*
Zahra telah duduk dengan tenang. Disampingnya ada fariq sang suami. Senyumnya terus mengembang.Zahra menggenggam tangan kanan suaminya dan meletakannya diatas pangkuannya. Tangannya memegang erat tangan suaminya.
Ruang resepsi telah dipenuhi oleh tamu-tamu undangan. Ada yang sedang menikmati makanan yang telah dihidangkan dan ada yang sedang sibuk bercakap-cakap dengan lawan bicara mereka.
Zahra melirik suaminya kemudian menatap para tamu hadirin.
Fariq menatap istrinya. "Kamu kenapa dek?" Zahra hanya menggelengkan kepalanya. "Beneran?" Zahra hanya mengangguk dan tersenyum menatap suaminya.
Allah,gemuruh di dada ini semakin kuat.
Setelah acara resepsi yang dilaksanahkan digedung berbintang telah selesain,fariq dan zahra langsung pamit pada ana untuk kembali ke kediaman zahra. Ana sebenarnya menolak dan meminta agar mereka tinggal dulu untuk beberapa hari di kediaman rumah indra namun zahra menolak karena tidak ingin merepotkan lagi. Ana tidak bisa menolak keputusan zahra dan dia hanya mengiyakan saja keinginan zahra itu.
~☆~
"Kak..." panggil zahra pada fariq suaminya yang baru keluar dari kamar mandi mengambil air wudhu.
"Hm.."
"Aku mau bicara serius setelah ini.""Memang selama ini apa yang kamu katakan tidak serius?" Zahra hanya menatap suaminya dengan senyum menawannya. "Mending kamu ambil air wudhu terus kita shalat." Zahra mengangguk kemudian bergegas menuju kamar mandi.
4 rakaat telah ditunaikan. Fariq masih betah diatas sajadahnya membaca dzikir lagi sedang zahra segera melepas mukena yang dipakainya dan merapikannya kembali.
Zahra duduk diatas tempat tidur sambil menunggu fariq selesai. Fariq berdiri dan meletakan kembali sajadahnya didalam lemari.
Dia duduk disamping istrinya.
"Kamu mau bicara apa?" Zahra menarik napasnya sejenak.
"Aku mau lanjutin sekolah aku kak." Hening. Bibirnya tersenyum."Bagus dongk kalau gitu. Tetapi butik siapa yang akan mengurusinya?"
"Aku hanya butuh persetujuan dari kakak saja kok. Bila kakak ngizinin,aku akan mempercayakannya pada wati. Lagiyankan aku tidak akan setiap hari ke kampus." Memasang wajah memohon. Fariq menarik napasnya sejenak. Bibirnya kemudian tersenyum.
"Baiklah aku izinin. Tapi kamu harus tahu profesi kamu. Dan kamu harus pintar mengatur waktu kamu. Untuk kuliah,pekerjaan butik maupun di rumah." Ucapan fariq seketika membuat zahra refleks memeluknya. Hatinya bahagia.
"Makasih kak.." fariq hanya membelai kepala istrinya lembut dan tersenyum menatapnya.
"Iya..."
**
Disisi kehidupan fariq dan zahra yang masih harmonis,seorang wanita menatap wajahnya dicermin dengan tatapan yang sulit diartikan."Aku tidak akan membuat hidupmu bahagia zahra." Dengan menahan amarahnya. Dia menghamburkan barang-barang yang ada di meja riasnya. "Ahrggg........"
Wanita itu memegang kepalanya. Dan beberapa kali memukul meja.
"Aku akan membuat Hidupmu semenderita mungkin zahra. Kamu telah menghancurkan hidupku dan setelah itu kamu merebut laki-laki yang aku cintai." Lirih wanita itu dengan wajah menahan kebenciannya.,Seakan kejadian silam kembali lagi diputar seperti sebuah drama film.
Pagi itu disebuah taman sekolah,sepasang pria dan wanita belia sedang bercanda riang. Dia adalah zahra dan fariq.
"Kak,kakak benaran akan ngelanjutin sekolah kakak setelah lulus di negri jiran?" Menapilkan ekspresi sedihnya. Fariq hanya mengangguk.
"Ohh... jadi karena dia kamu mutusin aku hah...?" Telunjuk tangannya menunjuk kearah zahra. Suaranya meninggi dan kedua tangannya sudah mengepal menahan amarahnya.
"San,kita bisa bahas ini nanti tapi jangan disinih. Zahra tidak ada kaitannya dengan hubungan kita. Aku memang mutusin kamu karena itu kemauan aku. Dan aku tidak mau berhubungan dengan kamu lagi." Air mata gadis itu telah jatuh. Dia menatap wajah zahra dengan tatapan amarah. Zahra menundukkan pandangannya.
"Ini tuh gara-gara kamu." Wanita itu mendorong zahra hingga dia terjatuh. Zahra meringis menahan sakitnya.
"San,kamu apa-apaan sih...? Aku tuh tidak suka yah sifat kamu yang kayak gini. Pencemburu dan suka marah."
Fariq membantu zahra untuk berdiri. Santi menahan tangan fariq yang ingin membantu zahra. "Biarin dia jatuh.."
Fariq menghempaskan tangan santi kasar. "Dia tidak ada hubungannya sama hubungan kita. Dan untuk kamu,jauhi aku dan jangan ganggu zahra. Bila kamu berani mengganggunya,kamu akan berhadapan dengan aku."
Fariq bergegas pergi bersama zahra. Fariq menggenggam tangan zahra menjauh dari santi.
"Aku akan membuat hidupmu menderita zahra. Fariq hanya milikku..!!"
*
"Hey,mau kemana kamu hah...?" Santi menahan lengan zahra. Dia bersama gengnya menghadang langka zahra.Zahra yang saat itu akan hendak pulang harus tertahan langkahnya karena pergelangan tangannya yang digenggam erat oleh santi.
"Sakit san..."
"Hah... apa sakit. Kamu kira aku tidak sakit hah? Fariq mutusin aku,itu karena kamu. Bila waktu itu kamu bisa diam saja,aku tidak akan mungkin menyakiti kamu saat ini.""Aku tidak ingin kak fariq merasakan sakit karena ulah kamu. Karena apa yang aku lihat memang bener." Santi menyeret langkah zahra hingga sampai toilet.
"Haha...." tawa ketiga teman santi bersamaan.
"Rasain kamu,makanya jangan macam-macam dengan santi."Zahra telah diguyur dengan air bak. Bajunya basah dan rambutnya acak-acakan. Ada bekas tamparan juga diwajahnya. Dia meringis menahan sakit diwajah dan pergelangan tangannya. Santi dan gangnya telah pergi,meninggalkan dia yang tinggal sendiri di toilet sekolah.
Langkahnya pelan memasuki mobilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
harapan dalam do'a.
روحانياتJangan pernah melihat kasih sayang Allah hanya pada satu sisi saja. Tapi lihatlah juga pada sisi lain kekuasaan Allah. Karena begitu banyak nikmat yang Allah berikan kepada kita,tanpa kita menyadari itu. Setelah musibah menimpah diri zahra,apakah di...