Kedua kaki Dara bergerak cepat mengimbangi langkah kaki Alex yang lebar dan cepat. Jujur, tenaga Dara sekarang sudah terkuras habis. Ia tidak mampu berlari lagi. Untung saja di depan mereka ada sela-sela gedung. Alex menarik tangan Dara dan bersembunyi di balik tempat sampah besar.
Tubuh Dara yang kecil dihimpit oleh badan besar Alex, membuat Dara tidak bisa bernapas. Kedua tangan Alex berada di sisi tubuh Dara mengunci pergerakannya. Dara berkali-kali mengumpat dalam hatinya. Apakah mereka harus bersembunyi dengan posisi seperti ini? Dara seolah menjadi seekor semut yang dihimpit oleh sebuah batu.
Dara sudah tak tahan lagi. Ia merasa sesak. Yang ia cium hanya aroma manis yang keluar dari tubuh Alex. Bukannya Dara tidak menyukainya. Hanya saja ia merasa sesak, seakan oksigen telah dihirup habis oleh cowok yang menghimpitnya.
Dara membuka mulutnya hendak protes, tapi dengan cepat tangan besar Alex membekapnya.
Ya Tuhan...
Sedetik kemudian Dara mendengar suara hentakan kaki dari para preman itu. Kini jantungnya berpacu cepat. Dara mencoba mengintip dari balik tempat sampah, tapi lagi-lagi Alex menekan tubuhnya hingga tubuh keduanya saling menempel. Dara bisa merasakan dada Alex yang bergerak naik turun dan napas panas Alex yang menyentuh halus wajah Dara.
Dara tak lagi mendengar para preman itu. Sepertinya mereka menyerah mencarinya. Perlahan Alex membuka bekapannya pada mulut Dara dan menghembuskan napas lega, begitu juga dengan Dara yang seakan beban di pundaknya terangkat begitu saja. Tapi tentu saja, sesaknya belum menghilang. Dara mengerutkan dahi. Kenapa tubuh Alex tak kunjung mundur menjauhinya?
Dara mendongakkan kepalanya dan seketika membeku. Tatapan tajam Alex seolah mengurungnya. Tidak, bukan tatapan tajam yang menyiratkan kemarahan. Hanya saja tatapan itu sangat tajam dan intens. Seakan tak ingin mengalihkan pandangannya dari Dara. Bahkan berkedip pun sepertinya cowok itu tidak mau.
Jantung Dara kembali berpacu cepat. Seluruh tubuhnya memanas. Ingin sekali Dara menekan dadanya agar jantungnya bisa bergerak normal, tapi itu semua sia-sia. Bahkan menggerakkan jarinya pun Dara tak mampu. Tubuhnya benar-benar membeku.
Wajah Alex semaki mendekati wajahnya. Apa yang akan Alex lakukan padanya? Dara ingin sekali mendorongnya menjauh. Tapi sekali lagi, Dara seakan tersihir oleh pesona Alex.
Alex tampan. Dara akui itu. Siapapun yang melihatnya pasti tidak akan mengelaknya.
Dara menggigit bibir dalamnya. Ia mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Sungguh, jika saja jantungnya mempunyai kaki sudah pasti jantungnya akan melompat-lompat dan keluar dari tempatnya.
Mata Alex tidak lagi tajam. Tapi berubah menjadi sayu dan tak lagi memandang mata Dara.
Apa yang Alex lihat? Otak Dara hanya memikirkan satu kemungkinan. Alex memandangi bibirnya.
Wajah keduanya semakin mendekat. Ujung bibir Alex berhasil menyentuh sedikit bibir Dara. Sontak Dara memejamkan matanya rapat-rapat. Bisa ia rasakan panas dari ujung bibir Alex.
Alex akan menciumnya. Hal yang tidak pernah Dara duga dari cowok itu.
Sejurus kemudian, apa yang Dara perkirakan ternyata salah. Dara tak lagi merasakan napas dan bibir panas Alex. Tubuhnya pun tak merasakan sesak lagi. Dara membuka matanya perlahan dan mengerjapkannya sesaat. Ia menatap mata Alex yang kembali tajam yang kini penuh emosi.
Alex mundur beberapa langkah dan keluar dari persembunyiannya. Dara mengernyit.
Tiba-tiba Alex menarik kasar tangan Dara untuk keluar dari sana. Dara memekik kesakitan.
"Aaakk! Sakit bego!" Dara menepis tangan Alex dan mengusap tangannya yang memerah.
Alex meraup wajahnya lalu berkacak pinggang. Ia menatap Dara tajam. "Lo ngapain keliaran malem-malem gini? Kalo gue nggak ada, gimana nasib lo entar?"
KAMU SEDANG MEMBACA
DARA [COMPLETED]
Teen FictionDara Fradella, Gue Dara, cewek pecinta mocca yang ceroboh dan hobi jatuh. Cowok yang gue suka? Jawabannya jelas, Raka Aldric. Cowok populer di sekolah yang paling manis dan lembut yang pernah gue temui. Tapi, sebuah ketidaksengajaan mempertemukan gu...