Alex tersenyum tipis memandangi gadisnya dari jarak yang menurut Alex cukup jauh. Yah, walaupun sebenarnya tidak jauh. Alex hanya mendramatisir saja. Berjauhan dengan gadisnya membuat Alex tak tahan. Ingin rasanya Alex segera mendekap gadis itu dan tidak akan melepaskannya barang sedetikpun.
"Sini," ucap Alex akhirnya. Dara menoleh cepat kemudian berjalan mendekati Alex dengan lagkahnya yang berjingkat kegirangan.
"Lo enak banget bikin mocca nya!" seru Dara senang. Mengundang bibir Alex yang juga terangkat.
"Gue pinjem gelasnya bentar," Dara mengernyit, tapi ia menuruti Alex dan menyerahkan mocca nya dan segera diletakkan di atas meja oleh Alex. Alex kemudian menjulurkan tangannya. "Siniin tangan lo."
Lagi-lagi Dara mengerutkan dahinya. Ia menyambut tangan Alex ragu. Sedetik kemudian Alex menarik kuat tangan Dara hingga tubuh gadis itu terhuyung dan terduduk di atas pangkuan Alex. Cowok itu dengan cepat melingkarkan tangannya pada pinggang Dara agar gadisnya tidak pergi darinya.
"Alex!" pekik Dara terkejut. Alex selalu membuat jantungnya tidak sehat dan berpacu lebih cepat dari biasanya. Dara mengelus dadanya untuk menurunkan pacuannya lalu melirik tajam Alex yang tak dihiraukan oleh cowok itu. Alex mengambil mocca Dara lalu menyerahkannya kembali.
"Mau nonton apa?" ujar Alex sembari meraih remote TV.
Dara tampak berpikir sejenak. "Sinetron?"
"Ck, nggak mutu." tolak Alex mentah-mentah. "Yang lain."
Kini Dara yang berdecak. Sebenarnya ia tidak menyukai sinetron. Tapi karena Mamanya yang selalu memonopoli TV di rumahnya, Dara mau tidak mau menontonnya dan mengikuti alur ceritanya.
Alex melirik gadisnya. Sungguh, Alex tidak ingin membuat pacarnya kecewa. "Horror? Biasanya cewek suka nonton film horror."
Sesuai dugaan Alex, binar mata Dara kembali cerah. Dara mengangguk kuat dan tersenyum lebar. Alex mulai mengacak channel TV dan menemukan channel yang memang berisikan film-film horror saja.
Dara terus menyeruput mocca di genggamannnya hingga tak bersisa lalu berniat untuk meletakkan gelas kosong itu ke atas meja namun usahanya gagal. Tangannya yang kecil tidak bisa menggapai permukaan meja tersebut. Melihat hal itu, Alex segera merebut gelas itu lalu meletakkannya di atas meja dengan tangan panjangnya.
"Minta tolong kek."
"Ck." Dara hanya berdecak kesal dan melipat kedua tangannya di depan dada. Lebih baik Dara mengalihkan perhatiannya pada layar TV daripada menggubris sikap Alex.
Dara tampak berkonsentrasi menonton filmnya. Sesekali ia memundurkan kepalanya ketakutan hingga hidung Alex menghantam lehernya.
Ya ampun. Nggak bisa diem ini anak.
Tapi konsentrasi Dara seketika buyar. Jarak Dara dengan Alex yang memang sangat dekat, membuat leher Dara merasakan deru panas yang keluar dari hidung Alex. Bulu kuduk Dara meremang. Napas Alex menggelitik lehernya.
Dara menjauhkan kepalanya dan mengusap tengkuknya. Alex mengerutkan dahinya. "Lex geli ih."
"Apaan? Orang dari tadi gue nggak apa-apain lo."
"Napas lo tuh nyentuh leher gue. Geli jadinya." gerutu Dara.
"Belum dicium udah geli duluan. Kita masih awal. Belum waktunya kita ke tahap itu." Alex melirik Dara. "Atau lo minta sekarang?"
Dara sontak melotot. "Otak lo di sapu dulu deh. Jorok amat!"
"Selama ada lo di deket gue, otak gue nggak bakalan bersih."
KAMU SEDANG MEMBACA
DARA [COMPLETED]
Teen FictionDara Fradella, Gue Dara, cewek pecinta mocca yang ceroboh dan hobi jatuh. Cowok yang gue suka? Jawabannya jelas, Raka Aldric. Cowok populer di sekolah yang paling manis dan lembut yang pernah gue temui. Tapi, sebuah ketidaksengajaan mempertemukan gu...