halaman 23

52 2 0
                                    

Siapa yang rela jika suami menikah lagi sedang kita masih hidup. Sepertinya tak seorang wanitapun ikhlas jika itu terjadi.

~☆

Wanita itu terus saja memukul kepalanya. "Kenapa ini bisa terjadi,kenapa... hiksss ..." lirihnya dengan tangisan.

Keluarganya sudah datang dan membujuknya untuk makan namun wanita itu menolak mentah-mentah dengan menjatuhkan makanan yang ada ditangan wanita paruh baya.
"Sayang,kamu harus makan. Jangan siksa dirimu nak." Wanita paruh baya itu menasehati.

"Biarin ma. Sebentar juga aku akan mati,Mati ma. Tuhan tidak sayang kepadaku." Wanita yang dipanggil "mama" itu menangis mendengar ucapan putrinya.

"Sayang,jangan kamu berbicara seperti itu. Dokter sedang berusaha untuk menyembuhkan kamu sayang."

"Tidak ada yang bisa diharapkan lagi ma. Santi akan mati. Kanker ini sudah mencapai akhir ma. Berapapun uang yang kalian keluarkan untuk menyembuhkan aku,tetap tidak akan bisa membuat aku sembuh. Kanker ini begitu ganas hingga telah menjalar keseluruh tubuhku. Apa kalian tidak mendengar apa yang dikatakan dokter kemarin? Apa kalian tidak melihat hasil medis kemarin? Hahh... jawab aku. Jawab aku semuanya. Aku tidak akan lama lagi bertahan hidup. Hiksss..." ujarnya dengan suara keras dan tangisannya.

Baginya mengeluarkan uang bermiliaranpun tidak akan bisa menyembuhkan dirinya yang sebentar lagi akan mati.
"Kenapa Tuhan tidak langsung mrncabut nyawaku saja saat aku sedang terbaring koma krmarin. Jika kenyataan ini yang akan aku terima. Hiksss...." vani tidak bisa berkata-kata lagi begitu juga anggota keluarga yang lainnya. Vani langsung memeluk anaknya. Mereka sekeluarga sama-sama menangis merasakan penderitaan santi.

Mereka tahu bahwa umur santi tidak akan lama lagi. Hanya mukjizat dari Tuhan yang mereka harapkan.

Vani termasuk keluarganya tahu apa keinginan terakhir santi sebelum dia akan pergi untuk selamanya. Namun keinginan itu begitu berat untuk dikabulkan. Karena permintaan ini berkaitan dengan hati wanita yang bisa saja terluka.

Mereka masih dalam pikiran mereka masing-masing namun kesedihan menyelimuti hati mereka.

Sudah hampir satu bulan santi dirawat di Rumah Sakit. Bahkan dia tidak pernah tahu dirinya terkena penyakit ganas. Memang sering kali darah keluar dari hidungnya tetapi tidak pernah dia menyadarinya. Bahkan dia menyepelekan hal tersebut.

"Aku ingin menikah ma sebelum aku meninggal." Suaranya mulai terdengar pelan. Vani yang masih memeluk putrinya segera melepas pelukannya dan menatap putrinya.

"Mama akan mencoba membujuknya sayang. Namun tidak mudah untuk membujuk dia yang telah beristri."

"Aku mohon ma,kek dan kalian yang ada disinih. Bukannya kita masih ada ikatan keluarga dengan dia?"
Tidak ada yang menanggapi ucapannya. "Kakek,apa kakek tidak sayang pada santi? Apa kakek tega dengan santi karena tidak mewujudkan keinginan santi? Ini mungkin keinginan santi untuk yang terakhir kalinya dan setelah itu,tidak akan ada lagi keinginan-keinginan yang lainnya dariku. Kek,santi mohon kek." Vani mengusap air mata putrinya.

"Kakek akan berusaha nak." Ujar kakek. Lantas laki-laki tua itu segera keluar ruangan.

Vani menggenggam jemari tangan putrinya. Dia ingin merasakan penderitaan putrinya. Baginya putrinya adalah segala-galanya baginya.

harapan dalam do'a.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang