Chapter 31 | Penolakan

4.3K 190 7
                                    

Dara menemani Alex berlatih basket di taman belakang. Tiga hari lagi akan diadakan pertandingan persahabatan antara sekolahnya dengan sekolah lain.

Mata Dara bergerak mengikuti arah pergerakan Alex. Tapi saat ini ia sedang tidak fokus. Dara memikirkan tentang kejadian kemarin malam saat ia diantarkan pulang oleh Alex dari apartemennya. Dara terus melihat ke kaca spion mobil Alex. Mobil Alex diikuti oleh dua mobil sedan hitam. Hingga mereka sampai di rumah Dara pun kedua mobil itu masih mengikutinya.

Bukannya Alex tidak menyadarinya, Alex beberapa kali terdengar mengumpat karena mobilnya sedang diuntit.

Hampir sama dengan kejadian kemarin malam, tadi pagi Dara juga merasa ada yang sedang mengawasinya. Saat ia sedang menunggu kedatangan Alex di halte bus, seorang lelaki bersetelan jas resmi lengkap dengan kacamata hitamnya secara terang-terangan sedang mengawasinya dari jarak yang cukup jauh. Membuat Dara merasa tidak nyaman sampai sekarang.

"Aaakk!" pekik Dara tiba-tiba merasakan sakit di hidungnya karena Alex mencubitnya.

"Ngelamun aja. Lagi mikirin apa?" Alex melepaskan hidung Dara.

"Nggak mikirin apa-apa kok." balas Dara sambil mengusap hidungnya.

Alex membungkukkan badannya hingga wajahnya setara dengan Dara yang tengah duduk di bangku usang. "Ada masalah?"

Dara menggelengkan kepalanya. Ia merogoh ke dalam tasnya lalu menyodorkan sebotol air mineral pada Alex.

"Minum dulu. Biar nggak dehidrasi."
Alex tersenyum. Cowok itu mengambil botol itu, meminum isinya, dan menaruhnya di samping Dara. Alex kemudian menumpukan kedua tangannya ke atas bangku di masing-masing sisi tubuh Dara. Menatap gadisnya lekat.

"Kalo ada masalah, kamu harus cerita sama aku. Karena beban apapun yang kamu rasain, aku juga bakal ngerasain." Dara tertegun sejenak kemudian menganggukkan kepalanya sambil melebarkan senyumnya.

Alex mengecup kening Dara. Cukup lama. Seakan dengan menciumnya mampu menyalurkan segala energi untuknya. Untuknya kembali semangat menjalani hidup. Seakan seberkas cahaya masuk ke dalam gelapnya kehidupan. Seolah Dara adalah satu-satunya alasan mengapa Alex masih hidup hingga saat ini. Dan Alex tidak ingin jika cahayanya memikul beratnya beban kehidupan. Cukup Alex saja yang memikulnya. Cukup Alex saja yang merasakan pahitnya kehidupan dan Dara hanya tinggal merasakan manis dari usaha Alex melindunginya dari segala macam masalah.

Alex menjauhkan wajahnya. Ia kembali memainkan bola orange nya. Dara memperhatikan Alex masih dengan senyum yang menempel.

Bisakah kita selamanya tetap bersama? Jika bisa, aku ingin tetap bersamamu sampai tua nanti. Tidak. Bahkan sampai aku berubah menjadi hantu pun, aku masih ingin memilikinya.

Dara terkekeh pelan. Pemikirannya cukup konyol menurutnya. Namun jauh di dasar hatinya Dara menginginkannya. Tetap bersama Alex.

Tiba-tiba Dara teringat sesuatu. Ia kembali fokus memperhatikan Alex. Cowok itu tidak punya keluarga. Ralat, sebenarnya ia mempunyai keluarga. Hanya saja Alex sengaja menjauh dari keluarganya. Dan menurut Dara itu adalah perbuatan yang salah. Bagaimanapun juga ia membutuhkan adanya keluarga di dekatnya.

"Alex." panggil Dara lembut.

"Hm?"

"Liat aku dulu ih."

Alex berhenti bermain, memandang sepenuhnya ke arah gadisnya. "Ada apa, Yang?"

Dara menunduk, memperhatikan sepatu kets usangnya. Ia menggigit bibir bagian dalamnya cemas.

"Kamu nggak mau pulang ke rumah?" tanya Dara dengan suara yang cukup pelan.

Alex mengangkat satu alisnya. "Pulang ke rumah?"

DARA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang