salsa pnggil aja saya Dira, salam kenal." Dira pun mengeluarkan senyum termanis nya.

Saking manisnya, bisa buat kita diabetes,  ehh*abaikan.

"Perkenalkan nama saya Ariva Bella panggil aja saya Riva." Senyum Riva pun tak kalah manis membuat matanya menjadi agak sipit.

Saat Riva mengedarkan pandangan, matanya terpaku pada seorang laki-laki dengan dua pasang bola mata coklat yang familiar. Tapi dia buru-buru memalingkan wajahnya.

"Cukup perkenalannya, kamu Alexa sama Dira duduk paling belakang dan kamu Riva duduk di ujung sana ya?"

"Baik Bu," ucap mereka bertiga bersamaan.

Riva berjalan kearah meja yang di tunjukkan oleh guru tadi, terdapat seorang laki-laki yang tadi Riva lihat dikoridor, si bola mata coklat!

"Hei? Gue boleh duduk sini nggak?" ucap Riva berbasa-basi.

Dia menatap Riva sekilas, lalu mengangguk. Riva langsung saja duduk di samping lelaki itu.

"Hai nama gue Riva, nama lo siapa?" Riva mengulurkan tangannya kearah orang di sampingnya.

"Ethan," balasnya dengan nada dingin, tanpa membalas uluran tangan Riva.

Namanya bagus, tapi orangnya kayak titisan kutub utara.

AribellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang