Raka mempercepat langkahnya menuju ruang kerja ayahnya. Ada hal penting yang harus ia bicarakan dengan Thomas. Setelah tadi saat di sekolah Chika menghadangnya dan memberitahunya tentang Dara yang dibawa oleh pengawal ayahnya, membuat Raka harus bergerak cepat sebelum kejadian yang tidak diinginkan terjadi.
Ia sampai di depan ruang kerja Thomas. Tangannya terangkat akan membuka kenop pintu tapi suara Thomas yang sedang berbicara dengan seseorang membuatnya mengurungkan niatnya. Mendengarkan lebih seksama apa yang dibicarakan.
"Simple. Jauhi kedua anakku dan putuskan hubunganmu dengan Alex. Hidup keluargamu akan kembali lancar dan Alex akan kembali ke rumahnya." Thomas bangkit dari duduknya dan mendekati Dara. Berdiri di hadapannya dengan tatapan mengintimidasi. "Asal kamu tau, kedua anakku nanti akan melanjutkan bisnisku. Kamu tidak ingin kan jika Alex dan Raka akan dipermalukan oleh rekan bisnisnya nanti karena berhubungan dengan gadis miskin sepertimu?"
Kedua tangan Raka terkepal kuat setelah mendengar hinaan yang diberikan ayahnya pada Dara.
"Saya akan memberimu waktu tiga hari untuk memutuskan hubunganmu dengan Alex. Sekarang kamu boleh pergi."
Raka buru-buru bersembunyi agar keberadaannya tidak di ketahui.
Dara keluar dari ruangan kerja Thomas. Mengambil langkah cepat menuruni tangga.Raka menyusul Dara. Mengambil dua anak tangga sekaligus. Sampai di depan pintu rumahnya, Raka berlari.
"Ra!" teriaknya pada Dara yang tidak digubris sama sekali olehnya. Raka menarik lengan Dara tapi gadis itu langsung menepisnya.
Dara berlari. Keluar gerbang rumah itu. Untung saja ada ojek yang melintas. Dara menaiki ojek itu dan segera berlalu dari sana. Mengabaikan Raka yang mengejarnya.
"Dara! Shit!" umpatnya seraya menendang pagar rumahnya.
Raka berbalik. Menghampiri Papanya dan meminta penjelasan. Sampai di depan kantor ia terdiam. Tidak berniat untuk membuka bahkan mengetuk pintu berbahan kayu jati itu.
Raka menjambaki rambutnya frustasi. Kedua tangannya terkepal kuat. Membenci dirinya sendiri karena tidak mempunyai keberanian lebih untuk melawan Thomas.
***
Alex terlihat celingukan melihat ke dalam kelas Dara. Sejak kemarin saat pulang sekolah, Alex mencari Dara ke seluruh antero sekolah dan hasilnya nihil.
Alex juga mencoba menghubunginya tapi ponsel Dara tidak aktif. Membuat Alex semakin cemas dan merasa bersalah secara bersamaan.
Merasa bersalah karena telah membentak Dara kemarin. Dan Alex berjanji akan kembali damai dengan keluarganya walaupun ia tidak menginginkannya.
Kebetulan Chika tengah berjalan keluar kelasnya. Alex menarik lengannya.
"Chik, liat Dara nggak? Dari kemarin gue nggak ngeliat dia. Dia juga nggak bisa gue hubungi. Gue khawatir." ujar Alex panjang lebar.
Chika mengerjapkan matanya beberapa saat. Ia teringat perkataan Raka kemarin saat Chika meneleponnya.
"Jangan kasih tau Alex. Biar gue yang atasi masalah ini. Kalo Alex tau, masalahnya bisa makin gede ntar."
"Emang Dara kenapa Kak?"
"Lo nggak perlu khawatir. Gue yang bakal atasi semuanya."
"Chik?" panggil Alex sambil menjetikkan jarinya di depan wajah Chika membangunkannya dari lamunan.
"Gue juga nggak tau Kak. Dara juga nggak masuk hari ini. Mungkin dia lagi sakit." balas Chika.
Alex mengangguk samar. "Thanks Chik. Gue cabut dulu." ucap Alex sembari mengacak rambut Chika dan berlalu dari sana.
Alex mengetuk pintu di depannyabeberapa kali. Dengan tangan penuh dengan buah-buahan dan tangan satunya lagi membawa sebuah bingkisan. Tidak ada sahutan dari dalam. Alex hendak mengetuk kembali ketika pintu itu terbuka. Menampilkan seseorang yang Alex cari selama dua hari ini. Hanya saja orang itu tampak kusut dan berantakan dengan lingkaran hitam mengelilingi matanya. Alex tersenyum.
"Maaf kemarin aku udah kasar ke kamu. Dan aku janji bakalan berdamai sama keluarga aku," Alex mengangkat kedua tangannya, memperlihatkan apa yang sedang dibawanya pada gadisnya. Mata lelah Dara meliriknya sekilas lalu kembali menatap wajah Alex.
Aku sayang kamu. Aku nggak mau kehilangan kamu.
"Chika bilang kamu sakit, jadi aku bawain buah-buahan buat kamu. Dan ini PS4 yang Dewa minta waktu itu. Udah aku beliin. Gimana? Kamu suka kan?"
Tapi aku juga nggak mau hidup keluargaku jadi berantakan karena ulah Papamu.
Tidak ada tanggapan dari Dara. Gadis itu hanya menatap wajah Alex dalam diam. Dengan tatapan kosong serta lelahnya. Bahkan air mata pun tak lagi keluar karena semalaman ia sudah menguras habis air matanya dalam kegelapan kamarnya.
Dara menguatkan genggamannya pada gagang pintu. Berharap ia tidak terjatuh di hadapan Alex. Dara tersenyum tipis. Lebih seperti senyum yang dipaksakan.
Apa yang harus aku lakuin, Lex? Perkataan Papamu kemarin buat aku sadar kalo cewek miskin kayak aku nggak pantes jatuh cinta sama kamu.
***
Duh, dikit banget ya 😥
Gapapa lah yg penting update 😁
.
.
.
Jangan lupa vomment guys 🙆
Salam sayang dari author 😘😘😘
KAMU SEDANG MEMBACA
DARA [COMPLETED]
Teen FictionDara Fradella, Gue Dara, cewek pecinta mocca yang ceroboh dan hobi jatuh. Cowok yang gue suka? Jawabannya jelas, Raka Aldric. Cowok populer di sekolah yang paling manis dan lembut yang pernah gue temui. Tapi, sebuah ketidaksengajaan mempertemukan gu...