halaman 9

40 2 0
                                    

*
"Tant,aku mau pamit pulang duluan yah..." Ucap zahra.

"memangnya kamu mau kemana sayang?" Ucap ana kemudian.

"Aku mau ziarah dulu tant ke makam papa mama."

"Baiklah. Apa kamu tidak mau diantar sama fariq?" Tanya ana lagi.

"Tidak perlu tant,aku bisa sendiri kok."

"Yang bener bisa?"

"Iya tant,aku bisa sendiri kok." Ucap zahra kemudian.

"Kamu hati-hati yah sayang."

"Iya tant. Zahra pamit dulu yah tant. Assalamu'alaikum.."

"Wa'alaikumSalam." Ucap ana.

**
Zahra duduk disamping makam kedua orangtuanya. Mengambil bacaan do'a dalam tasnya. Yah,dia ingin mendo'akan keduanya yang telah tiada. Tangannya menyentuh batu nisan keduanya dan pusaran kuburan itu yang telah tumbuh dengan rerumputan diatasnya. Airmatanya kembali mengalir membasahi pipinya. Dia menghapusnya dengan tangannya.

"Pa ma,sudah cukup lama kita tak saling menyapa. Sudah cukup lama kita berpisah. Sudah cukup lama zahra sendiri tanpa papa dan mama. Zahra rindu kalian berdua. Rindu akan belaiyan sayang kalian kepadaku. Zahra rindu tangan mama yang suka membelai rambutku. Zahra rindu tawa papa yang renyah. Kenapa secepat itu kalian meninggalkan zahra? Yah...zahra tahu ini memang takdir yang Tuhan tuliskan. Dan zahra sampai saat ini belajar untuk ikhlas. Hikksss..." Ucapnya lirih sambil menangis.

"Sampai kapan kamu akan terus berduka ra?" Zahra seketika mendongakan kepalanya menatap seseorang yang telah berdiri disampingnya. "Kak fariq..." lirihnya. Fariq menatap kedua batu nisan yang ada dihadapannya. Dia mengenal milik siapa kedua batu itu. Dia ikut duduk disamping zahra.
"Jangan terus-menerus kamu bersedih ra. Om yusuf dan tante fatma pasti tidak akan suka melihat kamu seperti ini." Ucap fariq lagi. Zahra menghapus air matanya.

"Apa kakak mengikuti aku?"

"Tidak. Hanya kebetulan lewat saja. Dan aku melihat mobil yang seperti aku kenali. Setelah aku mengecek kebenarannya,ternyata betul. Aku mengenal pemilik mobil itu." Fariq meletakan rangkaian bunga diatas kuburan itu. "Apa kamu sudah mendo'akan mereka?" Tanya fariq lagi. Zahra mengangguk.
Fariq kemudian membacakan do'a untuk keduanya sebelum dia pulang. Setelah itu,fariq pulang diikuti zahra dibelakangnya.

"Apa kamu tidak mau mampir makan dulu?" Zahra menggelengkan kepalanya. "Baiklah..." Seraya membuka pintu mobilnya dan masuk kedalam mobil. Begitu juga dengan zahra. Kemudian mereka meninggalkan makam itu.

Fariq mengikuti mobil zahra dari belakang. Zahra menatap dari balik kaca spion mobilnya. Dia tersenyum.

Setelah zahra sampai dihalaman rumahnya,barulah fariq memutar balik arah mobilnya. Dia hanya ingin memastikan zahra saja.

*
Setelah masuk kedalam rumah,zahra tidak langsung menuju kamarnya tetapi dia langsung menuju dapur dan mencari sarti.

"Bibi dari mana saja sih..,aku cariyin didapur tidak ada." Tanya zahra.

"Maaf nona,bibi tadi lagi dibelakang ngebersihin kolam yang sudah kotor nona."

"Oh gitu yah. Bi,aku lapar. Bibi sudah masakin akukan?" Ucapnya dan langsung duduk di kursih.

"Sudah nona. Sebentar,bibi ambilkan dulu."

"Ia bi."

*
Sarti menghidangkan makanan untuk zahra. Zahra kemudian menikmatinya.

"Bi,masakan bibi enak."

"Masah sih nona. Berarti masakan bibi yang kemarin-kemarin itu tidak enak dongk makanya nona makannya dikit sekali." Ucapnya bercanda membuat zahra cepat-cepat memperbaiki ucapannya.

"Tidaklah bi. Masakan bibi enak semua kok. Cuman zahranya saja yang tidak menikmatinya dengan baik."

"Ia nona,syukurlah kalau seperti itu dan Bibi senang lihat nona seperti ini. Makan dengan lahap. Bibi jadi semangat untuk masak resep lain." Ucapnya yang membuat zahra menoleh kepadanya.

"Wah,ide bagus tu bi. Kapan-kapan ajarin zahra juga yah bi resep barunya. Kan resep lamanya bibi uda ajarin ke zahra. Zahra mau nyoba lagi resep lainnya. bisakan bibi ajarin zahra lagi?" Tanyanya. Sarti hanya mengangguk tanda setuju.
"Makasih bi." Ucapnya lagi.

Yah,zahra yang dulu telah berubah. Kalau dulu dia enggan untuk membantu dan tidak mau tahu mengenai masalah dapur dan masakan,saat ini dia lebih kepada ingin menguasai hal itu. Pandai memasak dan menghidangkannya diatas meja. Dia tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan yang masih tersisah untuknya. Yah,sekarang dia telah pandai memasak. Apa yang dihidangkan sarti dihadapannya,pasti dia akan meminta untuk diajari.
Dan dia sekarang merasa menjadi wanita sempurnah. Karena bukan hanya sempurnah dalam hal berpenampilan namun juga sempurnah menjadi wanita sesungguhnya yang bisa bekerja didapur.

harapan dalam do'a.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang