halaman 20

46 1 0
                                    

Mungkin aku bukanlah wanita shaleha. namun aku berusaha untuk menjadi istri yang baik.

~☆

Fariq melirik jam tangannya. Wanita yang ada disampingnya belum juga sadarkan diri. Ada rasa khawatir yang dia rasakan sekarang ini dalam hatinya. Yah,dia sedang memikirkan zahra sang istri.

Keputusan telah dia ambil,dia akan pulang untuk malam ini. Sudah beberapa hari dia tidak tidur di rumah dan beberapa hari itu juga dia harus berbohong kepada istrinya. Sebenarnya dia tidak tega harus terus berbohong,namun dia tidak sanggup bila harus menyakiti hati istrinya.

Fariq melangkah keluar ruang inap meninggalkan RS tempat wanita itu dirawat dan menuju mobilnya.

*
"Iya sebentar.." suara sarti terdengar dari dalam rumah.
"Maaf tuan sudah buat tuan menunggu lama." Fariq hanya mengangguk seraya melangkah masuk dalam rumah.

"Iya bi,tidak apa-apa. Apa zahra sudah tidur bi?"

"Bibi juga tidak tahu tuan. Tetapi sehabis makan malam,nona zahra langsung menuju kamarnya. Sepertinya nona zahra sudah tidur tuan."

"Oh begitu yah bi."

"Iya tuan." Fariq melangkah menuju ke kamarnya. "Apa tuan tidak mau makan dulu?" Fariq menoleh sejenak pada sarti.

"Tidak bi,terimakasih."

Fariq melangkah pelan masuk ke dalam kamar. Dia memperhatikan zahra sejenak kemudian masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.

Setelah selesai,dia beranjak ke tempat tidur. Ditatapnya sekali lagi sang istri. Bibirnya tersenyum. Dia kemudian mencium kening istrinya.
"Semoga tidurmu nyenyak istriku. Maafkan aku,aku mungkin suami yang tidak baik untukmu." Lirihnya.

*
Zahra terbangun dari tidurnya. Dia menoleh pada laki-laki yang tidur disampingnya. Bibirnya tersenyum meski matanya belum sempurnah terbuka.

Zahra melirik jam yang ada di dinding. Segara dia beranjak dan menuju kamar mandi.

Disepertiga malam ini,zahra menumpahkan lagi keluh kesahnnya pada Sang kekasih Hatinya Allah Swt.,

Ya Allah,aku telah mencintainya. Jagalah cinta ini agar selalu bersemi dihatiku. Aamiin....

Zahra menangis tersedu-sedu dalam sujudnya. Fariq mendengar dengan jelas namun dia enggan untuk bangun.

*
"Apa kakak tidak mau sarapan dulu,aku sudah bikinin nasi goreng kesukaan kakak." Zahra menatap suaminya yang duduk di ruang Tv. Fariq melirik sebentar jam ditangannya. Belum sempat fariq menjawabnya,ponselnya berdering. Seraya melangkah menjauh dari zahra.

Zahra memperhatikan suaminya yang terlihat serius berbicara dengan seseorang yang tidak dia ketahui. Rasa penasaran itu semakin bertambah saat fariq berpamitan dan langsung pergi. Terlihat dia sangat terburu-buru.

Ada rasa cemas yang menghantui hatinya.
Ya Allah,aku memohon kepada-Mu jagalah suamiku kemanapun dia berada.

Entah kenapa,hari ini zahra ingin kembali ke resto melihat perkembangannya. Apa lagi setelah tahu indra telah membangun hotel di samping resto. Itu semakin membuat zahra ingin memantau perkembangan bangunan hotel yang hampir tuntas.

Baginya,waktu begitu cepat berlalu. 5 bulan sudah usia pernikahannya dan sampai detik itu juga,hubungan keduanya masih harmonis-harmonis saja. Meskipun dia tahu,dia belum sepenuhnya menjadi istri yang sempurnah karena belum menjalankan kewajibannya layaknya seorang istri yang lainnya. Dia hanya mengerjakan kewajibannya yang biasa saja.

sebenarnya bukannya tidak mau menjalankan kewajibannya menjadi seorang istri,namun dia belum siap untuk saat ini.

*
"bapak fariknya ada?"
"dia sedang keluar sebentar bu. Ada yang bisa saya bantu bu?"
"Kalau boleh tahu,bapak fariqnya kemana?"
"Saya juga tidak tahu bu." Zahra menarik napasnya sebentar kemudian tersenyum pada karyawati itu.

Zahra memilih pergi tanpa bertanya lagi.

*
Zahra memasuki RS tempat wanita itu dirawat. Yah hanya ingin memastikan kondisinya saja.

Zahra terhenti dibalik pintu. Dilihatnya wanita itu telah sadarkan dirinya. Namun hatinya merasa ngilu saat laki-laki yang dikenalnya sedang tertawa riang dengan wanita itu. Tangannya menyuapi wanita itu makanan.

Zahra tidak tahan,air matanya telah jatuh. Dia pergi menjauh dari tempat itu.

Dia berlari keluar dan langsung masuk kedalam mobilnya. Dia menumpahkan segala kesedihannnya dalam kesendiriannya.

Dia langsung melajukan mobilnya menuju ke tempat dimana dia bisa merasa tenang disanah.

"Mungkin diam dan memilih pergi untuk sementara adalah hal yang baik. Karena aku bukan wanita yang kuat." Lirihnya.

harapan dalam do'a.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang