halaman 21

44 1 0
                                        

Dua hari sudah zahra tidak pulang. Fariq tidak tahu istrinya itu kemana. Ponselnya juga tidak bisa dihubungi.

Setelah mendapatkan kabar zahra tidak pulang ke rumah,segera dia meninggalkan rumah sakit meski saat itu santi menahannya untuk pergi.

Fariq semakin dibuat khawatir saat dia menanyakan zahra pada ana mamanya hingga dia dimarahi habis-habisan oleh indra dan ana.

Dia menatap jalan raya yang dipadati kendaraan. Dia enggan untuk turun dari mobilnya.
"Pak boleh tanya,ada apa didepan sanah kenapa mobil berhenti?" Tanya fariq pada seorang pengendara motor yang datangnya dari arah tempat kejadian.

"Oh yang sanah..." sambil menunjuk ke tempat orang-orang berkerumunan. Fariq mengangguk. "Kecelakaan mas. Korbannya wanita." Fariq semakin khawatir. Pikirannya mulai kacau.

"Wanita...?" Pengendara motor itu hanya mengangguk. "Tua atau muda?" Tanya lagi.

"Masih muda mas. Sepertinya tidak jauh berbeda umur mas sama wanita itu. Kasihan dia mas.." fariq menarik napasnya sejenak. Dia harus bisa tenang dan harus kuat bila apa yang dipikirkannya itu benar adanya. "Sebaiknya mas melihatnya sendiri,siapa tahu mas mengenalnya. Daripada mas penasaran disinih. Tetapi sayangnya,wanita itu meninggal ditempat mas." Ujar sang pengendara motor itu sedih. "Padadal sepertinya wanita itu wanita baik-baik." Air mata fariq telah tumpah. Dia segera berlari keluar moblnya. Dengan pikirannya yang telah kacau,dia tidak perduli lagi akan yang ada dibelakangnya. Baik masalalunya itu sendiri. Yang ada dipikirannya saat ini hanya zahra. "Zahra..." lirihnya. Dia menghapus air matanya dengan berlari menuju ketempat kerumunan orang-orang yang sedang berkumpul melihat jasad wanita itu. Dia masuk kekerumanan tersebut,hanya ingin memastikan dugaan-dugaan buruknya.

Wanita itu wajahnya tidak jelas lagi. Darah menutupi wajahnya. Fariq masih menatap wanita itu dengan penasarannya.

Beberapa menit kemudian,polisi datang beserta mobil ambulance dan langsung mengamankan tempat kejadian dan mengamankan wanita itu yang menjadi korban. Fariq tidak sempat lagi untuk memastikannya karena dia dan orang-orang yang mengerumuni tempat itu segara di jauhkan dari tempat kejadian.

Fariq menoleh pada mobil wanita itu. Dia lantas mencari plat mobilnya namun dia ditahan oleh polisi.

"Maaf pak,kami masih menyelidiki kasus ini jadi kami harap bapak bisa mengerti." Fariq tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Masih dengan pikiran kacaunya,dia pergi menjauh dari tempat kejadian itu. Wanita itu telah dibawah dengan mobil ambulance meninggalkan tempat kejadian.

Dia masuk kedalam mobilnya. Para pengendara yang lain sudah berdecak kesal kepadanya karena dia belum juga engah dari jalan.

Segera dia menepihkan mobilnya kesamping jalan. Dia duduk termenung dalam mobil.

"Zahra,maafkan aku. Aku bukan suami yang baik. Kenapa harus secepat ini zahra.." lirihnya dengan air mata yang membasahi wajahnya. Dia menatap lesuh pada jalan raya yang masih dipadati orang-orang dan polisi. Dia menyandarkan kepalanya pada kursih mobil.
"Zahra...." teriaknya.
"Maafkan aku. Aku akan mengakhirinya dan akan jujur kepadamu. Tidak akan ada lagi kebohongan. Aku janji zahra. Tetapi kenapa harus secepat ini ketika aku mulai ingin jujur kepadamu. Kenapa harus secepat ini ketika aku telah menyadari betapa berartinya dirimu dalam kehidupanku. Yah,santi memang wanita yang pernah aku cintai namun itu dulu. Dan perasaan itu telah hilang dari hatiku tetgantikan oleh cinta halalku kepadamu. Tetapi kenapa harus secepat ini Tuhan mengambilmu dariku? Aku belum sempat membahagiakan kamu." Lirihnya. Dia tidak bisa menahan lagi sesak didadanya. Segera dia tumpahkan segala kesedihannnya itu dalam kesendiriannya.

Tini... ting..

"Assalamu'alaikum fariq,bagaimana apa kamu sudah tahu dimana keberadaan zahra?" Tanya seorang laki-laki dengan suara tegasnya namun menahan amarahnya pada putranya.

"Wa'alaikumsalam. Belum pa." Ujarnya lesuh dan memilih berbohong kepada indra papanya.

"Apa yang kamu lakukan hingga zahra pergi dan tidak memberi kabar? Kamu tahu fariq,dia tidak pernah seperti ini sebelumnya. Apa kalian bertengkar?" Fariq diam. Dia tidak tahu harus menjawab apa lagi. "Fariq,papa tidak mau terjadi apa-apa dengan zahra. Jadi,kamu harus segera menemukan dia bagaimanapun caranya." Sambungan telepon dimatikan. "Arrghhh....."
Fariq segera beristighfar. Dia harus tenang dan harus memastikan siapa wanita yang mengalami musibah itu.

Dia keluar lagi dari dalam mobilnya menuju ketempat kejadian. Orang-orang satu persatu telah meninggalkan tempat kejadian dan hanya tinggal beberapa orang saja yang ada di tempat itu. Dengan polisi yang masih tetap berada ditempat itu mengamankan tempat kejadian.

Garis polisi telah dipasang,itu membuat fariq kesulitan untuk mengetahui siapa wanita itu. Dia harus menjelaskan maksudnya kepada polisi terlebih dahulu.

Tidak cukup lama,polisi mengizinkannya untuk melihat situasinya.

Fariq melangkah melewat garis polisi dan langsung menuju pada mobil wanita itu yang jatuh dijurang yang cukup curam bila hanya turun tanpa bantuan tali. Untungnya polisi telah mengangkut bangkai mobil itu dengan alat berat sehingga tidak menyulitkan lagi Fariq untuk melihat plat mobil tersebut.

Namun Fariq harus menatap sedih saat plat itu tidak jelas lagi. Semakin buruk pikirannya.

Fariq meminta bantuan polisi untuk lebih cepat mengadakan penyelidikan dan otopsi,namun dibutuhkan satu hari untuk kasus kecelakaan ini. Polisi masih menduga-duga bahwa kecelakaan tersebut adalah akibat rem mobil itu blong.

Satu hari bagi fariq sangat lama,namun dia harus bisa bersabar untuk mengetahui kebenarannya.



Alhamdulillah...
Selesai lagi part ini. Pusing mikirin jalan ceritanya. Hehe...
Namun alhamdulillah idenya muncul jadi secepat mungkin aku mengetik takutnya idenya hilang.

Kira-kira siapa wanita itu yah...? Penasaran,makanya ikuti terus kisahnya dan tunggu saja part selanjutnya.

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian.
Wassalamualaikum

@nurSyarani

harapan dalam do'a.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang