halaman 22

46 2 0
                                    

Fariq menuju ke kantor polisi untuk mengetahui kebenarannya. Satu hari menunggu membuatnya tidak tenang. Dia enggan untuk pulang ke rumah dan seharian itu pula dia memilih mushola sebagai tempat menenangkan hatinya.

Setelah shalat subhu,dia menyempatkan diri untuk membaca Al-Quran hanya untuk menenangkan pikirannya saja yang sedang kacau. Baginya Al-Qur'an kitab suci Allah yang manjur mengobati dirinya dan pikirannya. Al-Qur'an baginya bukan hanya sebagai penenang atau obat saja namun Al-Qur'an sebagai petunjuk.

"Allah tidak akan memberikan cobaan kepada setiap hamba-Nya diluar batas kemampuan hamba-Nya." Lirihnya. Dia percaya akan hal itu bahwa Allah akan selalu bersamanya jika dalam setiap saat Allah menjadi tempat kembalinya dan menyadari bahwa dirinya hanya seorang hamba-Nya yang lemah yang tidak bisa berbuat apa-apa atas kehendak-Nya.

*
Setelah matahari telah terbit,sekitar pukul 9 pagi dia menuju ke kantor polisi.

"Bagaimana pak?" Tanya fariq pada laki-laki yang duduk didepannya. Laki-laki berseragam kepolisian itu sedang mengamati berkas-berkas yang ada di meja kerjanya. Dia menghentikan sejenak kegiatannya.

"Iya,kami telah menyelidiki kasus ini." Sambil menyodorkan tanda pengenal sang korban kecelakaan. "Apa bapak mengenal siapa wanita itu?" Ujarnya lagi pada fariq. Fariq meraih kartu ID itu dan melihatnya.

Hatinya mengucap syukur atas semuanya. Tuhan masih menyayanginya. Pikirnya.
"Saya tidak mengenalinya pak." Ujarnya tenang.

"Oh begitu yah..."

"Iya pak. Kalau begitu saya pamit keluar." Laki-laki yang berseragam polisi itu mengangguk setuju. Fariq melangkah dengan hati bahagia. Hatinya terus menyebut nama-Nya.

Setelah berada didalam mobil,fariq mencoba lagi menghubungi istrinya. Sepertinya dia tidak akan menyerah sampai zahra ditemukan.

Aku akan berusaha mencarimu zahra. Aku akan memperbaiki semuanya dan setelah kamu kembali,takan aku buat lagi air matamu menetes. Ini janjiku. Batin fariq.

Segera dia menekan nomor zahra dan menghubunginya. Bahagia hatinya saat nomor itu tersambung,namun fariq menunggu beberapa saat tetapi tidak ada jawaban. itu membuat fariq kembali Khawatir.

Segera dia mengaktifkan GPSnya untuk melacak keberadaan zahra. Dan begitu terkejutnya dia setelah mendapati zahra berada di rumah sakit tempat santi dirawat.
"Apa yang dilakukan zahra disanah,apa dia telah mengetahuinya?" Lirihnya. Segera dia tancap gas meninggalkan kantor polisi itu.

~

Zahra melangkah pelan memasuki ruang inap itu.

Dret..

Suara pintu kamar inap menyadarkan wanita yang sedang berbaring diatas tempat tidur rumah sakit. Wajahnya menoleh pada seseorang yang berada diambang pintu.

Zahra menutup kembali pintu kamar dan mendekati santi.
Santi menatapnya sinis.
"Apa yang kamu lakukan disinih?" Tanya santi. Zahra mengambil kursih kemudian duduk disampingnya.

"Aku hanya ingin menjengukmu."

"Alahh...,tidak usah kamu sok perhatian sama aku. Sampai kapanpun aku tidak akan rela kamu bersama Fariq. Kamu senangkan aku seperti ini,iyakan? Kamu telah merebut fariq dari aku."

"San,aku tidak pernah berpikir seperti itu. Bahkan merebut fariq darimu itu tidak pernah terlintas dalam pikiranku. Apa kamu masih ingat kejadian itu saat kamu selingkuh dibelakang fariq beberapa kali,apa kamu ingat?" Ujarnya menjelaskan.

"Itu bukan urusan kamu. Kenapa kamu harus ikut campur atas hubunganku dengan fariq. Kamu siapanya sih,hahh...?" Zahra menarik napasnya sejenak.

"Aku istrinya." Fariq yang tadi ingin masuk menghentikan perdebatan diantara kedua wanita itu,wanita yang dikenalnya dan salah satu wanita itu adalah wanita yang dicarinya dan dirindunya,lantas mengurungkan niatnya. Dan jawaban zahra barusan,membuat hatinya ingin berlompat bahagia. Rasanya ingin segera dia memeluk wanita itu.

harapan dalam do'a.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang