Part 9

911 30 0
                                    

'Kau hadir dengan ketiadaan sederhana dalam ketidak pastian. Namun,aku terus disini. Entah mengapa' -Gita Putri

Notifikasi handphone ku tiba-tiba menyala. Benar,ada pesan yang masuk.

Zidan : "udah di rumah?"

Gita : "baru sampe rumah lebih tepatnya"

Zidan : " diluar hujan?"

Gita : "engga,cuman hawanya aja dingin. Kayaknya mau hujan"

Zidan : "gue ke rumah lu ya"

Gita : "udah malem,ngapain?"

Zidan : "otw"

'Apa-apaan sih ini anak,gue belum mandi lagi' kataku dan langsung menuju ke kamar mandi untuk kepentingan negara.

"Bu,tolong ambilin handuk" ucapku

"Kamu mah kebiasaan kalo mau mandi gak pernah bawa handuk"

"Dua ya bu, satu yang kecil buat rambut"

"Nyuruh-nyuruh orang tua,gak sopan"

"Kan tolong ibu ku....tolong" kataku gemas

"Assalamualaikum" ucap seorang dari luar

"Wa'alaikumsalam,teman nya gita ya? Bentar gita masih mandi. Duduk dulu sini" kata ibuku

"Git,itu ada temen kamu yang itu lho"

"Lah si zidan udah dateng?" gumam ku

"Itu temen mu nungguin git" tegas ibuku

"Iya iya bu,lagi make baju ini"

***

"Sorry lama banget....gue nyari....." seketika langkah ku terhenti.

"Lu ngapain kesini?" tanya ku dengan nada kebencian.

"Gaboleh nih?" kata jaya

Iya!jaya! Buat apa makhluk ini nongol tiba-tiba kayak gini?

"Assalamualaikum,gita" salam dari seseorang di luar gerbang.

"Wa'alaikumsalam" jawabku dan langsung berdiri berniat membukakan pagar.

"Jadi,saya ganggu kamu yang lagi di apelin pacarnya ya?" tanya jaya yang menghentikan langkah kaki ku tiba-tiba.

"Oh....yaudah saya pulang" dengan ekspresi datar.

Aku melangkah dan diikuti oleh langkahannya. Tiba-tiba langkah nya dipercepat dan menyamai posisi ku lalu berbisik.

"Kalau kangen ke saya,bilang ke dia" tepat di telinga ku.
"Hah?" jawabku
"Apa?"
"Tadi kakak bilang apa?"
"Gatau?"
"Ih gajelas"
"Kakak gak jelas aja adek suka" balasnya dengan senyum tipis.
"Ish apaan sih?" marahku

Jaya langsung tancap gas. Dan aku langsung mempersilahkan zidan masuk. Zidan memberikan bukunya dan aku memberikan kertas hafalanku. Hanya pembicaraan ringan tak berarti yang ku jalani dengannya. Entah mengapa aku tak tertarik apapun yang dibicarakan dan menjawab hanya sekedarnya.

"Git?"
"Hmm"
"Lu tadi..jaya..apa..tadi.."
"Yang jelas apa kalo ngomong" bentak ku
"Ga jadi deh"
"Yaudah gue pulang ya,kayaknya lu capek,istirahat aja sekarang makanya jangan osis mulu"

Kalimat nya yang terakhir.

"Maksud lu?"

"Iya lu kan osis mulu,pulang malem. Ga bagus cewe tuh pulangnya malem git. Ga bertanggung jawab banget sih ketosnya"

"Lu siapa berani-berani nya nilai gue?"

"Gue kan cuman ngasih pendapat gue git sebagai teman lu"

"Tapi gue gak butuh pendapat lu" singkat jawabku.

"Dan satu lagi,yang tau ketua osis itu gue. Partnernya. Tapi lu berani-beraninya bilang dia gak bertanggung jawab. Atas dasar apa lu ngomong gitu? Dia PARTNER gue pendamping gue" lanjut ku

Speechless. Entah maksudnya apa dia mengungkit nama ketua osis itu.

"Gak gitu git,maksud gue......"
"Iya bener kata lu,gue capek. Mending sekarang lu pulang" ku potong penjelasannya dengan tatapan tajam.

***

Saat masuk ke kamar aku baru sadar kalimat

"Partnernya"
"Partner gue"
"Pendamping gue"

Mengapa kalimat-kalimat laknat itu keluar dari mulutku. Secara tidak langsung aku membelanya. Dan menganggapnya seperti...

"Ahh sudahlah~ kamu capek git. Jadi gak bisa berfikir jernih. Lupain dan semoga aja itu anak gatau kalau gue sebut-sebut namanya" gumamku sambil membaringkan tubuhku di atas kasur.

***

Aku bosan! Hari ini hari minggu. Aku sendirian dirumah dikarenakan orang tua pergi ke rumah teman SMA nya. Ya~ bisa dibilang mereka reunian. Kakak pergi hangout bareng temen kampusnya. Aku nonton TV dirumah. Aku menjatuhkan bokong ku di sofa,sambil mengambil coklat yang ada di meja.

Menonton film action kesukaan ku. Kalian tau kan aku itu cewe.

"Permisi" teriak suara dari pintu depan.

Aku langsung menuju pintu untuk membukakan pintunya.

"Ada kiriman pizza hut mba yang dibuat pake cinta" kata kurir itu.

'Apaan sih cinta-cinta' gumam ku

"Perasaan saya gak pesen pizza deh" jawabku.

Kurir itu membuka topi dan maskernya dan tersenyum........

Karya : Marintan Maharani
Shafira Nur Shaumu

Ini part 9 yang aslinya. Maaf yaa yang aku salah publish. Hehe😄

Dia Bukan DilanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang