Sudah 4 jam Alex berbaring di atas rerumputan panjang di taman belakang. Alex tidak pernah mengikuti pelajaran di sekolahnya, tapi ia tetap berangkat sekolah untuk menghargai jasa Pamannya yang telah menyekolahkannya dan memberinya tempat tinggal.
Bel istirahat baru saja berbunyi ketika ponsel di sakunya bergetar halus. Ia merogoh saku celananya, menatap layar ponselnya dan melihat nama yang tertera di sana. Alex mendengus lalu menggeser tombol hijau di layarnya dan menempelkannya di telinga. Sedetik kemudian ia sedikit menjauhkan ponsel itu karena teriakan dari arah seberang.
"Woy, coeg! Lo ada di mana?! Bentar lagi latihan basket di lapangan. Cepet kesini nyet!" bentak Angga diselingi umpatan.
Alex berdecak kesal. "Lo aja yang main. Gue lagi males."
"Yaelah. Kalo gue kaptennya mah gue nggak perlu repot-repot hubungi elo nyet! Lo ganteng-ganteng bego ye?!" Alex mematikan teleponnya lalu segera bangkit dari posisinya dan berjalan meninggalkan taman belakang dengan langkah gontai.
Bukannya Alex tidak suka bermain basket, tapi ia hanya tidak suka jika harus berlatih di tengah keramaian. Alex tidak suka jika harus menjadi pusat perhatian di sana.
Alex dan teman-teman satu timnnya telah selesai mengganti seragamnya menjadi jersey basket tanpa lengan dengan warna dominan hitam. Alex memasang kain berwarna merah di lengan berototnya, menandakan bahwa ia tim kaptennya.
"Udah?" tanya Angga mengundang anggukan dari teman-temannya. Mereka berderap keluar dari ruang ganti menuju lapangan outdoor.
Sontak semua murid yang ada berlarian keluar kelas dan berdiri mengelilingi tepi lapangan. Semua murid mulai berteriak histeris menyebutkan nama masing-masing idolanya.
Alex mendengus keras. Ia benci suasana ramai ini. Sangat mengganggu menurutnya. Sebenarnya Alex tidak perlu melakukan latihan rutin seperti ini. Alex memiliki skill yang hebat meskipun tanpa berlatih sedikitpun. Kemampuan khususnya yaitu mampu menshooting bola dari jarak manapun. Alex bisa menembakan bola 3 point dengan kemungkinan berhasil 90% dan memiliki jangkauan sejauh seluruh lapangan, jadi Alex mampu menembakan bola 3 angka walau jarak ring dengan dirinya sejauh jarak lapangan basket.
Tim sekolahnya di bagi menjadi dua tim dengan masing-masing tim berisikan 5 orang. Alex berdiri di tengah lapangan melawan Angga yang berperan sebagai kapten tim B.
Wasit melempar bolanya ke atas bersamaan dengan peluit yang berbunyi nyaring. Alex dan Angga melompat untuk berebutan bola orange itu. Pertandingan dimulai, diiringi yel-yel dari para murid yang mendukung masing-masing idolanya.
***
Di kelas, Dara menundukkan kepalanya dalam. Ia memandangi jaket bomber army yang berada di atas pangkuannya. Sudah beberapa hari ini Dara tidak melihat si pemilik jaket ini. Ia sangat ingin mengembalikan jaket ini agar ia tidak perlu repot-repot membawanya setiap hari.
Suara Chika mendadak membangunkannya dari lamunan. "Lo nggak ke kantin?"
Dara mendongak sebentar lalu kembali menunduk. "Nggak. Gue nggak laper."
Chika mendengus. Ia merasa lapar tapi ia juga tidak mau jika harus ke kantin sendirian.
Tiba-tiba seorang teman sekelasnya memasuki kelas dengan napas terengah-engah seperti habis berlari kemudian berteriak dengan kedua telapak tangan berada di masing-masing sisi bibir. "Woy, anak basket lagi latihan di lapangan! Buruan nonton! Alex lawan Angga nih!"
Sontak semua anak berhamburan keluar kelas sambil memekik keras, membuat Dara memutar bola matanya malas.
Chika berdiri dan terlihat antusias untuk menonton basket. Siapa yang tidak antusias jika itu menyangkut Kakanya, Alex?
KAMU SEDANG MEMBACA
DARA [COMPLETED]
Teen FictionDara Fradella, Gue Dara, cewek pecinta mocca yang ceroboh dan hobi jatuh. Cowok yang gue suka? Jawabannya jelas, Raka Aldric. Cowok populer di sekolah yang paling manis dan lembut yang pernah gue temui. Tapi, sebuah ketidaksengajaan mempertemukan gu...