halaman 13

44 2 0
                                    

Mereka telah sampai ditempat acara. Fariq menepihkan mobilnya dipinggiran jalan kemudian dia turun dari mobilnya. Fariq berlari kepintu disebelahnya. Membukakan pintu untuk zahra dan menutupnya lagi setelah gadis itu keluar dari mobilnya. Zahra menatapnya acuh. Dia memegang gaun simplenya,merapikan jilbabnya yang sedikit belepotan. Dan masih berdiri dipinggiran jalan menatap tamu yang telah memadati area kediaman mempelai wanita.

"Ayuk masuk." Seraya melangkah sambil membawa pastel dan bunga ditangannya. Dia mendahului zahra. Mau tidak mau zahra harus menyamai langkah laki-laki itu yang lebar.

Mereka disambut oleh penerima tamu. Fariq dan zahra Sama-sama menyunggingkan senyum mereka pada penerima tamu itu. Bersalaman dan kemudian melangkah menuju pengantin yang sedang berdiri diatas singgasanah pelaminan. Berhias bunga-bunga yang terselip pada tiap-tiap sudut singgasanah. Karpet merah menjulur memanjang membuat siapa saja yang berjalan diatasnya merasakan kesan tersendiri. Kursih bercat putih besar,gaun pengantin yang mewah,nuansa biru langit berpadu pink pudar menambah kesan estetika tempat pelaminan itu. Bunga hias menghiasi setiap sisi sudut berasa seperti dalam taman hayalan. Nuansa warnah yang menyatu seakan membawa angan kealam mimpi. Zahra masih tertegun oleh hayalannya yang tinggi tidak mendengar apalagi menoleh pada sepasang mata yang menatapnya kesal. "Zahra." Gadis itu terkesiap mendengar panggilan itu. Dia seperti orang linglung yang lupa ingatan mencari arah sumber suara. Dan akhirnya dia menatap kedua mata yang masih menatapnya tajam,zahra hanya berusaha tersenyum menghilangkan kegugupannya disetiap saat untuk saat ini saja.
Dia kemudian berjalan kearah fariq yang telah berdiri dihadapan mempelai. Fariq menyalami pengantin wanita kemudian mempelai pria.
"Siapa yang kamu bawa,calonmu yah..." goda lelaki yang menjadi mempelai pria. Fariq tersenyum "do'akan saja..." kemudian memeluk laki-laki itu. Fariq melepas pelukannya dan menatap zahra. Zahra tahu apa arti dari tatapan itu. Segera dia menyalami kedua mempelai.

Setelah itu,mereka turun dari singgasanah menuju meja yang diatasnya menyediakan menu makanan untuk tamu undangan. Sebelum mereka pulang,mereka menyempatkan untuk mengisi perut mereka yang kosong dan berfoto bersama pengantin. Senyum merekah pada wajah zahra. Hati kecilnya meminta agar secepat mungkin dia dihalalkan.

*
Fariq dan zahra memasuki mobil. Wajahnya masih menampakan guratan kebahagiaan. Zahra tidak tuli. Dia mendengar betul percakapan singkat laki-laki yang ada disampingnya ini dan laki-laki yang menjadi mempelai pria. Fariq tak menghiraukan,segera dia tancap gas meninggalkan area pesta itu.

*
Hampir seharian dia berada diluar rumah membuatnya merasa lelah juga. Dia menjatukan tubuhnya diatas tempat tidurnya. Menarik napasnya dalam-dalam untuk mencium aroma bunga sakura yang menyebar disetiap sudut ruang kamarnya. Dia menatap langit-langit kamarnya yang bercat putih berpadu dengan biru langit. Hayalannya mulai mengangkasa lagi seakan membawanya ke atas awan. Terkesan sekali nuansa langit cerah didalam kamarnya. Dia mengambil boneka mickey mouse kesayangannya dan memeluknya erat. Dia menoleh pada jam yang menunjuk pukul 5 sore. Biasanya untuk jam-jam seperti ini,dia masih sibuk dengan pekerjaannya dibutik. Dia menelentangkan kedua tangannya seperti ingin terbang. Merasakan sebentar suasana kenyamanan yang tercipta tanpa ingin mengacaukan suasana hatinya. Karena dia belum sepenuhnya bersih dari hadas besar,dia menggunakan waktunya untuk berlama-lama di kasur empuknya..

*
Bunyi alarm dari ponselnya membangunkannya. Dia menoleh pada jam di dinding yang telah menunjuk pukul 5 sore. "Astahfirullah..." lirihnya seraya bangkit dan menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.

Setelah mandi,dia menuju dapur seperti hari biasanya. Yah,dia membantu sarti di dapur. Sekedar membantu hal-hal kecil saja. Dia cukup menikmati kegiatan rutinnya didapur sekarang.

Selepas membantu memasak,menyiapkan dan menikmati hidangan yang tersaji,zahra ditemani sarti duduk di ruang tamu sambil menikmati sajian acara televisi.

Tampak banyak kata hanya suara televisi yang berisik.

Terasa membosankan bagi dirinya,dia bangkit dari duduknya seraya melangkah ke kamarnya. Sarti hanya menatap anak majikannya aneh.

Zahra merebahkan tubuhnya kembali diatas tempat tidurnya.
Ponselnya bergetar,segera dia mengambilnya yang tergeletak disampingnya.

Ratna: assalamu'alaikum ra,besok ada acara tidak?

"Sepertinya tidak."

Ratna: kepantai yuk.. nanti aku kenalin kamu sama suami aku. Bagaimana?

"Boleh.."

Ratna: oky,nanti besok aku jemput yah..

"Oky. :-)". Gadis itu meletakan kembali ponselnya dan kemudian memejamkan matanya kembali.

*
Pagi yang cerah dengan hembusan angin pantai yang sejuk. Hamparan pasir putih menghiasi bibir pantai. Pohon-pohon kelapa tumbuh berjejer di tepian pantai. Menampilkan pemandangan yang menyegarkan mata. Kicauan burung-burung yang terbang mengangkasa menambah keindahan pagi itu.

Zahra dengan pakaian ala biasanya melangkah bersama ratna menyelusuri pesisir pantai. Hembusan angin pantai,mengibas baju keduanya. Asesoris topi lebar dan kacamatanya menjadi pelengkap pakaian santai ala zahra. Berjalan tanpa alas kaki,merasakan sentuhan pasir yang sudah lama tak disentuhnya.

Mereka memilih duduk dibibir pantai menikmati suguhan pemandangan yang ada di depan mata mereka.

"Rat..." yang dirasa disebut namanya menoleh. "Iya..."

"Beruntung yah kamu menjadi istri rafi." Ratna hanya mengangguk. "Kalian Sama-sama saling mencintai,pasti hidup kalian selalu harmonis." sambil melempar kelikir yang ada disekitarnya ke laut. Ratna mencoba tersenyum mendengarnya.

"Dalam setiap rumah tangga,tidak selamanya akan selalu harmonis meskipun mereka saling mencintai." Zahra menoleh pada ratna yang menatap lurus pandangannya pada hamparan pulau-pulau kecil didepan mata mereka.

"Maksud kamu?" Ratna mengalihkan pandangannya menatap zahra sahabatnya.

"Dalam setiap rumah tangga tidak akan selalu harmonis. Ada-ada saja masalah yang selalu datang silir berganti. Bila dari kita tidak adanya ketegasan dalam berprinsip berumah tangga,semuanya bisa hancur. Ingat,cinta tidak akan selamanya bersemi pada hati. Cinta ini,cinta yang bisa hilang tanpa kamu sadari. Bahkan kamu akan merasa hambar meskipun telah hidup berumah tangga karena cinta itu telah hilang seiring waktu. Lain halnya bila cinta itu didasarkan hanya ingin mencari ridho Allah. InsyaAllah,sampai kakek nenekpun cinta itu tetap bersemi dihati." Ucapnya panjang lebar. Zahra merasa takjub atas kata-kata sahabatnya itu. Menjadi tambahan ilmu lagi bagi dirinya.

Mereka menarik napas dalam-dalam merasakan dengan lembut hembusan angin yang menyentuh kulit mereka saat ini. Ratna bangkit dari duduknya mengulurkan tangannya sebagai alat pegang zahra. Zahra menoleh pada sahabatnya dan meraih uluran tangan itu.

Mereka melangkah beriringan menuju dua orang laki-laki yang sedang asik mengobrol. Yah,fariq dan rafi terlihat akrab meskipun mereka baru berkenalan tadi. Kedua wanita itu tersenyum menatap kedua laki-laki itu. Mereka ikut nimbrung diantara keduanya.

Zahra meraih sekaleng fanta dan kemudian meneguknya. Fariq nampak memperhatikannya. Ratna dan rafi saling menatap satu sama lain. Mereka tahu bahwa tatapan fariq itu bukan tatapan biasa.

harapan dalam do'a.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang