"Kapan itu narik tangan, sekarang nyubitin tangan. Kebiasaan kamu Ra," ujar Putra.
"Kan kamu juga tadi jitak aku juga kan?"
"Itu emang aku sengaja,"
Tiba-tiba Ana datang menghampiri Putra dan Ira. Terlihat raut wajah Ana yang sumringah dan senyum-senyum sendiri.
"Tuh, temen kamu baru seneng," bisik Putra ke telinga Ira.
Ana melihat ke arah Putra lalu menjewer telinga Putra. Putra mengaduh kesakitan, Putra balik mencubit tangan Ana.
"Udah seneng sekarang?" ujar Putra sambil melepaskan cubitan di tangan Ana.
"Apaan, sirik ya?" protes Ana.
"Liat aja entar gimana. Di PHP aja mau. Begok kok dipelihara," ujar Putra sambil tertawa.
"Udah enggak marah lagi?" tanya Ira sambil menyenggol lengan Putra.
"Kaga," jawab Putra singkat.
"Oh jadi tadi ada yang marah sama aku," ujar Ana melihat ke arah Putra dengan tatapan sinisnya.
"Habis dikasih tau enggak pernah nurut. Kalo kamu di PHP sama Andra gimana?" jawab Putra dengan nada tinggi.
"Positif thingking, yang njalanin kan Ana. Kenapa jadi kamu yang ribet Put?" Ira menambahkan.
"Ya, kan namanya teman. Mana mungkin tega lihat teman kita disakiti hatinya," Putra mengelak lalu membalikkan badannya kemudian keluar dari kelas.
"Tuh, keras kepalanya kumat," ujar Ana kesal.
"Temenmu kan?" tanya Ira.
"Temenmu juga kan?" Ana berbalik bertanya.Putra berjalan di koridor lalu menuju ke taman kampus, untuk sekedar duduk-duduk menenangkan pikirannya yang sudah buyar.
"Semua sama aja, kenapa enggak ada yang percaya sama aku, kalo Andra cuma manfaatin Ana aja" Putra berbicara sendiri sambil melihat sekelilingnya.
Beberapa saat kemudian Putra melihat Hilda bersama laki-laki lain berjalan tepat di depannya."Oh, udah ganti gebetan. Untung aja gua enggak jadi deket sama dia. Cepet banget dapet gebetan baru. Kemarin aja baru deket sama Andra, sekarang udah ganti gebetan."
Serasa cukup menenangkan pikirannya, Putra bergegas menuju kelasnya.
Sesampainya di kelas Putra duduk di tempat duduknya yang berada tepat di depan dosen.
"Habis darimana Put?" tanya Ira.
"Ciee kangen ya?" jawab Putra meledek.Ana yang mengetahui pembicaraan antara Ira dan Putra langsung ikut dalam pembicaraan.
"Ciee Ira. Baru digombalin sama Putra,"
Putra mendehem."Hmm" lalu menatap ke arah Ana. "Tadi dia aku katain cantik langsung mukanya merah, Na," ujar Putra menjelaskan."Terus salting gitu Put?" Ana menanmbahkan.
Putra tertawa terkekeh karena ia senang mengerjai Ira yang dilihatnya hanya diam beribu bahasa. Terlihat raut wajah Ira menjadi kesal dengan mulut manyun sambil berbicara umak umik sendiri.
"Tadi aku lihat Hilda sama-- Putra tak meneruskan perkataannya. Ia memang sengaja untuk membuat Ana penasaran.
"Sama siapa?" ujar Ana kemudian.
Putra hanya diam tak menjawab pertanyaan Ana. Dalam hati Putra biarkan Ana terus menanyakan hal itu. Benar saja, selang beberapa menit Ana kembali melontarkan pertanyaan itu kembali.
"Sama siapa sih Put?" tanya Ana penuh penasaran yang amat dalam.
"Saaa..saaa..saaa..sambalado."
Ana kesal karena Putra menjawab pertanyaannya dengan tidak serius. Ana mengambil pulpen yang berada di meja Putra lalu memukulkannya ke tangan Putra.
"Tadi dijewer, sekarang di pukul. Hidupku teraniaya sekali Ya Allah," rintih Putra memelas seperti orang yang teraniaya.
"Sukurin, tadi kamu kan juga ledekin aku," ujar Ira.
Kenapa perempuan selalu benar dan laki-laki selalu salah?
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr Alien[Terbit]
General FictionCover by @saegraph Open pre order Berawal saat Ana tak sengaja menabrak Andra dan menemukan kartu mahasiswa Andra yang terjatuh di lantai. Akhirnya mereka saling mengenal satu sama lain dan Ana jatuh cinta kepada Andra, tapi kenyataan pahit harus An...