Part 11

929 37 2
                                    

'Andai kau sadar arti pelitamu. Andai kau sadar bentangan sinar yang kau arungi. Takkan kau sayatkan luka diatas jarak antara kita. Karena kita satu. Andai kau tau. -Rana Jaya

"Tumben jay berdua sama cewe dara dikemanain?" ucap mang ari.

Seketika aku berhenti merapihkan buku-buku di ruang osis saat mang ari mengucapkan kata dara.

"Saya gak pacaran sama dara mang" ucap jaya

"Eh kirain abisnya pulang bareng mulu"
"Itu mah saya kesian sama dia mang,abisnya gak ada yang jemput"
"Kesiannya tiap hari?"
"Dianya juga yang minta tolong setiap hari,saya gak enak"

'Gubrak'

Suara tumpukan buku di ruang osis. Aku tidak sengaja menjatuhkan buku-buku arsip tahun lalu. Ah~ entah berapa banyak tumpukan buku yang menimpa kepala,tapi rasanya memang sakit.

"Neng gita gapapa?" teriak mang ari dari luar
"Kamu gapapa?" kata jaya sembari merapihkan buku yang berserakan.
"Not bad" sahutku sambil tersenyum kecil.

Tiba-tiba jaya malah keluar lagi dan menghampiri mang ari.

"Ah rese banget anak itu bukannya bantuin gue beresin ini semua. Malah keluar lagi" sumpah serapah ku keluar begitu banyak hanya untuk dirinya.

Mau tidak mau aku merapihkan semua buku yang berantakan ini sendiri. SENDIRI!!!!!!

20 menit berlalu,namun semuanya belum kembali ke tempat semula.

"Kamu gak mau pulang?" kata jaya yang datang tiba-tiba
"Nanti,belum selesai kak"
"Saya pulang ya"
"Lah terus saya sendiri" teriak ku dramatis.
"Kamu aja gak suka kan sendiri? Sama saya juga,makanya jangan tinggalin saya sendiri"
"Apaan sih kak"

Tanpa jawaban,jaya langsung mengambil salah satu buku dibawah dan meletakkan ditempatnya.

"Git.." ucap jaya ragu-ragu
"Yang ini taroh dimana?" tanyaku memegang arsip 2 tahun lalu.

Jaya mengambil arsip itu,dan melihat nya dengan tatapan sendu

"Kakak gapapa?"
"First love"
"Apa?"
"Ini cuman cinta pertama saya. Dia itu perempuan pertama yang mampu ngeluluhin tembok keras hati saya. Dan sampai sekarang,gak ada satu detik pun yang saya lupain tentang kenangan kita"

Author : 'Jaya alay ih'

"Sebegitu gak terlupakannya?"
"Kamu belum pernah ngerasin first love  ya? Kamu bakal ngerasain itu saat kamu ketemu sama first love kamu nanti"
"Kakak masih sayang?" tanya ku ragu-ragu
"Kenapa? Kamu cemburu?" jawabnya sambil meletakkan arsip itu
"Apaan sih?" marahku

Jaya hanya membalas dengan senyuman tipis yang begitu manis. Aku pasti akan merindukan senyuman ini nanti saat masa jabatan osis telah selesai.

"Git.."
"Iya?"
"Gita"
"Apa?"
"Gita"
"Apa sih kak?"
"Gapapa saya seneng aja nyebut nama kamu"
"Kakak......"
"Iya adek,kenapa? Kamu deg-deg an kan?"

'Saya juga seneng sama kamu' gumamku

"Apa?"
"Yuk pulang" sahutku
"Yuk" balas jaya sambil meraih tanganku.

***

"Maaf tadi saya kerumah kamu tiba-tiba"
"Gapapa"
"Yang cowo kemarin siapa?"
"Kenapa? Kamu cemburu?" godaku
"Engga,kalau cemburu nanti saya gak ada waktu mikirin kamu"
"Maaf ya kak"
"Buat?"
"Saya gak pernah jawab pertanyaan kakak"
"Itu sih setau dirinya kamu aja"

Lampu merah menyala.
"Saya mau nunjukin kamu sesuatu"

***

Seperti sebuah gubuk,atau lebih tepatnya saung di tengah hamparan sawah. Entah ini dimana,aku tidak peduli. Tapi aku menyukainya,pemandangan yang aku nikmati dan orang yang bersamaku saat ini.

"Sini duduk" perintah jaya
"Saya pengecut kalo disini,saya bukan ketua osis,bukan cowo idaman,bukan cowo biasa yang masih banyak kekurangannya" sambung jaya

Aku hanya terdiam,dan menatap mata nya dengan penuh tanya. Aku sadar betapa digdayanya cinta. Hingga mampu membuat ku bersimpuh. Suka rela.

"Tadi pagi saya kabur dari rumah,karena satu-satunya yang paling saya rindukan dari rumah hanya ibu saya. Dan saya bukan tinggal bareng dia. Kamu gak suka sendiran kan? Sama saya juga. Saya udah biasa untuk pura-pura bahagia,sampe saya lupa buat bahagia sesungguhnya. Dan kamu tau? Ini cuman kamu yang tau"

*hening sesaat*

"Kakak tau kenapa kaca itu hancur? Karena laki-laki yang paling saya sayangi itu mecahin kacanya. Saya paling takut lihat laki-laki yang main tangan,berkat ayah saya yang menampar saya tepat di wajah ku. Kakak tau apa yang lebih sakit? Bukan fisiknya,tapi batinnya. Makanya saya gak pernah siap jawab pertanyaan kakak. Saya takut bakalan ada laki-laki lain yang buat hati saya hancur lagi"

Jaya menatap aku serius,melihat mataku dengan tajam sambil memegang erat tanganku.....

Karya : Marintan Maharani
                Shafira Nur Shaumu

Thank you for 1000 readers 🎉🎉🎉

Dia Bukan DilanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang