Beberapa jam kemudian menunjukkan pukul 11.40 praktik bahasa inggris sudah usai.
Andra ternyata sudah menunggu di depan lab bahasa, saat Ana keluar dari ruangan, Andra langsung menghampiri Ana dan mengajaknya makan siang. Tapi, Ana menolak ajakan Andra karena Ana kenyang karena tadi pagi ia sudah sarapan dan tetap saja Andra memaksanya untuk ikut dengannya ke kantin sambil menarik tangan Ana dengan kencang.
Sesampainya di kantin Ana hanya diam, kesal dengan sikap Andra yang menurutnya kekanak-kanakan.
"Kamu mau makan apa?" tanya Andra.
"Aku dah kenyang, kan aku dah bilang Ndra," ujar Ana sedikit kesal.
"Kamu marah ya? Maaf deh" tanya Andra lalu menyodorkan sebuah bunga mawar merah dari balik badannya.
Deg
Kenapa enggak dari dulu aja sih, Ndra. Eh, mikir apaan sih."Mendingan bunganya disimpan buat Hilda aja ya," kata Ana sambil menampik pemberian bunga dari Andra.
Andra mengerutkan keningnya. "Aku sama Hilda enggak ada apa-apa. Kamu salah paham aja, aku sama dia sekedar BBM an aja enggak lebih," jelas Andra.
"Enggak usah jelasin detailnya juga kali, enggak jadi pesenan kamu?"
"Enggak jadi, liatin kamu aja udah kenyang kok," celetuk Andra kemudian.
"Kamu tuh ya, dasar menyebalkan!"
"Aku emang cuek dan menyebalkan. Tapi, kamu suka kan?" Andra mengangkat kedua alisnya lalu kemudian Andra memegang keduatangan Ana dengan tatapan sepenuh hati.
Ana terpaku saat Andra memegangi tangannya dan hatinya berdegup dengan kencang saat ini.
Ini anak kesetanan kali ya? Apaan sih, bikin grogi setengah mati aja.
"Na, aku tau selama ini aku udah jahat sama kamu, aku enggak pernah peduliin perasaan kamu. Tapi, tolong beri aku kesempatan buat nebus semuanya. Aku sekarang sadar, kalo aku selama ini ada perasaan sama kamu, mungkin aku enggak sadar aja, karena sikapku terlalu cuek dan enggak pernah mau tau," ujar Andra.
"Terus?" jawab Ana singkat.
"Kamu mau enggak jadi kekasihku?"
Deg
Gila. Satu kata yang terpikirkan oleh Ana. Apa yang terjadi sekarang di luar dugaannya. Andra, pria menyebalkan yang telah menyakiti hatinya ratusan kali ini tiba-tiba sekarang berkata demikian. Apa dunia mau kiamat? Alien datang menyerang hatinya dengan sebaris kata yang dia nantikan selama ini.
Entah apa yang harus Ana jawab sekarang.
"Itu bunganya kamu ambil atau beli?" Ana mengalihkan pembicaraan.
"Ambil di taman kampus, jadi gimana jawabanmu, Na?"
"Sembarangan kamu ya, 'kan ada larangan dilarang memetik bunganya."
Tiba-tiba Putra dan Ira menghampiri keduanya.
Mereka sudah mendengar dan memperhatikan dari kejauhan."Udah terima aja, mau jadi jomblo ngenes terus-terusan?" Putra menyahut pembicaraan keduanya.
"Iya, bener kata Putra. Tapi, aku enggak maksa kalo kamu nolak aku juga enggak apa-apa. Artinya kamu membohongi perasaanmu sendiri," ujar Andra masih memegangi kedua tangan Ana di atas meja.
Ana masih terdiam dan belum angkat bicara.
"Iya, Na. Katanya kamu cinta sama Alien walapun dia cuek dan enggak punya perasaan," Ira ikut menyambar pembicaraan.
"Alien? Siapa itu?" tanya Andra.
"Lu Bro, Ana julukin lu Alien," ujar Putra kemudian.
Akhirnya Ana angkat bicara sambil menghela napas panjang.
"Aku julukin kamu Alien, karena kamu aneh, cuek dan menyebalkan ...," ucap Ana terbata-bata. untuk beberapa saat Ana tak melanjutkan kata-katanya.
Ana hanya bisa menundukkan wajahnya. Tak berani menatap mata Andra. Jelas masih ada rasa sakit di hatinya untuk pria ini. Meski sangat jelas ia masih menyimpan cinta untuk Andra.
"Aku ...," ucap Ana perlahan dan gugup. Ia membuang napas perlahan dan menjaga ucapannya.
Ia tak mau mengambil keputusan yang salah dan berakhir menyakiti perasaannya lagi.
Perlahan ia menarik tangannya yang masih digenggam Andra.
"Maaf Ndra ...," kembali ia menggantung ucapannya.
Andra menatap Ana lesu. Ia mengerti jika Ana menolak dirinya. Rasa sakit Ana tak bisa ia sembuhkan dengan cepat. Wanita ini butuh waktu. "Ana, aku tahu tidak bisa menyembuhkan luka hatimu dengan mudah. Tapi Ana, berikan aku kesempatan untuk memperbaiki semuanya. Izinkan aku tetap di sisimu dan mengulang semuanya dari awal kembali, Ana, aku tulus mencintaimu."
Itu kalimat terpanjang yang pernah didengar Ana dari seorang Andra. Ana yakin, Andra tulus mengatakan semuanya. Tatapan mata Andra mencerminkan hatinya saat ini. Ana tersenyum tulus menghadapi Andra.
Kali ini ia yakin akan jawaban yang akan ia lontarkan, "Ndra, dengerin aku dulu. Maaf Andra ... aku ingin kau selalu di menemaniku saat ini, nanti, dan selamanya."
Sorot mata Andra langsung berkaca-kaca.mendengar jawaban Ana,"Serius?"
Ana mengangguk pelan. "Iya," jawabnya singkat.
"Makasih Na, aku janji nggak bakalan bersikap cuek atau menyebalkan lagi sama kamu. Aku nggak
bakal sia-siain kamu lagi, dan aku mau kita terus bersama-sama.""Ciee, ada yang udah enggak jomblo akut lagi.
Selamat ya," ujar Ira dan Putra serempak menggoda keduanya.
Andra lalu menggandeng dan mengajak Ana ke taman tempat mereka bernostalgia saat membagikan brosur dahulu.
Akhirnya Ana bisa bersama dengan orang yang ia cintai. Seperti mimpi, kini pria yang selalu mengisi mimpinya ada di dekat dan menggandeng tangannya. Alien yang selalu berkelana mencari jati diri kini mantap bersanding bersamanya.
Datangnya cinta kita tak pernah tahu. Mungkin, awalnya dia tak punya perasaan apa-apa dengan kita. Tapi, saat Tuhan membalikkan perasaannya rasa benci sekalipun dalam sekejap pun bisa menjadi cinta. Karena cinta tidak memilih siapa dan kapan saja ia akan berlabuh.
The End
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr Alien[Terbit]
General FictionCover by @saegraph Open pre order Berawal saat Ana tak sengaja menabrak Andra dan menemukan kartu mahasiswa Andra yang terjatuh di lantai. Akhirnya mereka saling mengenal satu sama lain dan Ana jatuh cinta kepada Andra, tapi kenyataan pahit harus An...