Dara menggerakkan tongkat pelnya maju-mundur lalu mengusap dahinya yang basah karena keringat. Rekan-rekan kerja Dara sudah terlebih dulu pulang, meninggalkan Dara yang masih membersihkan lantai cafe.
Dara menegakkan tubuhnya dan meregangkan otot-otot kakunya. Ia melihat arloji putihnya. Sudah pukul 11 malam. Dara harus segera pulang.
Dara mematikan seluruh lampu di cafe, beranjak keluar dari sana, dan mengunci pintu cafe. Dara berjalan di sepanjang trotoar yang sepi. Tidak biasanya jalanan ini begitu sepi dan gelap. Rasa takut terlintas begitu saja di pikirannya. Namun Dara segera mengenyahkan pikiran itu.
Dara berjalan cepat ketika seorang pria memanggilnya dari arah belakang. Sontak Dara menoleh ke arah suara itu. Pria berpakaian serba hitam dengan tato di lengannya. Dari penampilannya saja Dara sudah dapat menyimpulkan bahwa dia adalah preman.
"Cewek! Sendirian aja?" preman itu mendekati Dara bersama kedua temannya.
Dara tidak menghiraukannya. Ia berlari sekencang yang ia bisa. Kedua tangannya menggenggam erat tali ranselnya. Jujur, Dara merasa ketakutan sekarang. Meskipun ia pernah mengikuti Taekwondo, ia tidak mempunyai pengalaman dalam hal bertarung. Jika saja lawannya adalah seorang perempuan, Dara bisa saja menang. Tapi lawannya sekarang adalah para preman. Dara tidak mungkin bisa mengalahkannya.
Langkah Dara terhenti. Para preman itu sudah lebih dulu berdiri di hadapannya. Bahkan mereka sekarang mencoba mengepung Dara.
"Mau ke mana cantik? Jangan buru-buru dulu dong. Kita main aja dulu." ujar preman yang berada di depan Dara, mengundang tawa dari preman lainnya yang menurut Dara sangat menakutkan.
"Mau apa kalian?" bentak Dara menekan rasa takutnya.
"Cakep-cakep kok galak sih?" para preman mulai menyerbu Dara. Ada yang menarik lengannya, menarik tasnya, dan rambut panjang Dara yang diikat.
“TOLONG!!” teriak Dara meminta bantuan sambil merintih kesakitan karena rambutnya yang di jambak kuat.
“Percuma lo minta tolong. Nggak bakal ada yang...” sebuah tangan besar meninju preman yang berbicara tadi. Sontak tarikan yang yang dirasakan Dara mengendur. Para preman itu sekarang bergerak maju, membantu temannya yang terkena tinju tadi.
Tiba-tiba pemuda yang menyelamatkannya menggenggam tangan Dara dan menariknya ke belakang pemuda itu. Dara menatap punggung tegap milik pemuda itu. Seluruh tubuhnya membeku seketika. Sebelah tangannya menyentuh dadanya yang berdegup kencang tak karuan.
“Siapa lo?” teriak preman itu sambil menyeka darah di sudut bibirnya.
Genggaman tangan pemuda itu semakin mengerat.“Gue cowoknya! Berani-beraninya kalian nyentuh cewek gue?!”
Sontak mata Dara membulat terkejut mendengar kalimat yang terlontar begitu saja dari pemuda di depannya. Dan ia juga dikejutkan dengan suara bariton milik pemuda itu. Ia mengenali suara itu. Sangat mengenalinya.
***
Alex keluar dari mobil hitamnya hendak membeli espresso favoritnya di cafe langganannya. Tapi cafe itu sudah gelap dan pintu kacanya sudah tertutup rapat. Alex mendengus pelan.
Satu-satunya moodbooster nya adalah secangkir espresso hangat milik cafe ini tapi malam ini ia harus bersabar dulu.
Alex membuka pintu mobilnya, tapi ia segera mengurungkan niatnya. Kedua telinganya samar-samar mendengar jeritan seorang perempuan yang meminta tolong. Dengan cepat Alex berlari menuju arah suara itu. Sontak kedua matanya membesar melihat seorang gadis yang ia kenal sedang diganggu oleh para preman.
KAMU SEDANG MEMBACA
DARA [COMPLETED]
Teen FictionDara Fradella, Gue Dara, cewek pecinta mocca yang ceroboh dan hobi jatuh. Cowok yang gue suka? Jawabannya jelas, Raka Aldric. Cowok populer di sekolah yang paling manis dan lembut yang pernah gue temui. Tapi, sebuah ketidaksengajaan mempertemukan gu...