Chapter 21 | Aku, Kamu, dan Dia

4.4K 222 0
                                    

Raka: Besok temui gue di taman sekolah. Gue mau bicarain sesuatu yang penting.

Tidak seperti biasanya yang selalu tersenyum ketika mendapatkan pesan dari Raka, Dara hanya memandangi layar ponselnya itu dengan hati yang gundah. Dara sendiri tidak tahu alasan dari kegundahan yang menyelimuti hatinya.

Sejak Alex menceritakan keluarganya, alasan ia membenci keluarganya termasuk Raka. Membuat Dara sedikit memberi jarak pada Raka. Entahlah, Dara hanya tidak ingin menyakiti Alex.

Dan kenapa ia tidak ingin menyakiti hati Alex? Dara masih tidak mengetahui alasannya. Dara hanya ingin Alex tak tersakiti lagi. Dara ingin melihat Alex terus tersenyum dan tertawa lepas seperti kemarin. Dara ingin membuat Alex bahagia.

Bukannya Dara marah kepada Raka karena ia begitu lancangnya merusak hidup Alex. Tidak, Dara bukan orang yang seperti itu. Dan menurut Dara itu hanyalah kejadian masa lalu yang harus dilupakan dan kembali melanjutkan hidup untuk masa depan yang sudah menanti. Yang harus disalahkan adalah takdir yang berani mempermainkan hidup keduanya.

Dara sadar bahwa Raka sendiri pun tidak menginginkannya. Tidak ingin merusak hidup Alex. Dara dapat melihatnya dari kedua mata Raka yang penuh penyesalan dan tetap bersikap baik pada Alex yang terus menganggapnya musuh terbesar di hidupnya.

Saat bel istirahat berbunyi, Dara langsung nyelonong keluar kelas dan berjalan menuju taman sesuai perintah Raka.

Jantung Dara berdetak lebih cepat dari biasanya seolah mampu menulikan kedua telinganya karena suara detak jantungnya yang semakin nyaring. Tapi alasannya kembali membuat Dara tercengang. Ia tidak merasa senang karena akan bertemu Raka, namun Dara merasa takut dan penasaran secara bersamaan. Apa yang akan Raka katakan pada Dara?

Raka yang duduk di bangku taman segera berdiri ketika ia melihat kehadiran Dara. Raka tersenyum lebar yang juga dibalas Dara dengan senyuman. Senyuman yang menurut Raka seakan dipaksakan. Raka menggelengkan kepalanya pelan, menyingkirkan segala kemungkinan buruk yang terlintas di pikirannya.

"Hai," sapa Raka ramah.

"Lo mau bicarain apa?" tanya Dara tanpa basa-basi. Sesekali ia celingukan, mengedarkan pandangannya ke sekitarnya. Sungguh, ia merasa ketakutan sekarang. Takut jika keberadaannya dengan Raka diketahui oleh seseorang. Seseorang yang memenuhi otak dan hatinya.

Raka mengerutkan keningnya. Gadis di hadapannya ini telah berubah. Bukan hanya hari ini ia merasakan perubahan pada Dara. Tapi selama beberapa hari ini Dara seakan menghindarinya. Dara yang biasanya selalu cepat membalas pesan Raka, sejak beberapa hari ini Dara membalas pesannya sedikit lama dan sekedarnya.

Ya, sejak beberapa hari ini. Sejak Alex mulai mendekati Dara. Raka merasakan perubahan pada sikap Dara dan itu membuat Raka semakin takut. Takut jika gadisnya akan jatuh ke tangan adiknya sendiri.

Raka tersenyum lagi dan kembali duduk sembari menepuk kursi di sebelahnya. "Duduk dulu.'

Dara mengiyakan ajakan Raka dan mengambil tempat duduk di sebelahnya. "Katanya lo mau bicarain hal penting?"

"Nanti dulu..."

"Sekarang aja," potong Dara cepat. Tidak ingin basa-basi lagi, yang hanya Dara inginkan sekarang adalah pergi dari tempat ini sebelum Alex tanpa sengaja melihatnya.

Raka menghela napas panjang dan menampilkan senyumnya. Sepertinya ia harus mengungkapkannya sekarang. Kedua tangan Raka meraih tangan mungil Dara dan menggenggamnya erat.

"Gue suka sama lo." Dara tersentak setelah mendengar pengakuan Raka barusan. Hatinya menjadi semakin bimbang.

"Gue suka sama lo sejak pertama kali kita ketemu." Raka menatap Dara lekat. "Lo mau nggak jadi cewek gue?"

DARA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang