halaman 1

225 6 0
                                    

**
.Zahra POV

Aku membekap mulutku dan menggeleng kepalaku seakan tidak percaya akan berita yang baru saja aku dengar. Wajahku pucat. Ponselku terjatuh ke lantai.

Papa... mama...,kenapa...? kenapa kalian harus ninggalin aku?
Aku menangis dalam kediaman dan rasa ketidak percayaanku saat ini. Setelah mengambil kunci,aku langsung menuju ke rumah sakit. Dengan perasaan yang campur aduk,aku mengemudikan mobil. Aku tidak tahu akan jalan takdir yang Tuhan berikan kepadaku.

"Kenapa...kenapa....kenapa...? Hihihikksss.... "

**
Aku memasuki rumah sakit,mencari ruang jenazah. Aku terus berlari dan mencari seperti orang gila. Panik dan dada sesak.

*
Tepat disamping mereka,aku berdiri mematung. menatap wajah keduanya yang sulit untuk dikenali. Aku seperti orang bodoh dan pikun.

"Papa mama,jangan tinggalkan aku. Aku sayang kalian. Kenapa kalian ninggalin aku disaat aku belum bisa ngelakuin apa yang papa dan mama minta. Jangan tinggalkan aku. Hiks...
Tuhan secepat inikah..?" . Aku mengguncang tubuh mereka yang sudah mendingin dengan deraian air mata kepiluan dan kesedihan yang teramat menyakitkan. Seorang dokter datang menahan dan menenangkan aku.

Tuhan,aku tidak mampu dan sanggup.

**
.Author POV.

Zahra pingsan setelah melihat jazad ke dua orangtuanya yang telah berubah. Dokter yang menangani jazad ke dua orangtuanya segera membawa zahra keluar ruangan itu.

"Suster,tolong hubungi keluarga terdekatnya dan kabarkan hal ini kepada mereka. Biarkan gadis ini tetap disinih." Ucap seorang dokter muda kepada wanita yang memakai seragam perawat.

"Baik dok. Segera saya akan menghubungi keluarganya." Ucapnya seraya melangkah keluar dari ruang inap itu dan kemudian menghubungi kerabat dekat zahra. Setelah tersambung suster itu kemudian berbicara panjang lebar.

*
"Sudah dok. Saya sudah menghubungi keluarganya dan sebentar lagi keluarganya akan datang kesinih." Ucap suster itu.

"Terimakasih suster indah."

"Sama-sama dok."

*
Seorang wanita dengan didampingi seorang pria disampingnya berjalan memasuki rumah sakit. Wajahnya terlihat panik dan khawatir. Ada kesedihan yang nampak diwajahnya. Pria disampingnya berusaha menenangkannya dengan membelai pundaknya seraya berjalan bersama.

"Dokter bagaimana dengan zahra,apa dia Baik-baik saja?" Ucap ana dengan mimik wajah yang sulit dimengerti. Antara cemas dan ingin menangis saat bertemu dengan dokter zein yang menangani zahra.

"Tenang bu,dia Baik-baik saja sekarang. Saya menempatkan dia diruang inap untuk sementara sebelum dia siuman. Sepertinya dia sangat shock atas berita ini. Saat ini,dia hanya butuh dorongan atau motivasi. Jiwanya yang masih terguncang ditakutkan dia akan melakukan tindakan buruk. " Ucap dokter zein kepada ana dan indra.

"Terimakasih dok. Terus kedua jenazah ada dimana dok?"

"Mari saya tunjukan ruangannya." Seraya keluar ruangan dan diikuti ana dan indra menuju ruang jenazah.

*
"Papa mama..." Zahra mendesis pelan diikuti tangisan sesenggukan dalam tidurnya. Matanya masih terpejam namun air matanya keluar dari pelupuk matanya. Masih setengah sadar dia mendesis lagi.

"Papa mama,jangan pergi. Aku tidak sanggup. Hiksss..." ana dan indra telah masuk diruangan zahra. Ana mendekati zahra yang sedang terbaring. Mata ana juga telah Sembab dengan Air matanya. Ana menyentuh wajah zahra dan menggapus air matanya. Indra terlihat lebih tegar.

harapan dalam do'a.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang