halaman 6

45 2 0
                                    

"Apa dijodohkan?" Ucap mereka bersamaan. Zahra dan fariq saling menatap. Bibir mereka Sama-sama terdiam.

"Iya. Papa kamu dan om sudah menjodohkan kalian. Dan tidak boleh ada kata penolakan." Ucap indra lagi. Ana hanya tersenyum melihat ekspresi wajah zahra dan fariq.

"Tapi om,aku belum siap."

"Zahra,kamu siap ataupun tidak siap,tapi ini adalah amanah dari almarhum papa kamu. Dan om tidak akan mungkin mengingkari janji yang pernah kami buat. Keputusan ini tidak bisa diganggu gugat. Suka ataupun tidak,kalian tetap harus menerima perjodohan ini." Zahra dan fariq hanya diam. Mereka sedang sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.

"Tuan nyonya,diminum dulu tehnya." Ucap sarti yang telah meletakan minuman diatas meja. menghilangkan rasa canggung diantara zahra dan fariq.

"Terimakasih bi." Ucap ana kemudian.

"Iya nonya." Sarti kemudian kembali kebelakang.

"Zahra,bagaimana?" Tanya indra lagi.

"Karena ini amanah dari almarhum papa,mau tidak mau zahra harus menerima. Karena alasan zahra untuk menolak sepertinya tidak berguna." Indra dan ana tersenyum mendengar jawaban zahra. Fariq tetap diam dan memilih keluar.

*
Ana menghampiri fariq yang sedang duduk menyendiri menatap bunga mawar dikursi panjang bercat putih.

"Fariq..." panggil ana sambil memegang pundak fariq anaknya. Fariq menoleh dan menatap ana mamanya. Ana kemudian duduk disampingnya.

"Sayang,pikirkan Baik-baik nak. Keputusan ini bukan keputusan sepihak yang dibuat oleh papa kamu dan om yusuf. Mereka melakukan ini karena untuk kebaikan kamu dan zahra."

"Entahlah ma. Aku tidak tahu harus berkata apa." Ucapnya.

"Sayang,yang kamu hanya lakukan adalah menerima semua ini. Bila kamu belum mencintai zahra,percayalah bahwa Allah akan menumbuhkan cinta itu dihati kamu. Om yusuf dan papa kamu hanya ingin,zahra ada yang menjaga." Sejenak fariq terdiam. Mendengar ucapan ana,fariq menarik napasnya kemudian menghembuskannya.

"Baiklah ma." Ucapnya. Ana tersenyum mendengar ucapan fariq anaknya. "Aku menerima perjodohan ini." Ucap fariq lagi.

"Alhamdulillah..." ucap ana penuh syukur. "Kalau begitu kita masuk kedalam dan katakanlah pada papa dan zahra." Ucap ana lagi. Fariq mengangguk. Kemudian mereka masuk lagi kedalam rumah.

Fariq dan ana kemudian duduk. Indra menatap anaknya dan zahra hanya menunduk.

"Aku terima perjodohan ini." Ucap fariq mantap membuat zahra mengangkat kepalanya. Indra dan ana tersenyum mendengar jawaban fariq anaknya. Zahra kembali menunduk. Ada kebahagiaan yang dia rasakan yang menelusup masuk kerelung hatinya. Bibirnya sempurnah tersenyum. dalam tunduknya dia mengucap syukur kepada Allah.

"Kalau begitu,bagaimana pernikahan kalian berdua dilaksanakan bulan depan saja?"

"Apa bulan depan?" Ucap fariq dan zahra spontan.

"Pa,apa itu tidak terlalu lama?" Ucap ana. Zahra menatap ana memohon agar waktunya jangan dipercepat. Ana tersenyum mendapatkan tatapan mata itu.

"Zahra,fariq bagaimana apa kalian setuju kalau pernikahan kalian dipercepat saja?" Ucap indra. Zahra dan fariq menatap indra. Zahra terdiam memikirkan hal itu.

"Apa tidak terlalu cepat pa?" Ucap fariq kemudian.

"Iya om,tante. Apa tidak terlalu cepat?" Ucap zahra.

"Baiklah,karena kalian Sama-sama tidak setuju,bagaimana pernikahan kalian berdua nanti dilaksanakan tepat umur zahra genap 20 tahun? Bukannya dua bulan lagi umur kamu genap zahra?" Ucap indra.

"Iya om." Ucap zahra.

"Oky kalau begitu,tanggal pernikahan sudah ditentukan akan dilaksanakan pada tanggal kelahiran zahra." Ucap indra.

Zahra dan fariq hanya bisa menerima tanpa bisa menolak. Keputusan telah disepakati membuat ana legah.

harapan dalam do'a.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang