Masih terdiam. Keduanya saling bertatapan dalam diam.
Dahi Alex berkerut samar namun wajahnya tak menyiratkan ekspresi apapun. Hal sama yang dilakukan oleh gadis di hadapannya.
Entah apa yang dirasakan Alex saat ini. Hatinya seakan berkecamuk. Benci, rindu, muak, dan cinta menjadi satu. Membuat dadanya lagi-lagi merasakan sesak.
Angin yang berhembus kencang menyentak keduanya. Alex melangkah maju. Begitu juga dengan Dara.
Cewek itu menunduk. Melihat apapun di bawah kakinya selain cowok di depannya. Hingga sepasang sepatu kets berhenti tepat di depannya. Dara mendongak. Jarak sempit yang dihasilkan keduanya membuat Dara semakin jelas menatap ke kedua mata tajam Alex. Dara menahan napasnya. Ia kembali menunduk.
Namun apa yang Dara duga ternyata salah. Alex melewatinya. Lebih tepatnya mencampakkannya. Perbuatan yang pantas diterima oleh Dara.
Apa yang lo harapkan dari dia setelah lo sakitin, Ra?
***
Dara berjalan di sepanjang trotoar menuju halte terdekat.
Setelah mengunjungi makam Ayahnya dan bertemu dengan Alex, hatinya seakan tercabik sesuatu. Saat ia bertemu dengan orang yang ia cinta namun tak bisa melakukan sesuatu terhadapnya. Ia ingin sekali memeluk Alex. Menciumnya dan mendekapnya lagi. Ingin mengatakan jika ia sangat merindukannya. Namun sepertinya takdir seolah mempermainkannya.
Dara kembali mengintip dari sudut matanya. Merasa terganggu dengan mobil yang mengikutinya dari belakang. Membuatnya tak fokus saat berjalan yang berakhir pada dirinya yang jatuh terjerembab.
Dara melihat kedua lututnya yang terluka dan berdarah. Meringis karena kesakitan.
Tiba-tiba orang yang Dara hindari berlutut di depannya. Mengamati kedua lutut Dara sesaat lalu menariknya. Membuat Dara kembali meringis.
Alex tampak merogoh ke dalam tasnya. Mengeluarkan sebotol air mineral dan membukanya. Belum sempat Alex menuangkannya pada luka Dara, cewek itu menarik kembali kakinya.
"A-aku nggak papa." ucapnya tergagap.
Namun sepertinya Alex tidak ingin mendengarkannya. Ia menarik kaki Dara lagi. Menuangkan air pada lukanya. Membuat Dara mendesis kesakitan.
Selesai dengan kegiatannya, Alex membuang botol itu sembarangan. Ia kemudian mengangkat tubuh Dara. Mendudukkannya pada kursi penumpang. Tak peduli pada penolakan yang diberikan Dara padanya.
Dara hanya menunduk. Suasana menjadi sangat canggung. Ia berniat keluar dari mobil saat tangan Alex mencekalnya. Menahannya agar tetap di tempatnya.
"Aku mau pulang sendiri." ujar Dara lebih seperti gumaman. Ia melirik Alex. Mata Alex begitu tajam tanpa mau melepaskannya.
Dara menelan ludahnya kasar. Seakan sebuah kerikil menyumbat tenggorokannya.
Alex memajukan mobilnya lalu melesat pergi.
Dalam perjalanan tidak ada yang berbicara. Keduanya setia pada keterdiamannya. Dara terus membuang mukanya. Melihat apapun di luar jendela sampingnya. Sedangkan Alex fokus pada jalanan di depannya.
Mendadak setetes air yang tidak Dara harapkan keluar begitu saja dari pelupuk matanya. Ia cepat-cepat menghapusnya. Berharap jika Alex tidak mengetahuinya. Ia melirik sekilas pada Alex dan merasa lega karena cowok itu tidak memperhatikannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DARA [COMPLETED]
Teen FictionDara Fradella, Gue Dara, cewek pecinta mocca yang ceroboh dan hobi jatuh. Cowok yang gue suka? Jawabannya jelas, Raka Aldric. Cowok populer di sekolah yang paling manis dan lembut yang pernah gue temui. Tapi, sebuah ketidaksengajaan mempertemukan gu...